DI tepian Bengawan Solo ada Taman Jurug, tempat hiburan seluas
28 ha. Dibangun sekitar sepuluh tahun lalu oleh Walikota (waktu
itu) R. Kusnandar yang kemudian memimpin PT Bengawan Permai
Solo, sebagai pengelola taman itu. Sasarannya untuk tempat
rekreasi keluarga nampaknya rada meleset -- mungkin karena
letaknya jauh ke pinggir timur kota. Aneka perabot mainan dan
bangunan jadi telantal, dan daun kering pun berserakan -- jarang
disapu.
Namun taman itu belum mau menyerah. Kini dengan karcis Rp 100
per orang, "tiap bulan kami peroleh sekitar Rp 1 juta," kata
Suprapto Suryadarma, manajer. Yang 'menyelamatkan' terutama
pasangan muda-mudi. Tenang memang, tempatnya. Sepi lagi. Banyak
pohon cemara, akasia, dan semak. Di tepi kali ada gundukan
tanah, di sana-sini ada gua mini. Ini dia.
Toh taman itu tempat terbuka. Tak heran bila, meskipun ini jelas
usil, banyak juga muda-mudi datang dengan kepentingan aneh:
ngintip orang pacaran. Cara mengintip macam-macam. Ada yang
berlagak sedang melukis. Ada yang pura-pura baca buku.
Gerombolan biasanya sekitar lima orang, dan siap dengan teropong
segala. Mereka ini dijuluki 'si mata setan' oleh para langganan
taman. Berapa jumlah mereka, belum disensus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini