Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Dari Kebayoran Sampai Blitar

Peringatan 10 th meninggalnya Bung Karno. Diperingati berbareng dengann 100 hari menginggalnya Bung Hatta dan 40 hari meninggalnya Fatmawati.

28 Juni 1980 | 00.00 WIB

Dari Kebayoran Sampai Blitar
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
HARI itu, 21 Juni 1980, sebuah pengumuman tambahan terpasang di dcpan pintu gerbang makam Bung Karno di Blitar, Jawa Timur. Isinya: pengunjung dilarang mengucapkan pidato serta membaca sajak dan petisi. Dipasang sejak malam sebelumnya, pengumuman itu agaknya merupakan persiapan buat menghadapi para "penziarah istimewa. Dan para penziarah istimewa itu memang kemudian datang. Antara lain bekas Gubernur Jakarta Ali Sadikin, Dramawan dan Penyair Rendra, Buyung Nasution, Mahbub Djunaidi, Mayjen (purn.) Achmad Sukendro, anggota-anggota DPR Usep Ranawidjaja, Abdul Madjid, Jusuf Hasjim, Munasir dan Sjafii Sulaiman. Tampak juga beberapa bekas pimpinan mahasiswa seperti Lukman Hakim dan Heri Akhmadi. Satu-satunya anak Bung Karno yang datang adalah Rachmawati. 21 Juni lalu memang hari istimewa karena bertepatan dengan 10 tahun meninggalnya Bung Karno. Dan jumlah pengunjung meluber. Jika di hari biasa jumlahnya sekitar 3.000 dan di hari Minggu bisa sampai 10.000, pada 21 Juni lalu mencapai sekitar 25.000 orang. Jauh hari sebelumnya sudah tersebar berita bahwa bakal ada acara istimewa di makam BK hari itu antara lain Rendra akan membaca sajak. Ternyata itu tidak terjadi. Pengamanan yang menyolok, dengan petugas berseragam, juga tidak ada. Cara petugas memperlakukan para pengunjung khusus itu juga halus. Tatkala Ali Sadikin dkk masuk, makam dinyatakan tertutup untuk pengunjung lain. Para tokoh dari Jakarta ini di perbolehkan masuk dalam ruangan makam yang dibatasi dinding kaca. Ketua Nahdlatul Ulama Ja-Tim dan anggota DPR dari F-PP Sjafii Sulaiman kemudian memimpin doa. Karena ditutupnya makam untuk sementara, rencana tahlilan yang akan dilakukan ratusan pemuda Islam Blitar di luar dinding kaca batal. Selesai acara doa dan tabur bunga, para penziarah ini tidak langsung keluar, tapi duduk-duduk di ruang tunggu. Baru setelah diminta petugas, mereka meninggalkan kompleks makam. Mengapa pembacaan sajak tidak jadi dilakukan? "Ah begini kan sudah baik," sahut Rendra. Pameran Buku Di Jakarta, 10 tahun meninggalnya BK diperingati berbareng dengan 100 hari meninalnya Bung Hatta dan 40 hari meninggalnya Ny. Fatmawati. Pemerintah DKI Jaya misalnya, menyelenggarakan sembahyang ghaib di Masjid Istiqlal Sabtu malam lalu untuk ketiga tokoh ini. Hadir sekitar 5.000 orang dalam acara ini, termasuk Wapres Adam Malik, Menteri Agama Alamsyah, Gubernur DKI Jaya Tjokropranolo, Guntur dan Guruh Soekarno dan beberapa Dubes negara Islam di Jakarta. Upacara pembacaan doa dan tahlilan diselenggarakan juga oleh keluarga Bung Karno di rumah kediaman keluarga di Jalan Sriwijaya, Kbayoran Baru. Sekitar 2.000 orang hair di sini Sabtu malam 21 Juni lalu termasuk bekas Menlu Mr. Soenario dan bekas Kapolri Hoe Sambutan diucapkan oleh bekas Menteri Penerangan Achmadi dan Mayjen Jusuf Singadikane mewakili keluarga. Mengenang Almarhum Bung Hatta, Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu-ilmu Sosial UI pekan lalu menyelenggarakan pameran foto dan buku-buku Bung Hatta. Tema pameran: Bung Hatta penegak demokrasi politik ekonomi bangsa Indonesia. Pameran ini kemudian disusul dengan suatu diskusi panel tentang pemikiran politik dan ekonomi Bung Hatta bagi masa kini. Masih ada lagi. Di Semarang, Senin malam lalu Menko Kesra Surono di Wisma Pancasila mencabut sebuah gunungan wayang dari sebuah peti warna merah pertanda dibukanya pameran "Bung Karno dan Asia-Afrika". "Ini bukan sekedar nostalgia, bukan sekedar memperingati orangtua, mikul duwur mendem jero (menghormati orangtua sewaktu hidup dan setelah mati). Lebih lagi tidak untuk seremonial-seremonialan atau kultus-kultusan pada seorang pemimpin," kata Guntur Soekarno dalam acara pembukaan yang disambut tepuk tangan gemuruh . Hadir dalam acara pembukaan itu Gubernur Ja-Teng Soepardjo Roestam, bekas Gubernur Jakarta Ali Sadikin dan anak-anak BK kecuali Sukmawati dan Taufan. Sekitar 200 foto yang dipamerkan meliputi BK semasa muda sampai 1933 dan kegiatan diplomasi BK di luar negeri setelah kemerdekaan. Foto-foto ini dipasang di sepanjang lorong sempit gedung, yang kurang menguntungkan buat pameran. Penyelenggara pameran adalah Yayasan Bung Karno yang tahun lalu di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, telah dengan sukses menyelenggarakan pameran "Bung Karno dan Seni". Menurut rencana pameran akan diselenggarakan tiap tahun dengan tema berbeda. "Tahun depan temanya mungkin Bung Karno dan Jurnalistik", ujar Guntur. Kota tempat pameran belum ditentukan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus