Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Biduk Mereka Hampir Karam

Air manis, desa nelayan di dekat padang dikenal dengan legenda malin kundang, sebagai tempat rekreasi. nelayan tradisional terdesak nelayan perahu bermotor karena tak ada bantuan & bimbingan dinas perikanan. (ds)

14 Januari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AIR Manis masih seperti dulu-dulu juga. Perkampungan nelayan miskin di pantai selatan dan merupakan kampung bernomor 13 di Kota Padang itu masih saja ramai dikunjungi turis domestik. Terutama hari Minggu dan hari libur. Pantainya yang indah dan kapal si Malin Kundang yang membatu itu masih saja ditapaki jejak pasangan remaja untuk bercumbu rayu. Terletak 5 Km di selatan Padang, Air Manis dari dulu memang tersohor sebagai tempat rekreasi pantai. Ke arah laut membentang pemandangan indah samudera Indonesia. Di sisinya berdiri pebukitan hijau. Di sebelah yang lain di ujung pantai terdapat sisa kapal Malin Kundang yang durhaka itu. Tapi malangnya keramaian Air Manis itu tak banyak membawa arti bagi penduduk kampung itu. Artinya para pendatang, jarang yang menjatuhkan rupiah di sana. Selain memang tidak disediakan tempat tempat berdagang, pengunjung memang kurang berselera untuk mampir di tempat-tempat yang ada. Tak bisa lain, pengunjung memang lebih senang membawa minuman sendiri dan mencicipi sepanjang jalan dari Gunung Padang sampai ke kaki Bukit arah ke Teluk Bayur di ujung selatan. Dengan begitu, warga Air Manis tidak bisa berusaha lain, kecuali terus menekuni kehidupan mereka seperti selama ini sebagai nelayan tradisionil. Tetapi belakangan ini kehidupan sebagai nelayan itu pun makin susah. "Dulu di sini ada 80 biduk, kini tinggal biji," kata Muchtar St. Mudo pemuka Air Manis. Bagan Dan Motor Pasal mundur jumlah armada biduk warga Air Manis tak bisa lain disebabkan makin merajalelanya armada perahu bermotor dengan alat penangkal yang lebih modern. Ada pula bagan yang sudah ditanam di beberapa bagian pantai. Kemajuan peralatan nelayan lain rupanya telah mengutik ketenangan para nelayan pribumi di sana. Akibatnya nelayan miskin itu tambah miskin. "Sebagian sudah berusaha sebagai kuli di pelabuhan Muara dan Teluk Bayur," kata Muchtar St. Mudo. Cerita begitu memang menyedihkan. Tentu saja cucu- cucu si Malin Kundang ini mengutuki nasib mereka yang begitu. Dan pula sejauh ini mereka merasa tidak diberi kesempatan berkembang, misalnya dengan memperoleh bantuan dan bimbingan Dinas Perikanan. "Jangankan bantuan, bimbingan saja belum kami peroleh," begitu kata seorang nelayan di sana. Dan tudingan mereka alamatkan ke yihak Dinas Perikanan yang justru berpusat tidak jauh dari Air Manis. Pihak Dinas Perikanan yang berkantor di Muara rupanya belum sempat mencek keadaan nelayan di Air Manis. "Masih kita cek dulu hagaimana keadaan mereka," kata ir. Panjaitan orang perikanan yang dihubungi melalui Humas Pemda Tk. I Sumatera Barat. Nelayan Air Manis merasa sawah ladang mereka sudah dirampas oleh kemajuan penangkapan nelayan lain. Untung saja pukat harimau belum sempat menjamah pantai Air Manis. "Jika itu terjadi. biduk kami benar-benar sudah karam" kata nelayan yang lain. Jalan Kesulitan begitu mereka keluhkan kepada tim DPRD Kodya Padang yang turun ke sana Oktober dan Nopember silam. Merasa bahwa urusan nelayan adalah urusan dinas perikanan, para warga setempat cuma minta prasarana jalan dan kesehatan kepada tim DPRD. Tentu saja wakil rakyat Kota Padang itu menjanjikan akan menyalurkan keinginan tadi lewat APBD Kota Padang tahun ini. Tapi tahun lalu Air Manis sudah menerima bantuan desa. Bangunan kantor Musyawarah Desa yang akan berfungsi pula sebagai kantor Kepala Kampung berhasil dirampungkan, biayanya Rp 2 juta. Bantuan desa Rp 900 ribu pemerintan kota Rp 600 ribu dan sisanya sekitar Rp 500 ribu berasal dari swadaya masyarakat. "Jalan ke Air Manis akan kita rehabilitir tahun ini lewat APBD 77/78," kata Walikota Padang drs. Hasan Basri Durin waktu menjenguk warganya di Air Manis pertengahan Desember yang silam. Perbaikan jalan agaknya memang akan melepaskan penduduk Air Manis dari keterisolirannya. Dengan begitu arus kemajuan kampung lain secara berangsur-angsur bakal menyentuh pula kampung yang satu ini. Dan itu juga berarti Air Manis yang berpenduduk 2000 orang itu dengan luas areal 3 km persegi akan mudah mencari pekerjaan di kota Padang, sepanjang kehidupan sebagai nelayan macam sekarang masih suram.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus