Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Dari Selat Bali ke Luar Negeri

Bisnis ekspor ikan hias laut dari Banyuwangi terus berkembang. Pernah menjadi penyebab utama rusaknya terumbu karang.

18 November 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RATUSAN jenis ikan seukuran kelingking hingga telapak tangan orang dewasa berenang kian kemari. Ditempatkan dalam 50 akuarium kaca berukuran 1 x 2 meter, yang tak pernah dibiarkan berdebu, mereka terlihat indah sekali.

"Ya, itu ada Nemo, ikan hias paling kondang abad ini," kata Wan Li, si pemilik ikan, kepada Tempo, Selasa pekan lalu. Telunjuknya mengarah ke ikan berwarna oranye-putih dari jenis anemonefish yang menjadi karakter utama di film animasi ternama, Finding Nemo.

Di ruang karantina di belakang Kantor Usaha Dagang Bali, yang terletak di pesisir Selat Bali, Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, sekitar delapan kilometer utara Kota Banyuwangi, Nemo tak sendiri. Wan Li mengoleksi ratusan ikan lucu tersebut bersama berbagai jenis ikan hias lain, mulai scorpion, angel fish, hingga dori, ikan pelupa kawan main ayah Nemo dalam film.

Selain mengoleksi, lelaki kelahiran Palembang 41 tahun itu menjual ikan hias. Bisnis ini dikenalnya sejak pertama kali merantau ke Bali pada 1991, kala bekerja sebagai karyawan sebuah perusahaan ikan hias laut milik pengusaha asal Taiwan.

"Empat tahun kemudian mendirikan perusahaan sendiri di Medan, tapi gagal," kata Wan Li. Kuncinya, dia berjaring dengan seratusan nelayan Banyuwangi, yang memasok ikan hias setiap hari. Dalam satu bulan, dia bisa mengirim 200 boks ikan, yang setiap boksnya berisi 50-100 ekor. Omzetnya lebih dari Rp 200 juta per bulan.

Ikan-ikan hias itu berasal dari Selat Bali, Madura, Sumatera, hingga Sulawesi. Menurut riset pengusaha yang sudah menerbangkan ikan-ikannya ke Singapura, Taiwan, Hong Kong, Cina, hingga Jepang itu, keanekaragaman ikan hias perairan Banyuwangi adalah yang terkaya. Ada sekitar 600 jenis ikan tinggal di terumbu karang di sana. "Selain itu, karena dekat Bali memudahkan saya untuk mengirim ikan," katanya.

Mulanya Wan Li hanya berani mengirim ikan ke Singapura dan Hong Kong. Mak­lum, jaringan bisnisnya di luar negeri berawal dari kerabatnya sendiri. Saat itu, dalam sebulan ia hanya mampu melakukan empat kali ekspor dengan omzet paling besar sekitar Rp 50 juta.

Berkembangnya bisnis Wan Li seiring dengan semakin banyaknya orang luar negeri yang punya hobi memelihara ikan hias laut. Harga ikan hias laut di luar negeri mencapai 3-5 kali lipat. "Hambatannya hanya cuaca," ujar pengusaha yang pernah terpuruk akibat cuaca pada 2010 ini. Omzetnya anjlok hingga 50 persen lantaran pasokan seret dari nelayan.

Perusahaan ikan hias yang juga berhasil merambah pasar mancanegara adalah UD Seaquest. Menurut pemiliknya, Fredy Hermawan, 39 tahun, perusahaan mengekspor rutin ke Singapura dan Hong Kong 60 boks per bulan. Ia pernah menjajal meluaskan pasar ke Prancis dan Amerika Serikat, tapi gagal.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, ikan hias merupakan komoditas ekspor terbesar di Kabupaten Banyuwangi. Pada 2010, ikan hias yang diekspor hampir 4,5 juta kilogram, senilai US$ 17.500 atau setara dengan Rp 170 juta. Setahun berikutnya, pada 2011, nilai ekspor naik menjadi US$ 20.800.

Kepala Bidang Perikanan Budi Daya Dinas Kelautan dan Perikanan Banyuwangi Suryono Bintang Samudera mengatakan bisnis ikan hias laut selama ini dilegalkan. Namun perizinannya sangat ketat karena harus aman bagi lingkungan. "Tidak boleh pakai potasium, harus pakai jaring. Pada 2008, usaha ini pernah digolongkan sebagai perusak utama kehidupan terumbu karang di Selat Bali, tapi kini tidak lagi," ucapnya.

Menurut Suryono, usaha ikan hias di Banyuwangi memang menjamur dalam sepuluh tahun terakhir. Dari hasil pendataannya, tercatat ada 45 usaha yang bergerak dalam bisnis ikan hias. Namun, sayangnya, baru 15 usaha yang mengajukan izin.

Sandy Indra Pratama, Ika Ningtyas (Banyuwangi)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus