Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Makin lama, gelar Gus makin sering disebut dalam media massa. Sebutan Gus sangat familiar di kalangan pesantren.
Yang teranyar, berita tentang Ikatan Gus-Gus Indonesia
Ahmad Fahrur Rozi melaporkan tiga media siber ke dewan pers soal pemberitaan muktamar Nahdatul Ulama (NU).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sejatinya, apa makna Gus yang identik dengan kalangan NU ini? Panggilan Gus umumnya populer di kalangan santri untuk memanggil putra seorang kiai. KBBI versi V mendefinisikan Gus sebagai panggilan untuk ulama, kiai, dan orang yang dihormati.
Di beberapa daerah, sejumlah orang tua memanggil anak laki-laki mereka dengan sebutan Gus, yang merupakan kependekan dari kata "Bagus" yang diniatkan sebagai doa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dikutip dari pesantrengodigital.id, tak hanya keturunan kiai saja yang boleh dipanggil Gus, biasanya santri-santri yang memiliki ilmu dan pemahaman yang lebih baik mengenai agama Islam juga kerap dipanggil Gus. Selain kepada putra kandung, Gus juga bisa disematkan kepada menantu laki-laki kiai, meskipun tidak memiliki garis keturunan kiai.
Oleh sebab itu, terdapat tiga tingkatan Gus, yakni Gus Nasab, Gus Nasib, dan Gus Nusub. Gus Nasab adalah seseorang yang memiliki garis keturunan langsung dari ayahnya yang merupakan seorang kiai.
Melansir dari laman nu.or.id, seorang Gus dapat diangkat menjadi jadi kiai. Itulah sebabnya Gus juga disebut sebagai kiai muda.
Pada tingkatan itu, seseorang Gus bisa menerimanya bisa juga tidak. Kalau lebih suka dipanggil Gus, maka dia bisa tetap bergelar gus daripada kiai kendati sudah naik kedudukan menjadi kepala pesantren warisan ayahnya.
Mustofa Bisri atau kerap disapa Gus Mus, mengatakan sebutan Gus itu sejatinya diperuntukkan bagi putra kiai yang belum pantas disebut kiai.
HENDRIK KHOIRUL MUHID | pesantrengodigital.id | nu.or.id | EK