SEBUAH pesawat jet F-28 milik Garuda sudah stand-by di lapangan
udara Halim Perdanakusumah sejak akhir pekan lalu. Setiap saat
pesawat itu siap untuk diterbangkan ke bandar udara Subang di
Kuala Lumpur. Tapi pesawat yang khusus disediakan untuk
menjemput Menpen Letjen Ali Moertopo yang jatuh sakit di KL itu,
sampai Senin sore kemarin masih tetap parkir di tempat.
Seriuskah sakit Ali Moertopo? Berita itu masih silang siur. Ada
yang bilang Menpen kena serangan jantung. Tapi ada pula yang
bilang, ia kecapaian hingga perlu istirahat di rumah sakit. Tapi
yang pasti Menpen Ali Moertopo, yang ada 23 September nanti
akan berusia 55 tahun, kini masih dirawat di bagian CCU (unit
perawatan jantung) RSU Malaysia. Menpen langsung berada di bawah
pengawasan dr Pillay, Kepala Rawatan Jantung Hospital Besar itu.
Menpen Ali diduga mulai mendapat serangan pada pukul 02.00
tanggal 7 Juli, sehari setelah ia tiba di KL sebagai tamu
pemerintah untuk menyaksikan jalannya Pemilu di sana. Malam itu,
sekitar jam 23.30 Menpen Ali sudah masuk kamarnya di suit room
lantai 13 Hotel Hilton KL. Ia baru pulang dari jamuan makan
malam bersama Menteri Penerangan Malaysia Datuk Rahmad.
Sedianya, Menpen Ali akan diminta pidato esoknya di muka umum,
di daerah pemilihan Datuk Rahmad.
Bagaimana sampai orang mengetahui Ali Moertopo mendapat serangan
jantung merupakan kisah tersendiri. Dua petugas Malaysia,
demikian cerita wartawan Sinar Harapan, yang ikut dalam
rombongan, mulai curiga ketika pintu kamar tamu pemerintahnya
tampak terbuka. Maka buru-buru kedua petugas yang khusus
ditempatkan di lantai 13 itu mengetuk kamar ajudan Menpen, yang
berada persis di muka karmar Ali Moertopo. Ternyata di tengah
serangan itu Ali Moertopo masih bisa bergerak untuk membuka
pintu kamar yang terkunci rantainya. Para dokter beranggapan,
saat Menpen Ali mendapat serangan dan dibukanya rantai pintu
pada pukul 02.45 merupakan saat-saat yang menentukan.
Maka pertolongan pun cepat dikerahkan oleh petugas kesehatan
Hotel Hilton. Menpen Ali Moertopo yang dikabarkan tak sadarkan
diri itu selama dalam ambulans sudah ditolong dengan oxigen.
Sesampai di rumah sakit itu sebuah alat pacu jantung yang
mutakhir yang sudah dimiliki RS itu, dipasang di dada pasien
penting itu.
Esoknya, pagi-pagi 7 Juli, dr. Soekaman, dr. Rubiono Kertopati,
Ny. Ali Moertopo beserta kedua puteranya Harris dan Luki,
terbang dengan Jetstar dari Lanuma TNI-AU di Halim
Perdanakusumah langsung ke KL. Beberapa orang yang dekat dengan
Jenderal Ali diketahui juga mengambil pesawat yang terpagi.
Tanda-Tanda Awal
Penjagaan di RS itupun cukup ketat. Tak seorangpun dibolehkan
menjenguk kecuali kedua tim dokter kepresidenan dan keluarga
pasien. Tapi Jumat petang 7 Juli itu juga, sekitar pukul 16.00,
wartaberita radio dan teve Malaysia memberitakan kesehatan
Menpen Indonesia Jenderal Ali Moertopo mulai membaik.
Perhatian pemerintah Malaysia demikian besar pada tamunya itu.
Sabtu petang lalu, setelah menunaikan hak pilihnya, adalah PM
Datuk Husein Onn sendiri bersama Nyonya yang datang menjenguk
Ali Moertopo di ruangan VIP lantai IV rumahsakit itu. Paginya
Menteri Dalam Negeri Tan Sri Ghazali bahkan sudah lebih dulu
menjenguk.
Tim dokter Indonesia pun mulai merasa aman. Dr Rubiono Kertopati
sudah kembali di tanah air Minggu sore lalu dengan menumpang
Jetstar. Tapi kepada wartawan TEM PO Bachrun Suwatdi yang
menemuinya di Lanuma TNI-AU Halim, Kepala Tim Dokter
Kepresidenan itu mengelak untuk bicara banyak. "Tidak apa-apa,
tidak mengkhawatirkan," cuma itu ucapannya. Tapi dr. Soekaman,
Kepala Pusat Kardiologi RS CM yang selain ahli jantung, juga
ahli penyakit dalam (internis), masih tinggal di KL dan baru
kembali Senin petangnya.
Kepada wartawan TEMPO Harun Musawa yang berada di KL, Soekaman
menyatakan "Pak Ali sudah bisa ngobrol sambil duduk." Sedang
alasan mengapa masih tetap dirawat di KL ialah di sini
alat-alatnya lengkap. "Kita tak mau ambil risiko sekecil
apapun," katanya. RS itu konon terbaik di Asia Tenggara. Maka
tim dokter telah meminta agar Menpen Ali Moertopo dirawat di
sana selama 10 hari lagi, sejak Jumat yang naas itu.
Adapun yang diderita Menpen, menurut dr. Soekaman, adalah
penyempitan pada sebagian pembuluh darah tapi bersifat
"moderat". Ahli jantung yang jadi dokter kepresidenan sejak
zaman Bung Karno itu tak menjelaskan apakah Jenderal Ali sudah
lama mengidap penyakit itu. Tapi menurut sebuah sumber yang
kebetulan bercakap-cakap dengan Menpen Ali di Halim sesaat
sebelum pesawat bertolak ke KL, ada tanda-tanda sebelumnya.
Pesawat yang membawa Menpen karena kerusakan mesin terpaksa
mendarat kembali di Halim, Kamis pagi itu. Dan sekitar jam
10.00, selagi pesawat diperiksa, Ali Moertopo ada mengutarakan
perasaan yang tidak enak di sekitar dadanya. "Kok rasanya badan
saya kurang enak," katanya sambil memijat-mijat dadanya. Kalau
memang benar begitu, seorang ahli jantung yang ditemui TEMPO
menduga, ketika itu sudah ada tanda-tanda awal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini