Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Akhir Hidup AM Sipahoetar Salah Seorang Pendiri Kantor Berita Antara

AM Sipahoetar salah seorang pendiri kantor berita nasional Antara bersama Soemanang, Adam Malik dan Pandoe Kartawigoena. Ini kisahnya.

27 Agustus 2022 | 08.05 WIB

Image of Tempo
Perbesar
AM Sipahoetar. Wikipedia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Albert Manoempak Sipahoetar atau lebih dikenal AM Sipahoetar adalah wartawan Indonesia dan salah seorang pendiri kantor berita nasional Antara bersama Soemanang, Adam Malik dan Pandoe Kartawigoena. Ia lahir tepat hari ini, 26 Agustus 1914 di Tarutung, Tapanuli.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dilansir dari dbpedia.org, AM Sipahoetar telah menekuni dunia jurnalisme sejak usia dini. Bahkan di usianya yang baru berusia 20 tahun ia telah memimpin dua penerbitan. Ia bersama temannya, Adam Malik pada 1932 mendirikan cabang Partai Indonesia (Partindo) di Pematang Siantar. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di saat itu pula AM Sipahoetar mendirikan majalah Sinar Marhaen dan memimpin harian Zaman Kita bersama Arif Lubis.

Namun majalah dan harian yang dipimpinnya tutup pada 1934 dan Sipahoetar diangkat sebagai koresponden bagi Pewarta Deli yang berpusat di Medan. Sipahoetar yang tak puas dengan posisi tersebut kemudian ia bersama Adam Malik pergi ke Batavia yang kini merupakan Jakarta. Di Jakarta, Sipahoetar banyak terlibat dalam gerakan nasionalis bawah tanah. Sipahoetar juga mendapatkan pekerjaan di biro iklan Arta yang dimiliki seorang pebisnis Belanda.

Di Jakarta ia juga bertemu dengan Soemanang Soerjowinoto yang menyukai tulisan Sipahoetar dan mengajaknya berkolaborasi. Setelah berkecimpung dalam dunia periklanan, ia mendirikan Antara bersama tiga wartawan lainnya pada 13 Desember 1937. Awalnya keduanya merasa tak senang melihat kantor berita yang hanya memberi sedikit ruang bagi kantor berita lokal.

Soemanang yang merupakan wartawan senior menjadi pimpinan redaksi, Sipahoetar dan Adam Malik menjadi redaktur senior. Mereka memimpin kantor berita Antara selama satu tahun sejak 1938 hingga 1939.

Akhir Hidup AM Sipahoetar

Sipahoetar kemudian menderita penyakit paru-paru yang membuatnya harus pulang ke Sumatera untuk beristirahat. Jabatannya di Antara digantikan sementara oleh Alwi Soetan Osman dan kemudian digantikan Pandoe Kartawigoena.

Saat merasa kondisi telah membaik, Sipahoetar memutuskan untuk kembali ke Jakarta. Ia masih aktif dalam dunia politik dan terus menulis bagi banyak surat kabar. Karena aktivitas politiknya dinilai membahayakan, Sipahoetar ditangkap oleh Kolonial Belanda dan ditahan di Sukabumi kemudian dipindah ke Nusakambangan.

Kemudian dengan datangnya Jepang ke Indonesia membuat Sipahoetar dibebaskan. Ia memutuskan kembali ke Jakarta dan membuka lagi Kantor Berita Antara. Namun, pemerintah pendudukan Jepang meminta Antara untuk dilikuidasi dan akhirnya Antara berganti nama menjadi Yashima pada 29 Mei dan digabung ke Domei Tsuhin.

Sipahoetar meninggalkan Domei Tsuhin karena kambuhnya penyakit paru-parunya yang dideritanya. Ia pergi ke Sukabumi untuk beristirahat dan pada 1947 menikahi perawatnya, Jetraningrat Kartadiwiria.

Ia menghabiskan sisa hidupnya di sanatorium di Pakem, utara Yogyakarta dan meninggal dunia di sana pada 5 Januari 1948. Jasadnya dikebumikan di Yogyakarta dan dihadiri sejumlah tokoh politik ternama, termasuk Perdana Menteri Indonesia, Amir Sjarifuddin

Pada 1978, jasad AM Sipahoetar dipindahkan ke TPU Tanah Kusir di Jakarta dan pemakamannya dihadiri Menteri Ismail Saleh dan Adam Malik.

ANNISA FIRDAUSI 

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus