Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Bali Punya Banyak Hari Libur, Kenapa?

Bali memilki hari libur yang lebih banyak bedasarkan kalender Bali dibandingkan daerah lain. Kapan saja?

15 Juli 2024 | 16.27 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Peradaban umat Hindu di Bali lekat dengan tradisi dan beragam ekspresi budaya yang mengiringinya. Sehingga dalam menunaikan rangkaian upacara spiritual atau tradisi tersebut masyarakat harus mengambil jeda dari pekerjaan atau sekolah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Maka, selain libur nasional, Bali memilki hari liburnya sendiri berdasarkan kalender Bali. Kapan saja?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hari Saraswati

Dinukil dari Antara, Hari Raya Saraswati terdapat dalam Lontar Sundarigama yang menjelaskan bahwa hari raya tersebut diperingati setiap 210 hari sekali pada Saniscara Umanis Wuku Watugunung, yang menandakan turunnya ilmu pengetahuan sebagai penuntun umat manusia ke jalan kebenaran. Ilmu pengetahuan ini identik dengan Dewi Saraswati yang dilambangkan dengan wanita berparas indah nan menawan.

Hari Pagerwesi

Hari Raya Pagerwesi dirayakan untuk memuliakan Ida Sanghyang Widhi Wasa dengan manifestasinya sebagai Sanghyang Pramesti Guru (Tuhan sebagai guru alam semesta), disarikan dari sinmawa.unud.ac.id. Pagerwesi berasal dari kata Pager yang berarti pagar atau pelindung, dan Wesi yang berarti besi. Pagar Besi ini memiliki makna suatu sikap keteguhan dari iman dan ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia, sebab tanpa ilmu pengetahuan kehidupan manusia akan mengalami kegelapan (Awidya).

Hari Siwaratri

Perayaan Hari Raya Siwaratri bagi umat Hindu merupakan kegiatan keagamaan rutin tahunan yang dirayakan setiap purwaning tilem sasih kepitu. Malam Siwaratri merupakan suatu malam perenungan atas perbuatan yang telah diakukan selama ini agar umat bisa intropeksi diri, dikutip dari sinmawa.unud.ac.id.

Penampahan Galungan

Dilansir dari djkn.kemenkeu.go.id, sehari sebelum Galungan, umat Hindu menggelar tradisi penampahan (penyembelihan). Tradisi ini dilakukan dengan menyembelih babi yang mengandung makna simbolis, yaitu membunuh semua nafsu kebinatangan dalam diri manusia.

Galungan dimaknai sebagai hari kemenangan kebaikan melawan kejahatan oleh umat Hindu di Bali yang dirayakan setiap 210 hari atau setiap enam bulan sekali, yaitu pada Budha (Rabu) Kliwon Dungulan

Umanis Galungan

Setelah Hari Suci Galungan, merupakan Umanis Galungan dimana umat Hindu biasanya melakukan persembahyangan dan mengunjungi sanak saudara.

Hari Raya Nyepi

Dikutip dari parisada.or.id, Nyepi merupakan tahun baru Caka yang jatuh pada Sasih Kadasa. Nyepi diadakan paruh pertama masa kesepuluh( Sasih Kadasa) yang merupakan hari pertama yang dipandang hari bersih untuk memulai dengan lembaran hidup baru pada tahun baru Caka

pada saat Nyepi, umat Hindu di Bali melakukan Catur Brata Penyepian yaitu Amati Karya (tidak bekerja), Amati Geni (tidak menyalakanapi), Amati Lelungan (tidak bepergian),dan Amati Lelanguan (tidak bersenang senang).

Hari Raya Kuningan

Pada saat Hari Raya Kuningan, umat Hindu di Bali melakukan persembahyangan atas turunnya kembali Sang Hyang Widi (Tuhan Yang Maha Esa) disertai oleh Dewata atau Pitara (leluhur). Upacara dilangsungkan hanya sampai pukul 12.00 siang sebab setelah itu para Dewata diyakini kembali ke Suralaya (kayangan) 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus