MULANYA adalah fatwa Ayatullah Khomeini: "Saya minta semua muslim agar mengeksekusi, kapan dan di mana saja dia ditemukan." Seruan yang disiarkan Radio Teheran itu langsung membangkitkan kemarahan orang-orang muslim. Lalu serentetan kutukan mereka alamatkan pada Salman Rusdhie dan penerbit buku Ayat-ayat Setan yang menghebohkan itu. Bahkan duta besar Iran untuk Vatikan terang-terangan menyatakan hasrat untuk mengotori tangannya dengan darah Salman. Di Kairo, Syeikh Al-Azhar Jadul Haq menyebut Salman sebagai orang yang murtad. Karena itu, kata Jadul Haq, Salman harus bertobat bila tak ingin diadili dan dihukum mati. Kemarahan yang agak lunak terhadap penulis buku Ayat-ayat Setan itu baru terdengar dari Arab Saudi. Mereka menghendaki agar Salman jangan buru-buru dieksekusi mati. Ia harus diadili lebih dalu -- kalau perlu in absentia -- untuk memastikan seberapa besar kesalahan yang dilakukannya dan hukuman apa yang layak dijatuhkan. Sementara Salman bersembunyi di suatu tempat di London, untuk menghindari jangkauan orang-orang yang siap membunuhnya, di Islamabad dan Bombay, terikan kemarahan demontran tewas dan puluhan lainnya luka-luka. Darah pemrotes yang mengalir di Islamabad dan Bombay ternyata makin membakar kemarahan pelajar-pelajar muslim di London. Ketika Yusuf Islam, dulu bernama Cat Stevens, penyanyi yang melambungkan lagu Peuce Train, menanyakan kepada pelajar-pelajar itu siapa yang menghendaki hukuman mati dijatuhkan terhadap Salman, sepertiga hadirin mengacungkan tangan mereka sebagai tanda setuju. "Jika seseorang memfitnah Nabi, maka ia harus mati," kata Yusuf. Salman memang telah "mendongengkan" kehidupan Nabi dalam buku Ayat-Ayat Setan dengan cara seenaknya. Bahkan ia seperti ikut mengesankan sebuah sisi sejarah Quran yang ditolak kebenarannya oleh sebagian besar umat Islam. Sisi sejarah yang diributkan Al-Tabari. Menurut Salman dalam The New York Review, judul Ayat-Ayat Setan itu pun berasal dari Al-Tabari. Tabari, seperti dikutip Salman, menulis bahwa Rasulullah ingin meringankan hal-hal yang memberatkan kaumnya (lihat halaman 31). Kemudian Muhammad seolah mendapat ayat yang mengakui tiga dewa pujaan warga Mekah menjadi perantara dengan Tuhan. Tapi, ujar Tabari lagi, kemudian Malaikat Jibril mengingatkan Muhammad bahwa itu "ayat-ayat setan". Ayat itu dibisikkan setan kepada Muhammad seolah-olah wahyu. Karena itu, umat Islam lalu menghapusnya. Tapi Salmantidak mempertanyakan kesahihan Tabari. Karena, kisah Tabari itu dongeng, bukan fakta. Salman, nampaknya membutuhkan ide buat mendongeng, merasa bahwa cerita Tabari itu bagus. Lalu ia mencomot cerita itu tanpa peduli apakah Tabari menyajikan kisah sebenarnya atau cuma khayalan sendiri. Ketidakpedulian inilah yang secara tidak langsung mengundang petaka bagi Salman. Boleh jadi. Salman salah, seperti juga Abdullah bin Ubay, yang hidup di masa Rasulullah, melakukan kesalahan. Salman membuat umat Islam resah oleh novelnya sedang Abdullah bin Ubay berbuat khianat dan meniupkan fitnah. Berulang kali ia -- yang oleh para sejarawan Islam disebut "tokoh munafik" -- menyulut kaum Yahudi agar memerangi Muhammad. Selain itu, ia juga pernah memanas-manasi kaum Anshar, penduduk asli Madinah, agar memusuhi orang-orang Muhajirin, yang hijrah dari Mekah. Pada kesempatan lain, Abdullah bin Ubay bahkan menyebarkan desas-desus bahwa istri Nabi Aisyah, sengaja pergi bersama pemuda Shafwan yang tampan. Setelah kelakuan Abdullah yang melewati batas itu turun Surat Al-Munafiqun. Tak lama sesudah wahyu turun, anak Abdullah mendatangi Muhammad dan menyatakan dialah yang akan menghabisi nyawa sang ayah sekiranya diizinkan. Tapi Nabi tak memperkenankannya. Ketika Umar bin Khattab juga marah. Rasulullah berkata, "Umar! Bagaimana kalau soal ini sampai menjadi pembicaraan orang? Lalu orang berkata Muhammad membunuh sahabat-sahabatnya sendiri?" Dan Muhammad membiarkan Abdullah hidup sampai tua.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini