Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

9 Buronan Aceh

Pangdam I/Iskandarmuda Brigjen R.A. Saleh memerintahkan "tangkap hidup atau mati 9 tokoh gerombolan Hasan Tiro". Perintah ini dikeluarkan setelah seruan untuk menyerah tidak mendapat tanggapan. (nas)

15 Juli 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AWAL Juli lalu Pangdam I/Iskandarmuda Brigjen R.A. Saleh memerintahkan "tangkap hidup atau mati 9 tokoh gerombolan Hasan Tiro." Dalam seruan yang dicetak offset di lembaran kertas kwarto, tertera pula foto 9 tokoh tersebut. Seruan itu lengkapnya: "Jika saudara ingin agar daerah aman dan tenteram, cari dan tangkap hidup atau mati tokoh-tokoh pengacau liar Hasan Tiro, terdiri dari Hasan Tiro, Dr. Muchtar Hasbi, Daud Paneuk, ir Asnawi, Ilyas Leube, dr Zaini, dr Husaini, Amir Ishak dan dr Zubir Mahmud. Barangkali mereka berada di kampung saudara/berjumpa dengan saudara, serahkan mereka kepada pos-pos TNI terdekat". Sulitkah mereka ditangkap? Menurut Pangkowilhan I Letjen G.H. Mantik Kamis lalu, "mereka sudah terpencar-pencar dalam kelompok kecil". Untuk menangkap, kata Mantik, "kini dilakukan operasi mengejar mereka". Kata Mantik pula, "tokoh terkenalnya hanya 9 orang itu". Sebagai "panglima" memang Hasan Tiro yang konon memang masih sembunyi di hutan Aceh. Sebuah sumber di Kowilhan I mengatakan, "sebenarnya mereka sudah diberi waktu untuk menyerah secara baik-baik". Rupanya seruan ini tak digubris. Batas waktu turun dari hutan itu kabarnya sampai 20 Pebruari lalu. Tapi karena tidak mendapat tanggapan, akhirnya Pangdam I menyebarkan pamflet tersebut sampai ke kampung-kampung. Sekitar Juni 1976, Hasan Tiro yang sudah warga negara Amerika Serikat, kembali sebentar ke Aceh. Katanya sambil melihat kampung halamannya kabarnya memang atas usaha seorang pejabat penting dan tidak membayangkan kalau Hasan punya niat lain. Ketika di lapangan terbang Polonia, Medan, menuju Banda Aceh, Hasan juga bilang: "Saya ingin menanam modal dan ambil bagian untuk membangun Aceh". Kemudian dia kembali ke AS dan tak terdengar lagi apa kegiatannya. Tapi pada 4 Desember 1976, atas nama Keutuha Angkatan Atjeh Meurdehka (Pimpinan Angkatan Aceh Merdeka) Hasan Tiro "memproklamirkan " gerakannya. "Proklamasi" itu selain ditulis dalam bahasa Inggris juga ada terjemahannya dalam bahasa Aceh, ditujukan kepada "keu bangsa-bangsa donja" alias seluruh bangsa-bangsa di dunia. Jauh sebelum itu ia sudah mengarang buku Atjeh Bak Mata Donja (Aceh Di Mata Dunia yang antara lain menyebutkan, Aceh tak pernah menyerahkan kedaulatannya kepada Belanda -- tidak seperti daerah-daerah lain. Sehingga "berhak berdiri sendiri sebagai suatu negara". Dan pada tahun 1973 dia juga menyalin pidatonya ke dalam bahasa Aceh untuk memperingati "Perang 100 Tahun Aceh Melawan Belanda", yang dimulai 23 April 1873, diterbitkan oleh apa yang disebutnya "Institut Aeeh Di Amerika", dan secara diam-diam ia sebarkan ke Aceh. Mungkin termakan isi brosur-brosur yang ditulis Hasan Tiro itu maka menjelang akhir tahun lalu di Aceh terdengar ada gerakannya. Dan yang membuat orang kaget di Aceh, justru "adanya gerakan" itu sehabis membaca harian Waspada Medan yang menyebut pusat gerakan itu berada di Paru, Aceh idie. Kemudian meledak lagi, setelah terjadi penembakan terhadap dua warga AS di proyek LNG Arun di Aceh Utara. Salah seorang di antara korban tadi meninggal. Setelah kejadian 6 bulan lalu itu, sejumlah anggota RPKAD diterjunkan ke sana. Beberapa daerah di Aceh Pidie dan Aceh Utara pun dinyatakan "rawan". Apalagi di beberapa tempat, orang-orang Hasan Tiro itu berhasil pula mengibarkan bendera gerakannya -- siang hari pula. Bedil Tua Tapi adakah di beberapa tempat di sana masih "rawan"? Ternyata gerakan itu tidak mendapat tanggapan luas. Semula memang mempunyai sejumlah pengikut, apalagi setelah Hasan berjanji akan memberikan "gaji dan senjata yang tak berbunyi." Juga didengungkan tentang Gaddafi dari Libia yang bakal mengirimkan bantuan uang dan senjata. Ternyata janji itu, kata salah seorang pengikut Hasan Tiro yang sudah lama menyerah, "nihil". Sementara itu sekitar 3 bulan lalu, Ayah Sabi -- salah seorang anggota gerakan Hasan Tiro di Panton Labu berikut pengikutnya menyerah dan kembali disumpah di Lhokseumawe. Menurut Pangkowilhan I Kamis lalu pengikut-pengikut Hasan Tiro itu "disinyalir jumlahnya beberapa puluh orang lagi." Dan persenjataan mereka, kata Mantik, "hanya 4 pucuk". Kabarnya bedil-bedil tua itu pun bekas peninggalan Perang Dunia. Sejalan dengan penjelasan Mantik dan adanya selebaran Pangdam I itu, situasi di Aceh sendiri sebenarnya tak segawat yang dibayangkan orang. Tiga bulan lalu memang ada sebuah bus Liberty nomor 64 yang dibakar di daerah pegunungan Seulawah ketika dari Medan menuju Banda Aceh. Tapi tidak berhasil mempengaruhi keadaan. Hari-hari ini bus umum dari Medan-Banda Aceh tetap membuka trayeknya 24 jam, nonstop. Penduduk di kampung-kampung pun tak perduli akan adanya sisa gerakan separatis itu. Tapi, ada 12 orang yang baru-baru ini ditangkap di daerah Sesirah, perbatasan Sumatera Utara-Aceh, karena tak melapor, dan dinyatakan ikut gerakan tersebut. Kini mereka ditahan di Jl. Gandhi, Medan, sebagian di rumah tahanan Sukamulia. Menurut sebuah sumber, "padahal mereka sebenarnya mau menyerah setelah mendengar seruan agar turun dari hutan." Sementara itu ada orang sudah 6 tahun di Belawan ditangkap pula. Ia kini ditahan di Sukamulia, setelah diperiksa Teperda. "Padahal kasusnya adalah kriminil dan dituduh merompak pukat harimau di laut. Tapi karena dia berasal dari Aceh, akhirnya mendekam di Sukamulia bersama anggota eks PKI," kata sumber itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus