Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Bukan sekolah penganggur

Dikoordinasikan oleh jurusan fisika teknik ITB. lulusannya disejajarkan dengan STM. (pdk)

2 Juli 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KAMPUS ITB rupanya tak cuma mencetak insinyur. Tak banyak orang tahu, di sana ada SAIG, singkatan dari Sekolah Ahli Pembuat Instrumen Logam dan Gelas, semacam STM Pembangunan yang sudah dikenal. Cuma SAIG nampaknya lebih condong pada pelajaran praktek (60%) dibanding STM Pembangunan yang membagi sama praktek dengan teori. Maka kata Ir. F.X. Nugroho Soelami, wakil direktur sekolah itu, "dalam kemampuan dan keterampilan, kami dapat bersaing dengan STM Pembangunan." Apalagi jurusan instrumen logam dan gelas itu tak terdapat di sekolah menengah kejuruan mana pun di sini. Tak aneh, kalau Ir. Dida Suhadi, koordinator pelaksana harian sekolah itu berkata "saya belum dengar ada tamatan sekolah ini yang jadi penganggur." Lulusannya biasanya bekerja di berbagai bengkel dan laboratorium. Yang terbanyak di PT Caltex-Rumbai, Krakatau Steel, LIN-LIPI, Pindad, atau bengkel-bengkel swasta. Dari 19 lulusannya tahun ini, 15 di antaranya sudah diambil Departemen P & K, dijadikan tenaga operator di laboratorium berbagai perguruan tinggi negeri. Dikoordinasikan oleh Jurusan Fisika Teknik ITB -- ketua jurusan ini otomatis merangkap direktur SAIG -- sekolah ini memang tak pusing soal fasilitas. Sekitar 80 muridnya setiap pagi belajar di 5 lokal di bagian barat kampus ITB. Di dekat kantor sekretariatnya, ada ruang perpustakaan yang sarat buku-buku. Tak jauh dari situ terdapat ruangan bengkel yang cukup lengkap: ada mesin bubut, mesin potong, mesin gerinda, dan berbagai alat besar untuk membuat instrumen logam dan gelas. Semua itu memang milik Jurusan Fisika Teknik ITB. Tapi kegiatan SAIG, menurut Nugroho yang juga staf pengajar Fisika Teknik ITB itu, tak mengganggu si pemilik fasilitas. Cuma saja, karena menumpang, jumlah murid yang diterima pun dibatasi: setiap tahun 25 orang. Untuk tahun ini, jumlahnya malah menciut jadi 15 karena ruang praktek Fisika Teknik sedang diperbaiki. Di sekolah yang menerima lulusan SMP ini, pelajaran lebih ditekankan pada kemampuan individu, dengan memberikan bimbingan intensif pada murid -- terutama pada praktikum yang menyita 60% jam pelajaran itu. Kurikulum yang dipakai bukan dari Departemen P & K. Tapi sejak 1959 Departemen P & K sudah menetapkan lulusan SAIG disamakan dengan STM. Artinya, kurikulumnya disusun sendiri oleh pengelola SAIG, yang terdiri dari para staf pengajar Fisika Teknik ITB. Pelajaran agama, bahasa Indonesia, atau pengetahuan umum tetap diberikan, tapi penekanannya hanya pada pembuatan instrumen gelas dan logam, terutama untuk peralatan laboratorium. Misalnya, gelas penyuling, gelas ukur, alat ukur tekanan, dan jangka sorong. Tenaga pengajar juga tak sulit di sini. Ada 12 tenaga pengajar tetap -- 4 di antaranya sarjana -- semuanya diambil dari Fisika Teknik. Ada yang memang dosen, tapi ada juga mahasiswa tingkat akhir. Sekolah yang tak pernah dipublikasikan itu -- karena tempat terbatas -- setiap tahun tak kurang 100 pelamar mencoba masuk. Dan setelah dites, hanya 25 orang yang diterima sebagai murid. Itu pun bagi yang tinggal kelas, kontan dikeluarkan. Beberapa alumninya, bangga dengan sekolah itu. "Begitu saya melamar, segera saya diterima," kata Sukarna, 28 tahun. Kini lulusan SAIG 1974 itu bekerja di bengkel milik Direktorat Geologi dan Tata Lingkungan di Bandung dengan pangkat II b. Sukarna merasa usahanya selama 4 tahun belajar di sekolah yang menarik biaya Rp 150 ribu per tahun per murid itu, tidak sia-sia. Begitu juga bagi Dading Muhamad, 24 tahun, lulusan tahun 1978. Setelah bekerja 5 tahun di PT Karya Teknik, perusahaan reparasi alat-alat logam, kini telah menjabat kepala bagian bengkel dengan gaji Rp 150 ribu sebulan. "Inilah sekolah yang betul-betul bermanfaat. Begitu lulus kita mudah cari kerja," katanya. Ini diakui oleh Sumarna Adiwijaya, manajer PT Karya Teknik itu. "Mereka pekerja yang rapi dan terampil," katanya. Sayang, menurut Sumarna, sangat sulit mencari lulusan SAIG. Dari 20 buruhnya, yang dari sekolah itu cuma Dading seorang. Sekolah itu setiap tahunnya memang cuma mengeluarkan 20 lulusan. Berdiri sejak 1921, bersamaan dengan berdirinya ITB, mulanya cuma berupa kursus untuk memenuhi kebutuhan tenaga operator di laboratorium fisika Bosscha (sekarang Fisika Teknik ITB). Baru setelah 1950, kursus itu berubah menjadi sekolah seperti sekarang, disejajarkan dengan STM, tapi dengan masa belajar 4 tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus