Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Dituduh Dalang Kerusuhan 1998, Wiranto Tantang Prabowo dan Kivlan

Wiranto menantang Prabowo dan Kivlan melakukan sumpah pocong agar tuduhan dalang kerusuhan Mei 1998 jelas duduk perkaranya.

26 Februari 2019 | 13.50 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto saat menggelar konferensi pers menegaskan bahwa pemerintah belum mengambil keputusan terkait pembebasan Abu Bakar Baasyir alias masih dipertimbangkan. Senin, 21 Januari 2019. TEMPO/Dewi Nurita

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto menantang calon presiden nomor 02, Prabowo Subianto, dan mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat, Mayor Jenderal Purnawirawan Kivlan Zen untuk sumpah pocong mengenai tuduhan dirinya dalang peristiwa kerusuhan 1998.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Saya berani ya, katakanlah berani untuk sumpah pocong saja 1998 itu yang menjadi bagian dari kerusuhan itu. Saya, Prabowo, dan Kivlan Zein. Sumpah pocong kita, siapa sebenarnya dalang kerusuhan itu," kata Wiranto dalam konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa, 27 Februari 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca: Wiranto Imbau Parpol Ikut Amankan Penyelenggaran Pemilu 2019

Kivlan menuduh Wiranto sebagai dalang kerusuhan 1998 dalam acara 'Para Tokoh Bicara 98' di Gedung Ad Premier, Jakarta Selatan, pada Senin, 25 Februari 2019. Selain menuding dalang kerusuhan, Kivlan juga menyebut Wiranto memainkan peranan ganda dan isu propagandis saat masih menjabat sebagai Panglima ABRI.

Wiranto menantang Prabowo dan Kivlan melakukan sumpah pocong agar menjadi jelas duduk perkaranya. Ia tidak ingin ada lagi yang menuduhnya dalang kerusuhan Mei 1998. "Ini supaya jelas. Dulu saya diam saja, sekarang tidak. Saya buka-bukaan saja," kata dia.

Saat kejadian pada 1998, Wiranto menuturkan bahwa ia justru melakukan berbagai langkah persuasif, edukatif, kompromis, dan dialogis dengan para aktivis reformasi agar tidak muncul kekacauan dan kerusuhan yang dapat merugikan bangsa Indonesia.

Baca: Wiranto Imbau Masyarakat Pilih Capres dengan Rekam Jejak Jelas

Wiranto menjelaskan saat kerusuhan pada 13 Mei 1998 terjadi penembakan di Trisakti dan kerusuhan. Esok harinya adalah puncak kerusuhan. Pada 14 Mei 1998 malam, Wiranto mengaku mengerahkan pasukan dari Jawa Timur ke Jakarta.

Esok paginya, kata dia, Jakarta sudah aman. "Peluang untuk saya kudeta tidak saya lakukan karena saya mencintai negeri ini, saya mencintai teman-teman reformis yang ingin mengubah negeri ini."

 

 

Friski Riana

Friski Riana

Bergabung dengan Tempo sejak 2015 dan kini bertugas di Desk Jeda. Ia sehari-hari melakukan peliputan yang berkaitan dengan tren gaya hidup, kesehatan, dan hobi.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus