Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosial

Dan menyingkirlah daging babi

Sebuah seminar adat di medan, menyimpulkan bahwa daging babi bukan komponen mutlak adat batak. seminar tersebut untuk menghapus jarak kristen-muslim. (ag)

18 Juni 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

YANG beragama Islam tidak akan lagi menghadapi daging babi. Bupati Tapanuli Tengah, Lundu Panjaitan, optimistis warga di wilayahnya, yang 50% Kristen, tidak lagi akan menghadang saudara-saudaranya yang muslim dengan hidangan itu. Sebuah seminar adat yang diarahkan Panjaitan, di Balai Desa Pandan, 376 km dari Medan, akhir bulan lalu menyimpulkan bahwa "daging babi bukan komponen mutlak adat Batak". Pesta adat di Tapanuli Tengah, yang seimbang perbandingan warganya (170.000 jiwa) antara yang Islam dan Kristen, memang sering bikin kecewa. Kaum parsubang (muslim, plus mereka yang alergi atau pantang babi) bila menghadiri pesta keluarga Kristen tak diberi makan dalam rumah. Mereka di'jiran', rumah keluarga Islam yang 'dititipi'. Bupati yang beragama Kristen itu pernah menerima keluhan Haji M. Pardede, 52 tahun. Pardede, pemuka adat Desa Simanosor tahun 1981 diundang keluarga mempelai wanita (anak boru) yang beragama Kristen dalam acara masuk rumah baru. Karena dalam rumah hajatan itu terhidang daging yang diantangkannya, ia kecewa sekali tak bisa ikut masuk rumah baru itu. Kisah lain dituturkan Bupati: pengalaman Ketua DPRD Tapanuli Tengah, Dangol Tobing. Tahun 1977 Tobing menerima undangan pesta pembayaran perkawinan dari pihak anak boru yang Kristen. Melihat hidangan babi, Tobing ini spontan marah. Pesta adat dianggapnya batal, malah mengandung unsur menghina, katanya. "Soalsoal semacam itulah yang mendorong saya melakukan seminar ini," tutur Bupati yang berani mengeluarkan biaya Rp 5 juta untuk kumpul-kumpul 30-31 Mei itu. Mula-mula ada belasan orang dari 200 peserta, yang keras mempertahankan makanan kelaziman itu. Namun argumen mereka dianggap tidak sekuat pandangan yang diberikan penasihat borbor (persatuan marga) di Tapanuli Tengah, Ungkap Tua Sipahutar dan dari Pendeta A. Saragih. Berpegang pada Alkitab, Pak Pendeta, 61 tahun, malah mengatakan: "Perjanjian lama melarang umat memakan daging babi. Injil atau Perjanjian Baru tak melarang umat Kristen memakan segala jenis hewan. Namun dalam Kisah Para Rasul, umat Kristen dinasihati untuk tidak mengecewakan orang lain." Sedang main catur saja, yang juga satu kebiasaan harian orang Batak, menurut Saragih harus dihentikan bila banyak orang menganggapnya cuma menghabiskan waktu. Adat Batak sebenarnya "fleksibel" -- menurut Ungkap Tua Sipahutar, 56 tahun. "Boi do pinahan lobu ditabasi dohot hambing," petuah ompung (kakek) yang beragama Kristen itu. Niat menghidangkan daging babi bisa saja diganti dengan hidangan daging kambing, ayam, ikan atau telur ayam. Itu artinya. "Kebiasaan menghidangkan daging babi itu hanya terdorong oleh selera atau gengsi katanya. Bupati, sebagai moderator, menimpali: "Orang yang tidak makan daging babi tetap konsisten dengan adat Batak. Apakah pahlawan nasional Sisingamangaraja tak memakai adat Batak karena dia pemeluk Parmalim yang memantangkan daging babi Begitu pula umat Islam di Tapanuli Tengah ini." Semuanya digali dari adat dan dirumuskan "selaras dengan Pancasila". Maka 13 rumusan pun tercapai. "Syukur bisa lempang," komentar Maulud Simatupang, pemuka adat Sumando Pesisir -- kaum muslim Tapanuli Tengah. Toh Bupati menganggap langkahnya belum selesai. "Niat saya membuat loka karya lagi, untuk mempersatukan adat Sumando dari kalangan warga pesisir Tapanuli Tengah yang muslim dengan adat Batak pedalaman yang Kristen," katanya tandas. Sebab adanya perbedaan itu dirasakan seolah sebagai tanda bahwa Tapanuli Tengah belum punya identitas adat yang khas. Padahal kerukunan sesama warga negara di daerah ini sudah teruji. Pada perayaan HUT Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Sibuluan, misalnya saja, awal Februari lalu, panitianya lebih banyak yang Islam," kata Lundu Pandjaitan kepada Bersihar Lubis dari TEMPO. "Dan hasil aksi dana HUT Gereja itu pun sebagian disumbangkan untuk delapan masjid di kawasan itu,' tutur Bupati. "Bah! Inilah pengamalan P4 secara nyata, katanya lagi. Dan matanya berkaca-kaca.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus