Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik
Wot-wot Gawoh

Berita Tempo Plus

Untuk Apa Soeharto Mendapat Gelar Pahlawan Nasional

Upaya menjadikan Soeharto sebagai pahlawan nasional hingga penempatan pejabat birokrasi daerah akan beralih ke tangan presiden.

20 April 2025 | 08.30 WIB

Keluarga korban pelanggaran HAM berat, Maria Catarina Sumarsih (kiri) Bersama istri mendiang Munir, Suciwati (Tengah) menolak pemberian gelar pahlawan untuk Soeharto di Kementerian Sosial, Jakarta Pusat, 10 April 2025. Tempo/Martin Yogi Pardamean
Perbesar
Keluarga korban pelanggaran HAM berat, Maria Catarina Sumarsih (kiri) Bersama istri mendiang Munir, Suciwati (Tengah) menolak pemberian gelar pahlawan untuk Soeharto di Kementerian Sosial, Jakarta Pusat, 10 April 2025. Tempo/Martin Yogi Pardamean

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ringkasan Berita

  • Penolakan pemberian gelar pahlawan kepada Soeharto makin kencang.

  • Sistem penjurusan SMA akan diberlakukan lagi setelah dihapus Nadiem Makarim.

  • Pekerja sirkus Taman Safari Indonesia diduga mengalami eksploitasi dan pelanggaran HAM.

SEJUMLAH kelompok masyarakat sipil menolak usulan pemberian gelar pahlawan nasional kepada mantan presiden Soeharto. Sekretaris Umum Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia atau IKOHI, Zaenal Muttaqien, menyebutkan Soeharto tak layak menjadi pahlawan karena terlibat sejumlah kasus pelanggaran hak asasi manusia berat, dari peristiwa 1965 hingga kerusuhan Mei 1998.

“Pertimbangan ini menjadi alasan kami bersama pembela hak asasi manusia membuat petisi untuk menolak gelar pahlawan kepada Soeharto,” ujar Zaenal, Selasa, 15 April 2025. Petisi berjudul “Tolak Gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto” itu muncul di situs Change.org.

Petisi itu dibuat oleh Gerakan Masyarakat Sipil Adili Soeharto (Gemas). Gemas mengirim surat penolakan kepada Kementerian Sosial. Usulan pemberian gelar pahlawan untuk Soeharto berasal dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah Imam Maskur menuturkan, usulan itu datang dari Bambang Sadono Center pada Oktober 2024. Namun usulan itu mental karena pengusul belum menyertakan tanda tangan ahli waris. Belakangan, Kementerian Sosial memasukkan nama Soeharto sebagai calon pahlawan nasional bersama sejumlah tokoh lain.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Hussein Abri Dongoran

Bergabung dengan Tempo sejak April 2014, lulusan Universitas Pasundan, Bandung, ini banyak meliput isu politik dan keamanan. Reportasenya ke kamp pengungsian dan tahanan ISIS di Irak dan Suriah pada 2019 dimuat sebagai laporan utama majalah Tempo bertajuk Para Pengejar Mimpi ISIS.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus