Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Antara angka rapor dan tes masuk

17 September 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BILA selama ini sukses mahasiswa yang diterima lewat panduan bakat atau proyek perintis II cuma diduga lewat pengamatan, Rahmat Syahni Zakaria, 26 tahun, membuktikannya dengan sebuah penelitian. Penelitian itu diajukan sebagai tesis di Fakultas Pasca Sarjana IPB, 16 Juni lalu. Rahmat, sarjana statistika IPB, membandingkan prestasi mahasiswa tingkat pertama di IPB, UGM, dan ITB antara yang lewat tes proyek perintis I dan proyek perintis (PP) II. Dengan melihat, antara lain, nilai mutu rata-rata, Rahmat menghitung. Di IPB angka persentase kelulusan mahasiswa PP II dari tahun pertama ke tahun kedua sekitar 88%. Itu lebih besar 7% dibanding yang lewat PP I. Di ITB angka selisih itu hampir sama. Di UGM lebih sedikit: sekitar 8%. Cuma, bila diambil yang mencapai angka lulus luar biasa, perbedaan persentase itu membengkak. Mahasiswa IPB lewat PP II, yang tergolong naik tingkat dengan nilai luar biasa ada sekitar 13%. Yang dari PP I cuma 4%. Di ITB, mahasiswa PP II mencapai angka 20%. Prestasi itu hanya dicapai oleh 9% mahasiswa yang lewat tes PP I. Pun di UGM, angkanya ialah hampir 13% untuk PP II, cuma 5% untuk PP I. Tapi yang menarik dari penelitian Rahmat, yang kini belajar di Amerika Serikat untuk memperoleh doktornya, adalah penyimpangan ramalannya tentang keberhasilan mahasiswa yang lewat tes masuk PP I dan lewat angka rapor untuk PP Il. Dari nilai tes masuk PP I, diramalkan keberhasilan mereka naik ke tahun kedua antara 50% sampai 70%. Sementara untuk mahasiswa PP II, angka itu hanya menunjuk 40% sampai 50%. Tapi, mengapa persentase keberhasilan mahasiswa PP II ternyata lebih tinggi? Rahmat kemudian mencoba mencari sebab penyimpangan ramalannya itu. Ternyata mahasiswa PP I yang diduga akan memperoleh persentase keberhasilan tinggi itu, adalah hasil karbitan. Misalnya, karena mereka telah ikut bimbingan tes. Sementara mahasiswa PP II yang diduga sebaliknya, pada dasarnya merupakan bekas pelajar yang pandai semasa SMA-nya. Mereka diramalkan lebih rendah persentase keberhasilannya, karena nilai rapornya tidak tinggi. Menurut Rahmat, disebabkan SMA tempat mereka pernah sekolah, pelit memberi nilai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus