KETUA Umum DPP PDI Soenawar Soekowati bertindak cepat. Baru
sebulan menduduki jabatannya ia telah mulai "membersihkan"
pimpinan partainya. Sepucuk surat yang diteken Soenawar dan
Sekjen Sabam Sirait tertanggal 19 Februari dikirimkannya kepada
Presiden lewat Ketua DPR Daryatmo 2 Februari lalu. Isinya:
menarik kembali keanggotaan anggota Fraksi PDI di DPR. Oleh
pimpinan DPR, pada 27 Februari lalu surat tersebut langsung
diteruskan pada Presiden.
Yang terkena adalah Usep Ranawijaya, Abdul Madjid dan Ny. D.
Walandouw dari "Kelompok Empat", ditambah Santoso Donoseputro
dan Sulomo. Tiga yang pertama dituduh melawan DPP hasil Kongres
II dengan mendirikan DPP Tandingan. Sedang dua lainnya
disalahkan karena dianggap telah terlibat dan aktif mengikuti
rapat-rapat yang diselenggarakan "Kelompok Empat" tersebut.
Menurut Tata tertib DPR, anggota DPR memang bisa berhenti antar
waktu karena diganti organisasinya, setelah terlebih dahulu
bermusyawarah dengan pimpinan DPR. Pemberhentian dan
pengangkatan antarwaktu tersebut diresmikan dengan keputusan
Presiden.
Penarikan kelima orang itu tampaknya karena Soenawar dkk.
khawatir atas pengaruh mereka yang agaknya cukup mempunyai
pendukung di daerah. "Kalau tidak dipatahkan sekarang, mereka
bisa mengacau partai menjelang pemilu," kata seorang anggota
DPP. Kabarnya DPP tandingan yang dipimpin Abdul Madjid dan
beranggotakan 12 orang itu memang merencanakan untuk mengajukan
calon sendiri dalam Pemilu 1982.
Keputusan Soenawar itu bukannya tanpa tantangan. Dalam rapat
fraksi di gedung DPR Sabtu lalu ada yang menghimbau Ketua Umum
agar penarikan itu ditunda. "Kami minta agar jalan hidup para
rekan itu jangan dipotong sekarang. Lebih baik ditunggu sampai
masa jabatan mereka berakhir," kata seorang anggota F-PDI.
Namun seruan itu rupanya tak berhasil mengubah sikap Soenawar.
Abdul Madjid sendiri juga bereaksi. "Kelompok Empat" tersebut
menemui Ketua DPR Daryatmo pada 25 Februari lalu, menjelaskan
bahwa merekalah anggota DPP PDI yang sah. "Kami memang
membicarakan masalah recalling pada umumnya, tapi tidak bicara
soal diri kami," kata Abdul Madjid. "Mereka tidak berhak
melakukan recalling karena DPP yang sah adalah yang saya
pimpin," tambahnya. Ia berpendapat anggota DPR tidak bisa
ditarik kembali sejauh tidak melanggar garis partai dan sumpah
anggota DPR.
Belum sampai mereka meninggalkan gedung DPR, Soenawar beserta
para anggota DPP-nya berganti masuk ruang kerja Daryatmo yang
telah menunggunya bersama Wakil Ketua Mashuri dan Kartidjo serta
Sekjen Wang Suwandi. Yang dibicarakan: penarikan 5 anggota tadi.
Yang tampaknya paling kaget mendengar putusan recalling itu
adalah Sulomo. Konon ia ditarik karena dikenal dekat dengan Usep
dan telah mengganjal Soenawar waktu profesor ini berusaha
membentuk DPC tandingan di Ja-Teng menjelang kongres. Kabarnya
ia telah mengirim surat protes pada DPP, menyangkal
keterlibatannya dengan kelompok Abdul Madjid dan melampirkan
keterangan dokter dan resep yang menunjukkan bahwa ia sakit di
Semarang pada waktu sekitar Kongres II.
Sedang Santoso diganti karena dianggap dekat dengan Sanusi.
Abdul Madjid sendiri kaget mendengar kedua F-PDI ini dituduh
terlibat dengan DPP-nya. "Saya tidak memasukkan Sulomo dan
Santoso dalam DPP saya," katanya.
Surat penarikan yang dikirim Soenawar ke Presiden juga disertai
daftar calon penggantinya Usep dan Ny. Walandouw diganti Rivai
dan J. Siregar dari Jawa Barat. Sulomo diganti Sutopo dari Jawa
Tengah. Sedang Abdul Madjid dan Santosa, diganti Marsoesi dan
Adipranoto dari Jawa Timur.
Rivai dikenal sebagai orang dekat Soenawar. Begitu juga Sutopo,
bekas orang dekat almarhum Hadisubeno, yang menjelang konres
banyak membantu Soenawar mendirikan DPC tandingan. Adipranoto
dianggap "orangnya" Isnaeni. Sedang Marsoesi dikenal sebagai
tangan kanan Hardjantho.
Melihat sikap pemerintah yang lebih mengakui DPP Soenawar,
agaknya nasib kelima "pembelot" itu bisa diramalkan. Dan
tampaknya mereka juga sudah siap. "Ini risiko perjuangan. Masih
ada tempat lain untuk berjuang," kata Ny. D. Walandouw sebelum
mengambil gajinya Senin lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini