Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Adik bungsu Presiden keempat Abdurrahman Wahid, Hasyim Wahid, meninggal pada Sabtu, 1 Agustus 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hasyim meninggal di RS Mayapada, Jakarta, pada usia 67 tahun. Sebelum meninggal, dia sempat dirawat di rumah sakit selama dua pekan lebih karena komplikasi ginjal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gus Im, sapaan Hasyim, merupakan sosok yang berbeda dari kakak-kakaknya. Keluarganya besar di pesantren dan berdarah kiai, sementara ia memilih jalan sebagai pedagang.
"Kakek, bapak, kakak saya semuanya kiai. Nah, saya ini preman. Dan, yang jelas, lebih sinting dari Gus Dur," ujarnya dalam wawancara dengan Majalah Tempo pada Mei 2000.
Semasa hidup, Hasyim pernah masuk ke pemerintahan sebagai salah staff ahli di Badan Penyehatan Perbankan Nasional atau BPPN pada 2000.
Sebagai konsultan, dia terkenal jago menghadapi debitor bandel. Di tangan Gus Im, pengusaha kakap seperti Tommy Winata, Bambang Trihatmodjo, hingga Tommy Soeharto yang sulit ditemui, bisa datang sendiri ke BPPN sembari menenteng data perusahaan mereka.
Ketika ditanya bagaimana cara mendatangkan mereka, dia menyebut istilah trade-off (timbal balik). "Saya datangi mereka. Saya sudah kenal mereka cukup lama, sejak awal 1980-an, ketika saya masih berdagang. Dulu mereka ogah-ogahan ke BPPN. Sekarang mereka mau datang, membawa data atau angka-angka," ujarnya.
Di BPPN inilah urusan aset bermasalah dan pengembalian uang negara yang tersalur pada sektor perbankan, diselesaikan dengan cara negosiasi. Kendati, kata Hasyim, proses tagih-menagih tersebut tentu bukanlah perkara mudah.
"Kalau saya menjadi pengusaha dan harus membayar utang Rp50 miliar, bisa jadi saya akan memilih cara lebih murah: menyewa preman untuk mengedor atau mencelurit si penagih utang dengan ongkos Rp 5 miliar saja...," ujarnya berkelakar.
"Debitur yang nakal mestinya dibui saja. Kalau perlu, ditembak satu kakinya biar duitnya keluar," lanjutnya. Baca selengkapnya wawancara Gus Im dengan Majalah Tempo di sini.