Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah kedai kopi di lantai dasar gedung SMK Negeri 32 Jakarta tak lagi ‘rimbun’ dengan kehadiran siswa-siswinya. Sejak pandemi Covid-19 melanda setahun yang lalu, Rimbun Cafe yang dikelola sekolah ikut menghentikan usahanya. “Sementara dipakai untuk ruang isolasi,” kata Kepala Sekolah SMKN 32 Jakarta Komariah saat ditemui Tempo di ruang kerjanya, pada Rabu, 9 Juni 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kafe yang berdiri sejak 2019 itu tak sepenuhnya bersalin rupa. Papan nama masih terpasang kokoh di atas pintu kaca. Meja panjang yang menempel di tembok sisi kiri pun terpasang lengkap dengan kursi tanpa sandaran. Pajangan dinding bertema kopi juga masih tergantung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Yang berbeda hanya penambahan meja dan kursi untuk guru piket. Di dalam ruangan tersebut juga disediakan alat pelindung diri (APD) berupa baju hazmat.
Komariah mengatakan, ruang isolasi itu memang sengaja tidak dibuat seperti layaknya rumah sakit. Ruangan hanya diperuntukkan bagi peserta didik untuk beristirahat jika suhu tubuhnya di atas normal saat dicek di gerbang sekolah. “Karena biasanya mungkin panas karena di jalan atau stres,” katanya.
Sejak diterbitkannya SKB 4 Menteri mengenai panduan pembelajaran tatap muka pada Agustus 2020, sekolah vokasi di Jakarta Selatan ini mulai melakukan sejumlah persiapan agar diizinkan membuka sekolah.
Berdasarkan pengawasan Komisi Perlindungan Anak Indonesia, SMKN 32 Jakarta menjadi salah satu sekolah dengan penilaian tertinggi, dengan skor 90 karena dianggap memenuhi syarat dibukanya sekolah.
Kepala Sekolah SMKN 32 Jakarta Komariah saat ditemui di ruang kerjanya, 9 Juni 2021. Tempo/Friski Riana
Selain merombak kedai kopi, sekolah membangun wastafel di halaman depan sebelum siswa masuk gedung. Total tempat cuci tangan yang dimiliki sekolah ini ada 53 unit, lebih banyak dari yang disyaratkan pemerintah yaitu minimal 48 unit. Tiap ruang kelas juga dilengkapi dengan hand sanitizer. Kemudian setiap lantai dan tangga dipasangi arah petunjuk berwarna merah sebagai jalur pergerakan siswa.
Pada April 2021, sekolah yang memiliki tiga program keahlian ini pun mendapat izin dari pemda DKI untuk menyelenggarakan uji coba PTM terbatas. Atas izin orang tua, siswa yang masuk dibatasi hanya 30 persen untuk mata pelajaran produktif, dan masuk tiga kali dalam sepekan.
Salah satu syarat yang terpenuhi adalah SOP atau protokol. Komariah menuturkan, sekolah telah membuat SOP mulai dari siswa datang hingga pulang sekolah, serta protokol proses belajar mengajar di kelas. “Kami sudah melakukan MoU dengan Puskesmas Kecamatan Tebet. Mereka ikut memantau sekolah, benar atau tidak SMKN 32 layak PTM. Mereka termasuk yang verifikasi,” ujarnya.
Menurut Komariah, sejak PTM terbatas diuji coba, belum ada siswa yang sakit. Bahkan, orang tua yang semula menolak anaknya masuk sekolah kini mulai setuju dengan PTM. Meski begitu, demi kesehatan anak, Komariah menyatakan bahwa metode blended learning (kombinasi tatap muka dan daring) tetap diperlukan.
“Kami tetap berusaha bahwa semua anak memperoleh pengalaman belajar yang sama. Karena belajar itu penting, tapi sehat yang utama,” kata Komariah soal rencana sekolah tetap muka.