Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KEPALA Desa Wringinanom, M. Djupri Karyoutomo, menurut Harian
Suara Indonesia (Surabaya pertengahan Nopember lalu sudah
menyaksikan sendiri beberapa orang warganya di Dukuh Kunci sudah
mulai makan ganyong. Makanan ini adalah ampas dari sejenis umbi
liar (seperti bunga kana).
Memamah menu serupa itu sebenarnya tak mengherankan benar bagi
penduduk di wilayah Kecamatan Poncokusumo (Malang) itu sejak
beberapa waktu Ialu. Akibat musim kering dan hama, para warga
desa telah mengalami kurang makan dan kurang gizi sehingga
kawasan itu dinyatakan tertutup bagi orang luar, terutama
wartawan. MenuI rut surat kabar tadi, sedikitnya 9 KK atau 6
jiwa warga Desa Wringinanom yang sudah mengganti makanannya.
Tapi menurut pengecekan Pembantu TEMPO di Malang, jumlah warga
itu sudah mencapai ratusan jiwa.
Ikhwal penduduk desa itu rupanya menarik minat F.A. Perwadi
staf redaksi Suara Inlonesia dan Bambang Soendjojo (koresponden
harian tadi untuk Malang) untuk lebih tahu. Dan begitu kedua
wartawan ini sampai di Wringinanom, langsung memasuki rumah
Seman Benar saja keluarga Seman sedang menikmati makanan
ganyong. Kedua wartawan itu pun sempat mencicipi. Namun di saat
itulah muncul di rumah Seman. Soehadi dan Soeradi. Keduanya
ternyata masing-masing carik dan kamituwo desa itu. Soeradi
langsung merampas ganyong yang masih terhidang dan membuangnya
ke belakang rumah.
Saya Tangkap
Itulah peemulaan kisah penahanan kedua wartawan tadi. Sebab
kemudian keduanya terus dibawa ke rumah carik desa. berikut
Semam Di hadapan petugas Koramil dan Kepolisian serta pamong
desa lainnya, setelah berpidato berapi-api Soeradi menyatakan
kedua wartawan tadi ditahan. "Karena daerah ini tertutup, maka
saya tangkap dan selanjutnya saya serahkan kepada yang berwenang
untuk mengusut lebih lanjut," ucap Soeradi dengan bersemangat.
Kamituwo ini juga menyebut-nyebut berita yang pernah dimuat
Suara Indonesia tentang adanya beberapa penduduk yang makan
ganyong itu sebagai hal yang tak pantas dan memalukan desa.
Karena di tempat tahanan kepolisian Poncokusumo penuh, maka
bersama Seman kedua orang tadi dititipkan di kantor Koramil
setempat. Besoknya, setelah dihadapkan kepada Letkol R. Soejono,
Kepala Sub Direktorat Sosial Politik Kabupaten Malang, baik
kedua wartawan tadi maupun Seman dilepaskan begitu saja.
Terhadap penduduk desa yang sudah sebulan lebih memakan ganyong
itu sejak pertengahan Nopember lalu memang telah diberi bantuan
beras oleh pihak LSD Wringinanom. Tiap jiwa mendapat 2 ons
sehari, diberikan sekaligus untuk tiap 5 hari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo