AWAS, jangan sampai menabrak. Itulah hasil penelitian Arya
Sidharta dan Komala Widyarta (dua-duanya siswa kelas I SMAN II,
Surabaya) yang meraih hadiah I. Ketika kecelakaan di jalan raya
seperti meningkat akhir-akhir ini, alat yang ditawarkan memang
menarik perhatian: indera elektronik, pencegah kecelakaan.
Prinsipnya, untuk menjaga jarak antara kendaraan satu dengan
lainnya, hingga apabila yang di depan berhenti mendadak, yang di
belakang tak menubruknya.
Gagasan ini menurut Arya, anak seorang karyawan PT Kimia Farma
Ja-Tim, diilhami oleh kelelawar, yang memekikkan gelombang
elektronik, untuk mengetahui rintangan di depannya. Tapi mobil
yang dipasangi alat ini, bukannya akan berbelok sendiri apabila
hendak menabrak sesuatu di depannya. Tapi, apabila jarak dengan
mobil di depannya berbahaya, lampu peringatan akan menyala.
Menurut dewan juri, kecuali penyajian sebagai karya tulis baik,
juga gagasan ini orisinal.
Pemenang kedua karya Wisnu Utomo, kelas III IPA SMAN Wates,
Yogyakarta. Yang ditulisnya adalah masalah yang dilihatnya
sehari-hari di lingkungannya: pembuatan ragi tempe dan pembuatan
tempe benguk.
Dengan percobaan-percobaannya sendiri selama satu bulan lebih,
akhirnya putra seorang guru SMP di Wates ini menemukan cara yang
lebih cepat dengan hasil yang lebih bagus. Meski hal ini belum
terbukti dalam satu produksi massal, tapi alasan-alasan
ilmiahnya rupanya sangat meyakinkan juri.
Pemenang ketiga berasal dari kelas II IPA SMAN 414, Jayapura.
Dua sahabat karib Herman Meteray dan Andre Liem, meneliti
kehidupan tambelo - ulat yang muncul dari pohon bakau yang
membusuk, dan menjadi makanan pokok penduduk pantai Irian Jaya.
Mengapa orang-orang tua itu suka makan tambelo? Kecuali ulat ini
mengandung kadar protein cukup tinggi, binatang sejenis ulat ini
pun mengangung senyawa kapur dan fosfor. Dan kedua senyawa
terakhir itu mampu menyembuhkan sakit tulang belakang yang
biasanya menjangkiti orang tua.
Untuk penulisan karyanya ini mereka berdua menginap tiga hari
tiga malam di hutan bakau, 7 km dari Kota Jayapura.
Bagaimana rasa ulat ini "Rasanya seperti super mie dicampur
jeruk," kata Andre Liem, anak seorang mualim keturunan Cina itu,
sembari ketawa.
Adapun dewan juri, seperti tahun-tahun sebelumnya, diketuai
Prof. Dr. Ir. Andi Hakim Nasution, Rektor IPB. Dalam wawancara
dengan para finalis sebentar-sebentar Andi Hakim tersenyum.
Rupanya senang, para peserta lomba makin bermutu. Tapi tetap
saja, peserta dari Jakarta sendiri, sangat kurang: kali ini cuma
enam orang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini