LELAKI bukan wanita pun tidak, tak berarti dunianya cuma sekitar remangnya Taman Lawang di Jakarta, misalnya. Dalam era globalisasi ini boleh jadi perlu diketahui oleh para banci sedunia bahwa ada tempat khusus untuk berhimpun di India, yakni Kuil Batara Aravan, dekat Villipuram, 90 km dari Madras. Di sini baru saja berlangsung sebuah festival khas kaum bencong selama 15 hari, dan puncaknya adalah tengah malam, 24 dan 25 April barusan. Festival Chaitra Purnima itu dihadiri sekitar 10.000 homoseksual dari seantero India. Mereka menggelar pertemuan pada acara puncak di sawah sekitar kuil. Festival ini, konon, sudah berlangsung lebih dari 1.000 tahun. Tapi kali ini ada sebuah organisasi sosial ikut nimbrung, namanya: Community Action Network (CAN). Berpangkalan di Madras, organisasi ini sedang getol melancarkan kampanye untuk memerangi AIDS. Selama festival, menurut juru bicara CAN kepada koran Pioneer di sana, kaum banci yang dalam istilah Tamil Nadu disebut ali ini melakukan pemujaan terhadap Batara Aravan atau Koothandavar, putra Arjuna, yang dipercayai sebagai dewanya kaum bencong. Legenda ini bersumber dari perang antara Pandawa dan Kurawa, ketika pihak Pandawa melakukan pengurbanan khusus untuk mencapai tingkat manusia sempurna. Dewata menawari mereka untuk mengurbankan seorang pria dari kaumnya yang mempunyai 10 keutamaan. Dari pihak Pandawa hanya Batara Krisna dan putra Arjuna yang memiliki 10 keutamaan tersebut. Karena tawaran bukan dialamatkan pada Batara Krisna - titisan Dewa Wisnu - maka kehormatan diberikan kepada Koothandavar. Dan pada malam sebelum dikurbankan, sang putra Arjuna mengajukan sebuah permintaan, yakni agar mendapat kesempatan untuk kawin. Namun tak seorang pun cewek yang mau kawin dengan dia. Sampai akhirnya adalah Batara Krisna menitis sebagai cewek, hingga hasrat esek-esek Koothandavar dapat tersalur. Di Kuil Batara Aravan, para bencong siap bergaya ala pengantin ceweknya putra Arjuna. Mereka yang sehari-hari dikenal sebagai lelaki datang ke sana dalam pakaian tradisional cewek India, yakni busana sari. Selama berlangsungnya Festival Chaitra Purnima ini mereka membuhulkan diri dengan Batara Aravan. Orang India bilang diikat pakai thali, maksudnya, ya, tali. Dan pada hari terakhir - hari sang putra dikorbankan - mereka mengenakan pakaian serbaputih seraya meratapi kematian Koothandavar. Untuk melancarkan kampanye anti AIDS di kalangan banci-banci tadi, para sukarelawan CAN minta izin dulu ke pendeta di kuil tersebut, termasuk rencana mereka membagikan kondom kepada peserta. Agar tidak timbul salah paham, mereka bilang tak ada niat mengoreksi urusan moral atau menyinggung salah tidaknya ritual mereka. "Kami hanya bicara menyelamatkan seks," kata petugas CAN, seperti dilaporkan pekan lalu oleh Navraj Gandhi dari TEMPO di Delhi. Sentana program seruan anti AIDS ini sukses, pihak CAN siap dengan strategi jangka panjang. Misalnya, alternatif mendapatkan lapangan kerja atau sumber penghasilan bagi para banci tersebut. Selama ini mereka banyak yang hidup berkat derma orang lain atau sama sekali mengobral tubuhnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini