Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

politik

Pasir Itu Sudah Sunyi

Desa barombang, ujung pandang, dengan pantainya yang indah, pernah didatangi banyak pengunjung. tapi kemudian menjadi sepi dan digunakan oleh para nelayan untuk mencari ikan. (ds)

31 Desember 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI sebelah selatan Ujung Pandang terdapat sebuah desa nelayan yang terkenal bernama Barombong. Desa ini terkenal bukan karena hasil ikannya, melainkan lantaran pemandangannya yang indah. Pantainya rata dan berpasir memang enak untuk berbaring-baring menghirup hawa laut yang segar. Barombong memikat banyak pengunjung untuk melepas lelah di pantainya. Apalagi sejak ada tempat peristirahatan dan warung makanan. Sehabis plonco biasanya mahasiswa menghabiskan waktunya di sini. Tapi tempat ini terkenal pula sebagai "neraka" bagi para calon mahasiswa, karena di sinilah berlangsung "malam neraka". Mereka diwajibkan berjalan kaki di waktu malam dari Ujung Pandang ke sini poton kompas menyeberangi sungai, sejauh 6 Km. Sampai di sini mereka melalui terowongan dan tentu saja harus merayap di pasir ke forum pengadilan. Tapi itu dulu. Kini Barombong menjadi sunyi. Yang ramai justru perahuperahu nelayan yang berjejer sepanjang pantai. Yang tersisa di sana tinggal kamar-kamar dengan atap hampir terbongkar dan daun jendela sudah banyak terlepas engselnya. Tapi meskipun demikian, kamar-kamar ini masih disewakan. Tarif yang terpampang di depan kamar Rp 1.000 sehari semalam. Memang masih ada orang yang sering iseng ke Barombong, tapi bukan untuk berbaringbaring di pasir, melainkan di dipan dalam kamar. Kendati harus menderita dalam perjalanan. Dan faktor inilah sebenarnya yang membuat orang malas berkunjung ke Barombong, meskipun telah masuk dalam wilayah KMUP, jalanannya masih tetap brengsek. Dari Ujung Pandang - Sungguminasa kemudian ke arah Takalar sejauh 3 Km jalanannya memang masih mulus. Tapi manakala sudah membelok ke kanan masuk Barombong sejauh 6 Km, bisa membikin patah tulang punggung. Orang yang mau senang akhirnya tersiksa. Tapi Barombong bukan hanya tempat rekreasi. Di sini bermukim 6.895 orang nelaan. Cara mereka menangkap ikan tidak jauh beda dengan nenek moyangnya dulu. Masih pakai alat tradisionil seperti pancing, pukat dan gae. Beberapa gelintir perahu dilengkapi juga dengan motor tempel. "Itu dicicil dari palele (orang yang menadah hasil ikan nelayan) kami," tuur Rasyid, salah seorang ayah di sana. Pada umumnya nelayan di sini mencari ikan di waktu malam hari, sebab pada saat inilah rombongan ikan mudah dilihat - menimbulkan busa air. Nelayan di sini tidak mempergunakan bagan karena ombak lautnya terlalu galak. Komplit Bulan Nopember, Desember sampai Januari, merupakan masa-masa menggantung jaring bagi nelayan. Bagi nelayan Barombong, menangkap ikan, pekerjaan untung-untungan juga. Kalau kebetulan bernasib sial, semalaman tidak ketemu ikan seekor pun. Kalau mujur, maka segerombolan ikan bisa masuk perahu. Tapi ikan sebanyak itu tidak semuanya lantas masuk kantong mereka. Sebagian mengalir ke saku punggawa dan sebagian lagi masuk peti kas petugas pemerintah kota yang berkantor di Pelelangan Ikan. Belum ada Koperasi Nelayan yang mengatur pemasaran ikan para nelayan. Penduduk Barombong yang 6.895, sebagian (30o) merangkap sebagai petani dan buruh "Waktu pemilu yang lalu banyak orang saya yang memilih di pelabuhan," tutur Kepala Lingkungan Barombong. Desa Barombong cukup aman dan tenteram. Dijaga seorang polisi (Binmas), I Babinsa, seregu Hansip, para nelayan sudah biasa ke laut meninggalkan anak isteri di rumah dengan perasaan aman. lanya sekali-sekali penduduk diganggu ketenteraman perampok kerbau. Biasanya tiap bulan I ekor kerbau penduduk menghilang. Lingkungan Barombong yang terdiri dari 7 RK, 43 RT 1.200 KK, memiliki 4 Mesjid, 3 Mushailah, SD Negeri 1, SD Inpres 2 dan akan dibangun lagi I SD Inpres. "Di sini komplit," ujar A. Baso Dg. Moke yang sejak 1961 jadi kepala lingkungan. Yang terasa kurang adalah pelayanan kesehatan. Jika ada penduduk yang sakit keras, terpaksa minta bantuan Puskesmas tetangga, Kecamatan Galesong Utara. Soalnya Baromhong terpisah jauh dari Puskesmasnya yang berkedudukan diibukota Kecamatan Tamalate di pinggir Kota Ujung Pandang. Berada di atas kawasan seluas 8 Km2, penduduk Barombong mempunyai ruang gerak yang lapang. Apalagi pantai Barombong selalu bertambah luas, sebab pasir yang dimuntahkan Sungai Jeneberang digiring ombak ke Barombong. Kedudukan Barombong sebagai tempat rekreasi makin kuat lantaran berada dalam mata rantai tempat rekreasi Tanjung Bunga, Barombong dan pulau-pulau di Selat Makassar .

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus