Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DI sebelah selatan Ujung Pandang terdapat sebuah desa nelayan
yang terkenal bernama Barombong. Desa ini terkenal bukan karena
hasil ikannya, melainkan lantaran pemandangannya yang indah.
Pantainya rata dan berpasir memang enak untuk berbaring-baring
menghirup hawa laut yang segar.
Barombong memikat banyak pengunjung untuk melepas lelah di
pantainya. Apalagi sejak ada tempat peristirahatan dan warung
makanan. Sehabis plonco biasanya mahasiswa menghabiskan waktunya
di sini. Tapi tempat ini terkenal pula sebagai "neraka" bagi
para calon mahasiswa, karena di sinilah berlangsung "malam
neraka". Mereka diwajibkan berjalan kaki di waktu malam dari
Ujung Pandang ke sini poton kompas menyeberangi sungai,
sejauh 6 Km. Sampai di sini mereka melalui terowongan dan tentu
saja harus merayap di pasir ke forum pengadilan.
Tapi itu dulu. Kini Barombong menjadi sunyi. Yang ramai justru
perahuperahu nelayan yang berjejer sepanjang pantai. Yang
tersisa di sana tinggal kamar-kamar dengan atap hampir
terbongkar dan daun jendela sudah banyak terlepas engselnya.
Tapi meskipun demikian, kamar-kamar ini masih disewakan. Tarif
yang terpampang di depan kamar Rp 1.000 sehari semalam.
Memang masih ada orang yang sering iseng ke Barombong, tapi
bukan untuk berbaringbaring di pasir, melainkan di dipan dalam
kamar. Kendati harus menderita dalam perjalanan. Dan faktor
inilah sebenarnya yang membuat orang malas berkunjung ke
Barombong, meskipun telah masuk dalam wilayah KMUP, jalanannya
masih tetap brengsek. Dari Ujung Pandang - Sungguminasa kemudian
ke arah Takalar sejauh 3 Km jalanannya memang masih mulus. Tapi
manakala sudah membelok ke kanan masuk Barombong sejauh 6 Km,
bisa membikin patah tulang punggung. Orang yang mau senang
akhirnya tersiksa.
Tapi Barombong bukan hanya tempat rekreasi. Di sini bermukim
6.895 orang nelaan. Cara mereka menangkap ikan tidak jauh beda
dengan nenek moyangnya dulu. Masih pakai alat tradisionil
seperti pancing, pukat dan gae. Beberapa gelintir perahu
dilengkapi juga dengan motor tempel. "Itu dicicil dari palele
(orang yang menadah hasil ikan nelayan) kami," tuur Rasyid,
salah seorang ayah di sana. Pada umumnya nelayan di sini
mencari ikan di waktu malam hari, sebab pada saat inilah
rombongan ikan mudah dilihat - menimbulkan busa air. Nelayan di
sini tidak mempergunakan bagan karena ombak lautnya terlalu
galak.
Komplit
Bulan Nopember, Desember sampai Januari, merupakan masa-masa
menggantung jaring bagi nelayan. Bagi nelayan Barombong,
menangkap ikan, pekerjaan untung-untungan juga. Kalau kebetulan
bernasib sial, semalaman tidak ketemu ikan seekor pun. Kalau
mujur, maka segerombolan ikan bisa masuk perahu. Tapi ikan
sebanyak itu tidak semuanya lantas masuk kantong mereka.
Sebagian mengalir ke saku punggawa dan sebagian lagi masuk peti
kas petugas pemerintah kota yang berkantor di Pelelangan Ikan.
Belum ada Koperasi Nelayan yang mengatur pemasaran ikan para
nelayan.
Penduduk Barombong yang 6.895, sebagian (30o) merangkap sebagai
petani dan buruh "Waktu pemilu yang lalu banyak orang saya yang
memilih di pelabuhan," tutur Kepala Lingkungan Barombong. Desa
Barombong cukup aman dan tenteram. Dijaga seorang polisi
(Binmas), I Babinsa, seregu Hansip, para nelayan sudah biasa ke
laut meninggalkan anak isteri di rumah dengan perasaan aman.
lanya sekali-sekali penduduk diganggu ketenteraman perampok
kerbau. Biasanya tiap bulan I ekor kerbau penduduk menghilang.
Lingkungan Barombong yang terdiri dari 7 RK, 43 RT 1.200 KK,
memiliki 4 Mesjid, 3 Mushailah, SD Negeri 1, SD Inpres 2 dan
akan dibangun lagi I SD Inpres. "Di sini komplit," ujar A. Baso
Dg. Moke yang sejak 1961 jadi kepala lingkungan. Yang terasa
kurang adalah pelayanan kesehatan. Jika ada penduduk yang sakit
keras, terpaksa minta bantuan Puskesmas tetangga, Kecamatan
Galesong Utara. Soalnya Baromhong terpisah jauh dari
Puskesmasnya yang berkedudukan diibukota Kecamatan Tamalate di
pinggir Kota Ujung Pandang.
Berada di atas kawasan seluas 8 Km2, penduduk Barombong
mempunyai ruang gerak yang lapang. Apalagi pantai Barombong
selalu bertambah luas, sebab pasir yang dimuntahkan Sungai
Jeneberang digiring ombak ke Barombong. Kedudukan Barombong
sebagai tempat rekreasi makin kuat lantaran berada dalam mata
rantai tempat rekreasi Tanjung Bunga, Barombong dan pulau-pulau
di Selat Makassar .
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo