"BANYAK terjadi praktek praktek uang bertentangan dengan rasa
keadilan umum, bertentangan dengan jiwa dan semangat Pancasila,
sehingga di sana sini menimbulkan keresahan dan kepedihan di
kalangan si Kecil dan si Lemah di desa-desa maupun kota-kota."
Pernyataan dari sekelompok mahasiswa? Bukan. Itu adalah sebagian
dari pernyataan yang keluar seusai Musyawarah Besar ke-IV
Kosgoro di Semarang 3 Juli lalu. Banyak orang yang tertarik
justru karena itu. Kosgoro (Kesatuan Organisasi Serba Guna
Gotong Royong) adalah salah satu unsur Golkar. Dan orang bisa
menilainya sebagai suatu otokritik.
Dari pihak Kosgoro sendiri ada penilaian lain. "Pernyataan itu
memang tajam, tapi bukan otokritik," kata Majen Mas Isman (54
tahun), Ketua Umum Kosgoro pekan lalu. "Suara Golkar seharusnya
memang begitu," katanya pula. Ia juga menolak pendapat bahwa
pernyataan Kosgoro sebagai suatu tanda perpecahan dalam tubuh
Golkar. Suara Kosgoro dan Golkar sama, yang berbeda hanya
"pementasannya". Justru pernyataan ini dimaksudkan "untuk
memperkuat" tubuh Golkar. Kata Isman: "Kita tak ada pilihan
lain, mau ke mana, bikin parpol baru tidak bisa."
Ini, kata Isman, akibat dari sejarah lahirnya Kosgoro yang
didirikan di tahun 1957 oleh bekas tentara-tentara pelajar,
mula-mula sebagai Koperasi Simpan Pinjam Gotong Royong. Warna
Kosgoro yang "kerakyatan" nampaknya hendak dipertahankan,
demikian juga semangat pemuda untuk selalu berani, tegas dan
terbuka.
Maka Soeharto Kusumohartono (49 tahun), Wakil Ketua Fraksi Karya
di DPR yang berasal dari unsur Kosgoro, menganggap pernyataan
itu wajar. "Ini masalah nasional, semua orang merasakannya."
Mengomentari tentang miripnya pernyataan Kosgoro dengan berbagai
suara dari banyak kalangan, termasuk mahasiswa dan partai,
Soeharto berpndapat: "Kita boleh gembira bahwa suara yang
begini datang bukan dari suatu kelompok saja, tapi dari semua
orang yang mampu dan mau bersuara secara sadar." Sambungnya
pula: "Dengan keadaan yang begini, kita bisa mengharapkan
datangnya angin baru yang segar."
Pujian juga datang dari kalangan Golkar sendiri. "Pernyataan
Kosgoro itu bagus sekali, karena kritik itu maksudnya baik,"
kata Ketua Umum MK GR (Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong
Majen Soegandhi Senin pagi lalu. Apa yang dikatakan Isman
menurut pendapatnya bukan mengada-ada, hingga jangan dipandang
sebagai suatu hasutan. "Kalau pemerintah merasa kekurangan itu
betul, ya keadaan itu diperbaiki."
MKGR sendiri merencanakan suatu Musyawarah Kerja Nasional
September mendatang di Semarang. Di samping untuk konsolidasi,
juga untuk membicarakan "Bagaimana Pancasila dan UUD 1945 secara
operatif kita laksanakan, bukan secara pedoman-pedoman lagi."
Pendapat yang sama datang juga dari Soksi -- yang di zaman Bung
Karno namanya "Sentral Organisasi Karyawan Sosialis Indonesia"
dan sejak 1973 berubah jadi "Sosio Konsultasi Swabawa
Indonesia." "Sebelum Kosgoro ber-mubes, saya sudah ngobrol
dengan Mas Isman. Pokoknya ya Golkar memang harus mengadakan
pembaharuan dan penyegaran. Kita sama-sama menyayangi Golkar,
karena itu kita menyarankan perlunya perbaikan," kata Brigjen
Suhdrdiman, Ketua Umum Soksi.
Spada
Rencananya, dalam Kongres Nasional Golkar di Medan bulan Oktober
mendatang, Golkar harus mengadakan pembaharuan atau penyegaran
menyeluruh, baik orientasi, sistim atau mekanisme, kepimpinan
maupun orientasi. Seandainya gagasannya itu tidak diterima
pendukung Golkar yang lain? "Ya, ibarat kita mengetuk pintu,
berulang mengucap spada tidak ada sahutan, buat apa kita
mengulur-ulur kesabaran?", ujarnya.
Kosgoro, Soksi dan MKGR dikenal sebagai organisasi-organisasi
yang merupakan modal utama Golkar. Pada pemilu 1971 Kosgoro
dengan lambangnya Beringin gagal untuk ikut tampil sebagai
kontestan sendiri dan harus tampil di bawah satu bendera Golkar.
Ketika organisasi ini kemudian merupakan "kino" (kelompok induk
organisasi) utama Golkar. Apa pendapat pimpinan Golkar sendiri
tentang "angin baru" yang datang dari dalam tubuhnya sendiri?
"Pernyataan Kosgoro itu sudah jelas, tidak perlu komentar lagi,"
kata Moerdopo (43 tahun) Bendahara DPP Golkar yang bertindak
sebagai Sekjen sejak diangkatnya Sapardjo sebagai Menteri Sosial
Moerdopo berasal dari salah satu organisasi itu. Maksudnya?
"Artinya tiap orang yang baca tahu maksud pernyataan itu,"
jawabnya. Pernyataan Kosgoro itu katanya ada yang sama dengan
pendapat fraksi Karya dalam pemandangan umum SU MPR dulu. Apakah
DPP Golkar sependapat dengan pernyataan Kosgoro, menurut
Moerdopo "kita lihat dulu yang mana." Tapi ia dengan keras
menolak pendapat adanya keretakan dalam tubuh Golkar sekarang.
"Kalau ada, masa Ketua Umum datang menghadiri Mubes itu,"
ujarnya. Ketua Umum DPP Golkar, Amir Murtono memang hadir dan
memberi sambutan pada Mubes itu yang juga memilih KS AD
Jenderal Widodo sebagai "Bapak Kosgoro."
Munculnya bekas Menteri Penerangan Achmadi dalam Mubes Kosgoro
juga menarik banyak perhatian. Bekas Komandan Tentara Pelajar
(Brigade 17) ini dipotret bersama para bekas komandan detasemen
tentara pelajar lainnya, Isman, Martono, Solichin Gautama dan
Mashuri. Tapi kehadirannya rupanya bukan pertanda kembalinya ke
bidang politik. "Sekarang belum lagi waktunya," kata Achmadi. Ia
menjelaskan kehadirannya karena diundang dan lalu diajak potret
bersama.
"Achmadi itu teman seperjuangan. Kemarin ia memang tersandung.
Itu bisa saja kejadian. Tapi ia tetap teman seperjuangan," kata
Isman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini