BANYAK soal telah dijawab Menteri PAN/Wakil Ketua Bappenas Dr.
J.B. Sumarlin ketika menerima wartawan TEMPO A. Margana dan
Susanto Pudjomartono. Beberapa petikan dari wawancara khusus
itu:
Anda beranggpan, SIAP (Sisa Anggaran Pembangunan) yang
mencapai sekitar 25% masih wajar. Kenapa?
SIAP ini di mana-mana saja suatu hal yang normal. Di Indonesia,
dalam menyusun anggaran kita pakai perkiraan 12 bulan untuk
pelaksanaan. Tapi yang benar-benar efektif dalam prakteknya
adalah 9-10 bulan. Misalnya RAPBN diundangkan 1 April mulai
berlaku -- sama dengan awal tahun fiskal. Selama 1-3 bulan
diperlukan untuk persiapan pelaksanaan secara fisik di lapangan.
Dengan demikian tiap akhir tahun fiskal ada sisa anggaran yang
belum dipakai.
Sisa anggaran ini tak berarti hangus. Ia dialihkan ke anggaran
berikutnya. Dengan demikian terjamin kontinyuitas suatu proyek.
SIAP juga berfungsi orang menjalankan proyek tanpa merasa perlu
"ngebut". Tidak lagi seperti dulu kalau menjelang tutup tahun
anggaran belum habis, para petugas bikin apa saja untuk
menghabiskannya -- seminar di sini, lokakarya di sana, berpindah
dari satu hotel ke hotel lain. Maka lahirlah yang disebut
"turis-turis abidin", para pejabat yang bepergian untuk
workshop atas biaya dinas.
Berapa persentase SIAP yang wajar? Sekitar 20-25%.
Adakah penurunan dari tahun ke tahun?
Dalam Pelita I, rata-rata SIAP sebesar 20-25%. Pelita II agak
naik, barangkali sekitar 30%. Pelita III, dalam tahun 1979-80,
lebih dari 30%.
Apakah bisa disebut, SIAP itu bukti kurangnya efisiensi dan
efektivitas para pelaksana? SIAP yang normal, bukan. Tapi kalau
sampai 40% atau 50%, harus diteliti. Mungkin perencanaannya yang
kurang baik, atau persiapannya kurang matang. Atau ada faktor
lain seperti bencana alam, yang berada di luar perencanaan Di
tahun 1979-1980 ada SIAP yang 30% karena beberapa Daftar Isian
Proyek (DIP) yang harus ditinjau kembali akibat adanya Kenop-15.
RAPBN 1980-81 begitu besar, dan sebagian besar -- sampai 80% --
diperoleh dari hasil penjualan minyak ditambah utang atau
bantuan dari luar negeri. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di
luar negeri itu?
Sudah diperhitungkan. Dari anggaran Rp 10,5 trilyun itu, bantuan
luar negeri yang hanya Rp 1,5 trilyun adalah pelaksanaan bantuan
-- termasuk bantuan kredit ekspor -- yang sudah diteken dulu.
Dan tentang minyak, yang hasil penjualannya memasukkan uang Rp
6,4 trilyun, diperhitungkan berdasarkan asumsi bahwa harga
minyak 198081 rata-rata US$ 30 per barrel. Januari saja sudah
naik US $ 27,5. Jadi cukup aman -- mudah-mudahan tak ada faktor
luar biasa yang membikin pengaruh besar.
Jika kita sudah cukup optimistis dalam hal penerimaan, bagaimana
dengan masalah pengeluaran? Sudahkah diperhitungkan pengeluaran
yang terlampau besar, karena terlampau optimistis?
Tentu harus berdisiplin. Pada prinsipnya, tiap tahun harus tak
ada Anggaran Belanja Tambahan (ABT). Dan dalam hal disiplin,
pengalaman kita selama ini berjalan baik.
Kali ini anggaran rutin lebih besar. Untuk sekitar 2,5 juta
pegawai negeri (ditambah keluarganya, hingga total 12,5 juta
jiwa) disediakan anggaran rutin sebesar kira-kira Rp 2 trilyun.
Bisakah peningkatan daya beli 10% penduduk itu mendorong
kegiatan ekonomi secara berarti? Begini. Peningkatan kegiatan
ekonomi secara nasional sangat dipengaruhi oleh pengeluaran
pemerintah yang begitu besar. Jadi dalam kehidupan ekonomi tak
bisa dipisahkan pengaruh dari anggaran yang rutin dan anggaran
pembangunan. Misalnya pegawai swasta juga akan meningkat daya
belinya. Petani Juga -- yang merupakan sebagian besar rakyat --
mendapatkan subsidi. Misalnya subsidi pupuk, dan juga
dinaikkannya harga gabah setiap menjelang musim panen.
Bagaimana dengan kemungkinan meningkatnya inflasi? Akankah
pemerintah melaksanakan kredit ketat seperti tahun lalu?
Tidak, tapi kredit yang terarah. Dalam pada itu pengendalian
inflasi bisa dilakukan dengan dua jalan. Yang pertama ialah
mengendalikan uang yang beredar di masyarakat. Yang kedua ialah
menyediakan barang kebutuhan pokok sehari-hari serta barang
lain. Kalau perlu kita impor.
Berapa menurut pemerintah perkiraan inflasi tahun ini?
Waktu menyusun Repelita III tempo hari, diperkirakan 10%. Tapi
itu perkiraan lama. Saya pribadi memperkirakan sekitar 15%.
Dalam RAPBN yang akan dibahas DPR sebentar lagi, kami lihat
sektor "pengembangan dunia usaha" mendapatkan persentase yang
jauh lebih besar dibanding persentasenya di tahun lalu.
Bagaimana penggunaannya?
Dunia usaha terdiri dari banyak unsur. Yang besar berupa dana
untuk memperkuat permodalan perusahaan negara. Misalnya, seperti
yang disebut Presiden, PT Nurtanio, Pulau Batam dan lain-lain.
Ditambah lagi, juga kredit candak kulak dan kredit lain untuk
golongan ekonomi lemah. Sedangkan untuk mengembangkan dunia
usaha secara umum, tak hanya dari dana anggaran, tapi juga dari
kredit perbankan yang saya sebut tadi.
Dalam tahun kedua Repelita III, seperti tercermin dalam RAPBN
1980/1981, sektor industri berkurang alokasinya -- baik dalam
persentasenya terhadap jumlah anggaran pembangunan maupun dalam
rupiahnya. Kenapa ini?
Perlu diingat, sektor industri yang dicantumkan dalam RAPBN itu
ialah industri yang ditangani pemerintah. Di luar itu, ada
kredit ekspor untuk perusahaan swasta. Jadi tak berarti
perhatian untuk industri turun. Kalau turun, tidak sesuai dengan
kebijaksanaan pembangunan. Anggaran pembangunan dimaksudkan
menunjang pengembangan industri atau kegiatan ekonomi, dengan
dana kredit dalam negeri atau pemasukan modal dari luar untuk
sektor swasta.
Ada yang mendapat kesan seakanakan sektor pendikan dalam RAPBN
1980-1981 yang terbesar alokasinya. Bahkan sektor Hankam turun.
Ini mengesankan adanya pergeseran kebijaksanaan. Benarkah?
Sebetulnya tak ada pergeseran. Sektor pendidikan tidak
mendapatkan bantuan proyek yang besar seperti sektor lain,
misalnya pertanian dan pengairan, sektor perhubungan dan
pariwisata. Tapi memang pendidikan dapat perhatian besar, karena
dalam 1980-81 kita mencoba melaksanakan amanat Garis-Garis Besar
Haluan Negara, misalnya pelaksanaan program Wajib Belajar.
Kebetulan pertumhuhan ekonomi kita mampu untuk menaikkan sektor
itu. Sektor Hankam juga mulai naik, dari Rp 100 milyar jadi Rp
250 milyar.
Berapa pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dari 1980-81?
Tahun 1979-80 sekitar 6,5%. Tahun depan sekurang-kurangnya
sekitar itu. Dan itu bisa dicapai.
Dalam buku RAPBN, memang sering orang kacau karena anggaran
dibagi secara "sektoral", bukan "departemental". Jika secara
"departemental" jelas, siapa penanggungjawab anggaran
"sektoral"?
Departemen-departemen yang mempunyai sektor itu. Misalnya
sektor pendidikan hampir semua departemen mempunyainya. Tapi
kebijaksanaan pendidikan umum dan kejuruan menjadi tanggungjawab
Menteri P&K. Umpamanya Akademi Industri, milik Departemen
Perindustrian, harus tunduk pada ketentuan Menteri P&K dalam hal
kurikulum, ijazah dan sebagainya. Peningkatan anggaran jadi
tanggungjawab departemen yang merasa memilikinya.
Bagaimana proses departemen memperoleh besarnya anggaran
berbagai program sektoral untuk departemennya?
Pertama-tama, departemen mengajukan usul, yang masih berupa
daftar dan penjelasan. Diajukan sekitar September-Oktober.
Isinya proyek-proyek yang selama ini mereka lakukan, dan
permintaan anggarannya. Juga ada daftar proyek-proyek baru.
Berdasarkan itu, Bappenas meneliti seberapa jauh kebutuhan
departemen itu, seberapa jauh pula itu sesuai dengan prioritas
nasional. Juga dilengkapi bahan dari daerah, dari Bappeda.
Melihat peningkatan anggaran, yang berarti peningkatan kerja,
mampukah Bappenas menanganinya?
Sebagai aparat, harus bisa. Kalau memang kurang tenaga, ya harus
ditambah. Kalau kurang sempurna tata cara pengelolaan, ya harus
disempurnakan. Proses menyempurnakan aparatur adalah proses yang
kontinyu.
Kelihatannya penertiban aparatur negara akan ditingkatkan,
melihat anggaran yang bertambah untuk sektor ini, mencapai Rp
147 milyar, lebih besar dari untuk sektor Hukum dan Industri
sekaligus. Buat apa saja uang itu?
Lebih banyak untuk fasilitas kantor, seperti gedung. Misalnya
bagi departemen yang direktoratlenderalnya terserak ke
mana-mana, bagaimana menterinya bisa mengawasi itu? Nantinya,
semua dirjen suatu departemen dikumpulkan dalam satu gedung.
Di samping itu, anggaran sektor itu juga untuk peningkatan
pengawasan. penyalurannya melalui lembaga pengawasan seperti
Inspektor di Jenderal, atau lembaga seperti Badan Pengawas
Keuangan.
Anggaran untuk Opstib? Itu dari sektor Hankam.
Berapa persen target kebocoran yang bisa ditanggulangi?
Sukar menentukan persentase kebocoran. Apa yang disebut
"kebocoran" itu juga macam-macam interpretasi dan pengertiannya.
Bagaimana kebijaksanaan tentang anggaran "non-budgetair"?
Kalau sistem anggaran baik, tidak ada anggaran yang
"non-budgetair" itu. Semuanya menurut budget.
Dalam RAPBN 1980-81, dana untuk proyek Inpres (Instruksi
Presiden) besar sekali. Siapa yang bertanggungjawab atas
pelaksanaannya?
Dana proyek Inpres merupakan bantuan pelaksanaan pembangunan
daerah. Dalam pelaksanaannya juga terlibat tanggungjawab
pemerintah daerah. Bahkan ada yang 100% tanggungjawab daerah,
misalnya proyek Inpres Desa. Dalam hal proyek Inpres untuk
penghijauan, misalnya, bibit dan dana disediakan Pusat. Daerah
yang melaksanakan. Untuk Inpres SD (Sekolah Dasar), pemerintah
pusat menyediakan dananya, daerah tanahnya. Tanggungjawab teknis
edukatif di tangan Menteri P&K.
Nampaknya dana Inpres yang besar itu belum jelas penanggungjawab
dan pengawasannya. Tak perlukah ada satu pejabat yang
bertanggungjawab?
Sedang dipertimbangkan pens cmpurnaan organisasi Departemen
Dalam Negeri. Antara lain di bidang pembangunan daerah,
dipertimbangkan adanya satu aparat. Apakah tingkat direktur atau
direktur jenderal, sedang digodok. Dulu saya perkirakan akan
selesai Januari ini. Tapi mengubah organisasi 'kan tidak mudah.
Kembali ke soal aparatur pemerintah. Tahun ini gaji dinaikkan.
Berapa besar perbandingan gaji tertinggi pegawai negeri dengan
gaji yang terrendah ?
Golongan I punya gaji Rp 13.600, dan golongan IVe sekitar Rp
130.000. Kalau nanti yang rendah naik 60% dan yang tertinggi
naik 40%, perbandingannya kira-kira jadi Rp 21.700 dengan Rp
190.000. Atau 1 dibanding 8 setengah. Sebelumnya 1 : 10. Jadi,
ya, sudah ada perbaikan.
Terimakasih, Pak Marlin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini