Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Asyiknya Kuliah Dini

12 September 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kisah Riana Helmi dan Adian Muhamad al-Raisuli yang masuk kuliah pada usia 14 tahun bukanlah yang pertama. Ternyata program akselerasi telah menghasilkan banyak lulusan yang masuk universitas pada usia belia. Salah satunya adalah Aisyah Tiar Arsyad, yang kini kuliah di semester ketiga, Jurusan Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Ketika masuk ke kampus itu, dua tahun lalu, usianya sama seperti Riana dan Adian: 14.

Anak pasangan Tita Sopia dan Arsyad Kasmar itu sungguh beruntung karena selalu masuk kelas akselerasi sejak SD, SMP, sampai SMA. Aisyah hanya butuh lima tahun untuk menyelesaikan SD, dua tahun di SMP, dan dua tahun di SMA. Dia juga selalu menjadi juara umum di sekolahnya. Padahal, orang tuanya tidak menekankan dia harus belajar keras.

Lulusan SMA Labschool, Jakarta, itu mengaku tidak mengalami kesulitan yang berarti saat kuliah. ”Saya enjoy saja,” kata Aisyah. Teman-temannya pun tak memperlakukannya sebagai anak bawang. Dia justru bangga bisa membahagiakan orang tua dengan prestasinya. Kalaupun ada sedikit ganjalan, itu terjadi pada semester pertama dan kedua. Soalnya, dia harus menempuh mata kuliah ilmu pengetahuan alam seperti kalkulus dan biologi, sehingga motivasinya untuk belajar agak kurang. ”Kesannya kayak belajar itu lagi, itu lagi...,” tutur Aisyah.

Akibatnya, indeks prestasinya tidak terlalu memuaskan, hanya 2,7 pada semester pertama dan 2,65 pada semester kedua. Sekarang keinginan belajarnya sudah meningkat, sebab ia mulai mempelajari bidang manajemen yang memang diminatinya. Dia berharap nilainya bisa naik pada semester ketiga.

Sama seperti Aisyah, Pietra Dewi juga mulai kuliah pada usia 14 tahun. Bedanya, dia belajar di Jurusan Farmasi, Universitas Indonesia. Lulusan SMA Labschool Jakarta ini mengalami pula akselerasi tiga kali dari SD hingga SMA. Dia pun tidak mengalami hambatan saat kuliah. ”Biasa saja teman-teman saya tak menganggapnya ada sesuatu yang aneh. Lagi pula badan saya tinggi,” ujar Pietra. Bahkan, jika ia tak bercerita tentang dirinya, teman-temannya tak ada yang tahu kalau usianya masih belia.

Awalnya, nilai Pietra memang tak terlalu memuaskan. IP-nya hanya 2,5 pada semester pertama. Tapi, di semester berikutnya dia selalu memperoleh IP di atas 3,0. Nilainya membaik karena dia sudah bisa menyesuaikan diri. Pietra mengaku bukan tipe orang yang suka belajar jauh hari sebelum ujian. Di SMA, ia biasa belajar satu jam sebelum ulangan. ”Ternyata di universitas nggak bisa seperti itu,” katanya.

Lis Yuliawati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus