Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi bercerita saat dia mengunjungi Kabupaten Nduga, Papua, 2016 lalu. Ia mengungkapkan niat ini sempat dicegah oleh Panglima TNI saat itu Jenderal Gatot Nurmantyo, Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Tito Karnavian, dan Kepala Badan Intelijen Negara Jenderal Budi Gunawan dengan alasan kondisi Nduga yang rawan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Pak, bapak jangan ke sana, daerah ini memang masih kondisi yang perlu pendekatan," kata Jokowi menirukan larangan yang ia terima saat menerima Peserta Konferensi Mahasiswa Nasional di Istana Bogor, Jawa Barat, Jumat, 7 Desember 2018.
Meski mendapat peringatan terkait keamanan Nduga, Jokowi berkukuh tetap ingin ke sana. "Saya sampaikan saat itu 'Enggak, saya mau ke Nduga, naik helikopter ke sana, dua hari lagi mau ke sana'," ujarnya.
Namun lagi-lagi Panglima TNI, Kapolri, dan Kepala BIN meminta Jokowi mengurungkan niatnya ke Papua saat itu. Seperti sebelumnya, Jokowi berkeras tetap ingin ke sana.
"'Saya perintahkan 'pokoknya saya dua hari lagi mau ke sana. Urusan keamanan, urusanmu, urusanmu, urusanmu'," ucapnya kepada ketiga kepala lembaga tersebut.
Akhirnya keinginan Jokowi untuk menengok langsung kondisi Nduga, Papua terlaksana. Saat itu ia terkejut dengan kondisi Nduga yang tertinggal dibanding daerah lain.
"Saya masuk ke Nduga. Bayangkan saudara-saudara, aspal saja tidak ada. Saya mau ketemu rakyat kita yang di sana. Apa jawaban bupati? 'Pak, rakyat kita ada di distrik-distrik, kalau mau ke sana butuh 6 jam jalan kaki'," kata Jokowi.
Akhirnya Jokowi memutuskan untuk menemui masyarakat Nduga yang berada di dekatnya sekaligus mengunjungi pasar di sana. Namun kondisi pasar di sana sangat sepi. "Saya mau lihat pasar, hanya ada mungkin 80 sampai 90 orang," tuturnya.
Belakangan Kabupaten Nduga menjadi sorotan. Pasalnya kelompok bersenjata di sana membunuh pekerja proyek Trans Papua.
Kepala Kepolisian Jenderal Tito Karnavian menyebut 19 orang pekerja dan satu personel TNI tewas akibat diserang kelompok pimpinan Egianus Kogoya itu.