Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu peristiwa paling bersejarah dalam perjuangan merebut kemerdekaan dari penjajahan Belanda pada bulan Maret, dikenal sebagai peristiwa Bandung Lautan Api, 77 tahun lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada 24 Maret 1946, Kota Bandung menjadi saksi dari sebuah tragedi besar yang dikenal sebagai "Lautan Api". Kejadian ini bermula ketika pesawat RAF (Royal Air Force) yang melayang-layang diatas langit Bandung dan melemparkan kertas-kertas yang berisi ultimatum.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ultimatum tersebut berisi pernyataan bahwa para militer Indonesia harus mengosongkan Kota Bandung dalam kurun waktu selambat-lambatnya pada 24 Maret 1946, pukul 24.00. Setelah mengosongkan Bandung, masyarakat diwajibkan untuk mundur sejauh 11 km dari titik nol kilometer.
Pernyataan tersebut membuat militer Indonesia bahkan warga sipil Kota Bandung tidak terima dengan ultimatum yang dikeluarkan oleh tentara Inggris dan sekutunya.
Akan tetapi banyaknya seruan dari warga yang menolak membuat Sutan Sjahrir selaku Perdana Menteri Indonesia saat itu tetap memerintahkan para militer untuk menuruti permintaan dari sekutu.
Hal ini diungkapkan Sutan Sjahrir ketika dikunjungi Residen Ardiwinangun, Ketua KNI atau Komite Nasional Indonesia. Namun melihat banyaknya kemarahan yang timbul akibat ultimatum tersebut, Sjahrir tak punya pilihan dan memberikan kewenangan seluruhnya kepada mereka apabila ingin membumi hanguskan Kota Bandung.
Peristiwa Bandung Lautan Api pun terjadi ketika pasukan Belanda melancarkan serangan terhadap para pejuang kemerdekaan yang bermarkas di Gedung Sate, kantor pemerintah Hindia Belanda di kota Bandung.
Pasukan Belanda yang kuat berhasil merebut gedung tersebut, namun mereka tidak dapat mengalahkan semangat para pejuang yang berada di dalamnya. Pejuang kemerdekaan yang sedang mempertahankan Gedung Sate akhirnya memutuskan untuk meledakkan gedung tersebut dengan bahan peledak yang mereka siapkan sebelumnya.
Akibat dari ledakan tersebut, Gedung Sate hancur dan sekitar 200 orang tewas, termasuk pasukan Belanda dan warga sipil. Aksi heroik para pejuang ini berhasil menyadarkan rakyat Indonesia dan dunia internasional bahwa perjuangan Indonesia untuk merdeka adalah serius dan tidak akan mundur.
Peristiwa Bandung Lautan Api ini menjadi titik penting dalam sejarah perjuangan Indonesia. Setelah itu, semakin banyak rakyat yang bergabung dalam perjuangan kemerdekaan, dan pada akhirnya, Indonesia berhasil meraih kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Sejak saat itu, pada 24 Maret diperingati sebagai hari peringatan Bandung Lautan Api. Peringatan ini menjadi momen penting untuk mengenang jasa-jasa para pejuang yang telah berjuang untuk meraih kemerdekaan Indonesia.
Sikap yang diwarisi dari para pejuang peristiwa Bandung Lautan Api harus terus dijaga dan dipelihara agar tidak pudar dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.