Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Cara Startup Milik Mahasiswa ITS Menyulap Tumbuhan Mikroalga jadi Pembersih Udara

Aither, startup besutan mahasiswa ITS, mengembangkan alat pembersih udara berbasis mikroalga, tumbuhan air penyerap CO2.

10 Juni 2024 | 12.40 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Mahasiswa ITS ciptakan Air Purifier berbasis Bioteknologi Mikroalga (Dok. ITS)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Mahasiswa dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengembangkan teknologi pembersih udara atau air purifier berbasis mikroalga untuk mengatasi paparan polusi udara di area perkotaan. Bergerak melalui usaha rintisan alias startup bernama Aither, mereka memakai tumbuhan air renik itu untuk menghasilkan oksiden.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Co-Founder Aither, Isaura Qinthara Heriswan, mengatakan mikroalga dapat menyerap karbon 80 kali lebih efektif dibandingkan tumbuhan darat atau terestrial. “Sehingga udara yang dihasilkan dapat lebih sehat,” kata Qintha—begitu Isaura akrab disapa—dikutip dari laman ITS pada 5 Juni 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dibandingkan air purifier pada umumnya, Qintha mengklaim produk Aither lebih unggul dari segi. Pembersih udara berbasis mikroalga itu mudah dibawa karena diameternya hanya 22 sentimeter (Cm), sedangkan tingginya 40 Cm. Kebutuhan listriknya juga rendah, hanya sebesar 25 watt.

“Tidak hanya menghemat tempat, tapi juga penggunaan daya listrik,” ujar kata mahasiswa dari Departemen Sistem Informasi ITS

Teknologi air purifier masih dalam tahap perancangan, namun bakal rampung dalam waktu dekat dan akan diluncurkan pada Oktober 2024. “Misi kami adalah meningkatkan kesehatan pernapasan dan mengurangi jejak karbon, terutama bagi kaum rentan seperti bayi dan ibu hamil,” tutur Qintha.

Untuk pengembangan produk ini, Aither menggaet beberapa mitra, seperti Nutrihub Surabaya, Inkubator ITS, Departemen Manajemen Bisnis serta Departemen Biologi ITS. Proyek ini juga diasup dana sebesar Rp 50 juta dari Sevenprenur Business Blueprint Program.

Menurut Qintha, tim Aither sempat menghadapi kendala keterbatasan waktu dan sumber daya. “Kami harus menyesuaikan waktu dengan kesibukan masing-masing sebagai mahasiswa,” katanya.

 

Cara Kerja Mikroalga

Pakar Bioteknologi di ITS. Profesor Arief Widjaja, sebelumnya juga berupaya mengembangkan kemampuan mikroalga. Spesies ini menyerap karbondioksida atau CO2 melalui fotosintesis, namun prosesnya lebih singkat dibanding tumbuhan lain. 

“Kemampuan itu berkaitan dengan laju pertumbuhan mikroalga yang juga lebih cepat dibanding tumbuhan biasa,” kata Arief pada 23 Mei lalu.

Baik di perairan tawar maupun laut, mikroalga bisa tumbuh dalam hitungan jam, sedangkan tanaman lain membutuhkan durasi bulanan. Tanaman kecil itu menyerap CO2 dari lingkungannya dengan pigmen klorofil.

Selama fotosintesis mikroalga mengubah, CO2 diubah menjadi glukosa nantinya dipakai sebagai sumber energi, sedangkan oksigen dilepaskan sebagai produk sampingan. Proses fotosintesis mikroalga, menurut Arief, setara laju pertumbuhan bakteri.

“Laju pertumbuhan ini proporsional dengan jumlah karbondioksida yang diserap,” tutur dia.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus