AKHIRNYA, buku Adik Baru resmi dilarang. Sebelum Jaksa Agung Sukarton Marmosudjono menandatangani keputusan itu, Senin pekan ini, ia menerima wartawan TEMPO. Sambil membuka-buka buku yang menghebohkan itu, Sukarton memberi komentar panjang. Katanya: Ini buku yang meresahkan masyarakat. Setelah saya koordinasikan dengan beberapa instasi terkait, saya mengambil tindakan melarang buku ini. Saya sudah membaca . Ini merusakkan moral anak-anak. Dari halaman pertama sudah kelihatan merusakkan moral. Lihat ini (sambil menunjuk gambar pasangan bersangama), apakah ini tidak merusakkan moral? Cobalah baca, "Akibatnya penis ayah membesar dan tegang". Aduh, begini ini kan membahayakan pendidikan anak. Masa, gambar semacam itu dipertontonkan kepada anak-anak. Di samping itu, apakah anak-anak tahu istilah sel telur, sperma, menerobos dinding, lalu menyatu. Dalam budaya Timur, hal semacam itu tidak pantas dipertontonkan. Nyatanya, buku ini menimbulkan keresahan kaum ibu dan kaum pendidik. Adalah wewenang saya untuk melarang buku yang menimbulkan keresahan. Kalau materi buku itu didiskusikan dari berbagai segi, wah, bisa bermacam-macam. Tapi ingat, tetap saja menimbulkan keresahan .... Jadi, bagaimana sebaiknya memberikan pendidikan seks kepada anak-anak? Dan apa itu perlu? Berilah pendidikan dengan nilai-nilai keagamaan. Kita ini orang Timur. Maaf saja, kehidupan seks tidak usah diajari. Itu tumbuh sesuai dengan kedewasaan kita. Tidak usah membikin kayak begini (Sukarton mencampakkan Adik Baru ke meja.). Terus terang saja, apakah kita pernah dididik seperti ini? Dengan cara wajar- wajar saja, nyatanya, ya, selamat. Ya, hidup baik-baik saja. Orangtua kita mengajarkan nilai-nilai keagamaan, budi pekerti, dan hal-hal yang baik sejak kita kecil. Maka itu, pakailah ukuran-ukuran ketimuran. Pakai bahasa kultur Indonesia, dan jangan memakai bahasa kultur lain. Bahasa kultur kan kadang tidak bisa diucapkan tapi bisa dirasakan. Pantas nggak mempertontonkan barang-barang atau gambar-gambar semacam itu? Sekarang juga banyak diedarkan dan diperdengarkan lagu-lagu yang berbau seks. Itu juga tidak benar. Kami pun akan mengusut. Apa tidak ada lagu-lagu yang enak didengar, dan tidak usah porno? Kita harus mendidik bangsa agar bermartabat tinggi. Kita boleh modern tapi tetap dengan kepribadian Indonesia. Saya kaget betul membaca buku ini. Waduuuh. Saya kira komik apa, nyatanya .... (Telepon berdering. Sukarton mengangkatnya. Dari Menteri Agama H. Munawir Sjadzali. Menteri bertanya tentang buku Adik Baru dan Ayat-Ayat Setan. Dalam pembicaraan itu, Sukarton memberi tahu Menteri Agama bahwa buku Adik Baru sudah dilarang, sedangkan Ayat-Ayat Setan dilarang masuk ke Indonesia. "Buku Adik Baru hari ini saya larang," suara Jaksa Agung.) Bagaimana kalau orang sudah telanjur punya buku itu? Ya, lebih baik mereka menyerahkan saja buku itu, daripada dibaca anak-anak. nanti malah repot. Apalagi buku itu (aslinya) bukan bikinan orang Indonesia.Agung Firmansyah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini