HARI itu, 21 Juni 1980, sebuah pengumuman tambahan terpasang di
dcpan pintu gerbang makam Bung Karno di Blitar, Jawa Timur.
Isinya: pengunjung dilarang mengucapkan pidato serta membaca
sajak dan petisi. Dipasang sejak malam sebelumnya, pengumuman
itu agaknya merupakan persiapan buat menghadapi para "penziarah
istimewa.
Dan para penziarah istimewa itu memang kemudian datang. Antara
lain bekas Gubernur Jakarta Ali Sadikin, Dramawan dan Penyair
Rendra, Buyung Nasution, Mahbub Djunaidi, Mayjen (purn.) Achmad
Sukendro, anggota-anggota DPR Usep Ranawidjaja, Abdul Madjid,
Jusuf Hasjim, Munasir dan Sjafii Sulaiman. Tampak juga beberapa
bekas pimpinan mahasiswa seperti Lukman Hakim dan Heri Akhmadi.
Satu-satunya anak Bung Karno yang datang adalah Rachmawati.
21 Juni lalu memang hari istimewa karena bertepatan dengan 10
tahun meninggalnya Bung Karno. Dan jumlah pengunjung meluber.
Jika di hari biasa jumlahnya sekitar 3.000 dan di hari Minggu
bisa sampai 10.000, pada 21 Juni lalu mencapai sekitar 25.000
orang.
Jauh hari sebelumnya sudah tersebar berita bahwa bakal ada acara
istimewa di makam BK hari itu antara lain Rendra akan membaca
sajak. Ternyata itu tidak terjadi. Pengamanan yang menyolok,
dengan petugas berseragam, juga tidak ada. Cara petugas
memperlakukan para pengunjung khusus itu juga halus.
Tatkala Ali Sadikin dkk masuk, makam dinyatakan tertutup untuk
pengunjung lain. Para tokoh dari Jakarta ini di perbolehkan
masuk dalam ruangan makam yang dibatasi dinding kaca. Ketua
Nahdlatul Ulama Ja-Tim dan anggota DPR dari F-PP Sjafii Sulaiman
kemudian memimpin doa. Karena ditutupnya makam untuk sementara,
rencana tahlilan yang akan dilakukan ratusan pemuda Islam Blitar
di luar dinding kaca batal.
Selesai acara doa dan tabur bunga, para penziarah ini tidak
langsung keluar, tapi duduk-duduk di ruang tunggu. Baru setelah
diminta petugas, mereka meninggalkan kompleks makam. Mengapa
pembacaan sajak tidak jadi dilakukan? "Ah begini kan sudah
baik," sahut Rendra.
Pameran Buku
Di Jakarta, 10 tahun meninggalnya BK diperingati berbareng
dengan 100 hari meninalnya Bung Hatta dan 40 hari meninggalnya
Ny. Fatmawati. Pemerintah DKI Jaya misalnya, menyelenggarakan
sembahyang ghaib di Masjid Istiqlal Sabtu malam lalu untuk
ketiga tokoh ini. Hadir sekitar 5.000 orang dalam acara ini,
termasuk Wapres Adam Malik, Menteri Agama Alamsyah, Gubernur DKI
Jaya Tjokropranolo, Guntur dan Guruh Soekarno dan beberapa Dubes
negara Islam di Jakarta.
Upacara pembacaan doa dan tahlilan diselenggarakan juga oleh
keluarga Bung Karno di rumah kediaman keluarga di Jalan
Sriwijaya, Kbayoran Baru. Sekitar 2.000 orang hair di sini
Sabtu malam 21 Juni lalu termasuk bekas Menlu Mr. Soenario dan
bekas Kapolri Hoe Sambutan diucapkan oleh bekas Menteri
Penerangan Achmadi dan Mayjen Jusuf Singadikane mewakili
keluarga.
Mengenang Almarhum Bung Hatta, Senat Mahasiswa Fakultas
Ilmu-ilmu Sosial UI pekan lalu menyelenggarakan pameran foto dan
buku-buku Bung Hatta. Tema pameran: Bung Hatta penegak demokrasi
politik ekonomi bangsa Indonesia. Pameran ini kemudian disusul
dengan suatu diskusi panel tentang pemikiran politik dan ekonomi
Bung Hatta bagi masa kini.
Masih ada lagi. Di Semarang, Senin malam lalu Menko Kesra Surono
di Wisma Pancasila mencabut sebuah gunungan wayang dari sebuah
peti warna merah pertanda dibukanya pameran "Bung Karno dan
Asia-Afrika". "Ini bukan sekedar nostalgia, bukan sekedar
memperingati orangtua, mikul duwur mendem jero (menghormati
orangtua sewaktu hidup dan setelah mati). Lebih lagi tidak untuk
seremonial-seremonialan atau kultus-kultusan pada seorang
pemimpin," kata Guntur Soekarno dalam acara pembukaan yang
disambut tepuk tangan gemuruh .
Hadir dalam acara pembukaan itu Gubernur Ja-Teng Soepardjo
Roestam, bekas Gubernur Jakarta Ali Sadikin dan anak-anak BK
kecuali Sukmawati dan Taufan. Sekitar 200 foto yang dipamerkan
meliputi BK semasa muda sampai 1933 dan kegiatan diplomasi BK di
luar negeri setelah kemerdekaan. Foto-foto ini dipasang di
sepanjang lorong sempit gedung, yang kurang menguntungkan buat
pameran.
Penyelenggara pameran adalah Yayasan Bung Karno yang tahun lalu
di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, telah dengan sukses
menyelenggarakan pameran "Bung Karno dan Seni". Menurut rencana
pameran akan diselenggarakan tiap tahun dengan tema berbeda.
"Tahun depan temanya mungkin Bung Karno dan Jurnalistik", ujar
Guntur. Kota tempat pameran belum ditentukan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini