Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri didapuk menjadi pembicara kunci dalam Musyawarah Kerja Nasional Partai Perindo di Inews Tower, Jakarta Pusat pada Selasa, 30 Juli 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam pidatonya, Megawati menyinggung berbagai hal mulai dari soal pemeriksaan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto oleh KPK hingga dukungannya kepada Kamala Harris untuk jadi kandindat Presiden Amerika Serikat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berikut poin-poin pidato Megawati di Mukernas Perindo.
1. Pemeriksaan Sekjen PDIP
Dalam pidatonya Megawati menyoroti pemeriksaan Komisi Pemberantaran Korupsi terhadap Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. Ia mengkritik penyidik KPK, AKBP Rossa Purbo Bekti yang dinilainya telah memeriksa Hasto secara sewenang-wenang.
"Kamu siapa Rossa? Jangan hanya karena kamu KPK loh. Saya enggak takut, gile lho," kata Megawati.
Ia pun menilai pemeriksaan Hasto itu tak sesuai prosedur hukum. "Waktu Pak Hasto itu dipanggil menurut saya itu tidak sesuai," kata dia.
2.Hukum Diobrak-abrik Kekuasaan
Megawati juga mengkritik Pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Ia menilai pemerintah mengintervensi penegakan hukum, termasuk terhadap PDIP yang kerap melakukan kritik.
"Sekarang hukum itu diobrak-abrik kekuasaan," ujar dia.
Megawati menilai kini penguasa sedang mengincar orang-orang dekatnya untuk dikriminalisasi. Dia merasa langkah itu dilakukan karena tidak ada yang berani menghadapi dirinya secara langsung.
"Mau ngambil saya enggak berani. Sasarannya di sekeliling saya," ujar dia.
3. Izin Tambang Ormas Agama
Soal langkah pemerintah yang memberikan izin tambang ormas keagamaan tak luput dari kritik Megawati. Menurut dia, pemerintah gara-gara soal tambang itu pemerintah tak fokus menghadapi ancaman krisis pangan.
"Urusan tambang aja sekarang orang pada heboh, maunya nyari tambang, nyari tambang. Saya tuh sampai bilang sama teman-teman, makan noh tambang iku. Nanti kalau udah enggak ada beras terus piye?" ujar dia.
Presiden kelima RI itu meminta pemerintah menaruh perhatian terhadap potensi krisis pangan Indonesia di masa mendatang. Dia membandingkan Indonesia dengan negara lain yang sudah mempersiapkan diri menghadapi krisis pangan.
Lebih lanjut, Megawati mengungkap langkah negara lain dalam menanggulangi krisis pangan turut mempengaruhi pangan Indonesia yang masih mengandalkan impor.
"Negara-negara yang impornya atau ekspor beras itu juga ketar-ketir. Jadi, mereka kemungkinan mungkin tahan karena buat negara mereka," tuturnya. "Nah, kita terus mencarinya ke mana?" ujar dia.
4. Hukum Poco-poco
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dalam pidatonya di depan kader Perindo juga menyebut soal penegakan hukum seperti senam poco-poco.
"Kalau kita lihat sekarang, hukum kita menurut saya poco-poco," kata Megawati.
Megawati menilai permasalahan hukum di Indonesia bermula dari para pemangku kepentingan yang tidak tidak berkomitmen untuk membangun sistem hukum.
"Inilah juga yang menurut saya masalah hukum kita akibat kita sendiri tidak punya daya juang bahwa negara ini memang dibangun secara hukum," ujarnya.
5. Kudatuli Tak Tuntas
Dalam pidatonya Megawati juga menyinggung soal peristiwa kerusuhan 27 Juli 1996 atau dikenal dengan peristiwa Kudatuli.
Ia menyayangkan peristiwa yang menelan korban dan hilangnya aktivis itu hingga sekarang belum tuntas juga.
"Jadi bayangkan dari tahun berapa itu, sampai sekarang ya seperti tidak dibuka-buka," kata dia.
Kudatuli adalah kerusuhan disertai kekerasan yang terjadi pada 27 Juli 1996 di kantor Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang beralamat di Jalan Diponegoro Nomor 58, Menteng, Jakarta Pusat. Penyebab peristiwa itu diduga berawal dari perebutan kantor PDI antara kubu Megawati Soekarnoputri dengan kubu Soerjadi.
6. Kecurangan Pilpres
Soal dugaan kecurangan Pilpres 2024 tak luput dari kritik Megawati dalam pidatonya. Menurut dia ada pihak yang tidak jantan mengakui kecurangan terstruktur, sistematis, dan masif (TSM) dalam Pemilihan Presiden 2024 lalu.
Megawati menyebut bahwa kader partainya juga memiliki hak yang sama dalam pemilu. Dia menyayangkan adanya kecurangan yang dialami kader-kadernya.
"Kok (PDIP) boleh ikut pemilu, tapi setelah itu ada TSM? Enggak ngaku lagi. Mbok ya jantan gitu loh. Ya harusnya jantan dong," kata Megawati.
Dalam Pemilihan Presiden lalu, PDIP bersama Perindo mengusung pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud Md sebagai calon presiden dan wakil presiden.
Hasilnya, pasangan ini kalah dan hanya menempati urutan ketiga.
Megawati sempat mengajukan diri sebagai Amicus Curiae saat tim Ganjar-Mahfud mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi karena menilai ada kecurangan dalam Pilpres 2024 lalu.
7. Dukung Kamala Harris
Adapun untuk politik internasional, Megawati mengungkapkan dukungannya kepada Kamala Harris untuk maju menjadi kandidat Presiden Amerika Serikat.
Megawati bahkan mengaku telah mengirim surat kepada Kamala.
“Iya saya sudah kirim surat. Saya bilang, saya ini dukung. Saya senang banget kalau kamu (Kamala) nanti jadi (presiden). Jadi, saya enggak kesepian,” ujarnya.
Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) itu mengkritik Pilpres AS yang sebelumnya mempertemukan petahana Joe Biden dengan mantan presiden AS Donald Trump dari Partai Republik. Dia menilai politik AS masih didominasi angkatan lama.
"Saya ketawa, masak Amerika katanya negara besar super power tidak ada regenerasi calonnya," tuturnya. "Masa enggak anak muda begitu ya yang keren sopo (siapa). Itu kan artinya stuck loh, stagnasi."
Dalam kesempatan pidatonya itu, Megawati pun sempat diteriaki I love you saat meminta kaum perempuan di Perindo untuk tak mau kalah dengan kaum lelaki.
"Maka bagi anggota Perindo, terutama perempuan, jangan kalah sama lelaki ya,” kata Megawati.
FAUZI IBRAHIM