Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Gadis Rimba Dari Oki

Setelah 6 tahun hilang, emiyati ditemukan di sebuah hutan di kecamatan kasui, lampung utara. Ada yang meragukan. Karena ada perbedaan fisik sewaktu ditemukan. (nas)

5 November 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUDAH sekitar dua pekan rumah Djakfar Shiddiq di Kayu Agung, 65 km dari Palembang, ramai dikunjungi orang seperti di waktu Lebaran saja. "Sehari sekitar lima ratus orang datang," kata wakil ketua DPRD OKI (Ogan Komering Ilir) itu. Tujuan para pengunjung itu sama: melihat Emmiyati, "gadis rimba" yang konon ditemukan kembali setelah hilang lebih dari enam tahun. Seorang nenek berusia 80 tahun setelah bertemu menulis dalam buku tamu: terkesan dengan kebesaran Tuhan. Seperti biasa, ulah pengunjung bisa bermacam-macam. Ada pengunjung yang menafsirkan sebagai nomor untuk ketika Emmi diminta menulis sesuatu sebagai upaya melihat perkembangan mentalnya. Ada ibu yang membawa bayinya hanya agar dicium Emmi. Ada pula yang memberinya dua uang logam lima puluhan. Yang sebuah kemudian diminta kembali dan dibawa pulang untuk pelaris dagangan. Emmi, 18, ditemukan Warsimin pertengahan Juni 1983 di sebuah hutan di Kecamatan Kasui, Lampung Utara. Warsimin, yang dianggap dukun, sengaja dipanggil untuk menangkap makhluk aneh yang beberapa kali "menakuti" beberapa pemburu yang menjumpainya. Tatkala ditemukan, makhluk yang ternyata manusia itu sangat ringan, beratnya diperkirakan sekitar 8 kg, tubuhnya yang telanjang penuh lumut, sedang rambutnya yang tidak begitu panjang menyatu dengan keras. Lebih dari dua bulan gadis itu dipelihara Warsimin, sampai muncul keluarga Firdaus yang kemudian yakin gadis itu adalah Emmiyati. Putri mereka yang hilang pada 11 Februari 1977, tatkala menyeberangi sebuah sungai dengan rakit bambu, sekitar 30 km dari hutan, ditemukannya kembali. Firdaus yakin, gadis itu anak mereka yang dikira telah tewas. Sebab, delapan ciri tubuh, seperti dilaporkan ke polisi tatkala hilang dulu cocok. "Saya tak bisa menyatakan kegembiraan saya. Dulu setiap melihat air mengalir, saya selalu teringat Emmi dan menangis," kata Hotamah, sang ibu. Emmi, yang sampai kini belum bisa berbicara itu, menampakkan wajah anak yang berumur sekitar empat tahun. Ia sudah mulai berjalan, walau tertatih-tatih. Tawanya juga sudah mengeluarkan suara. "Kata dokter, lidah dan kerongkongannya masih kelu, belum normal," ujar Djakfar Shiddiq, sang paman. Bobot Emmi pekan lalu 31 kg, tingginya tidak berbeda dengan sewaktu ia "hilang" dulu. Wajahnya yang enam tahun lalu lonJong dan berhidung mancung, kini berubah bulat dan pesek. "Mungkin karena terlalu lama telungkup," Djakfar menebak. Perbedaan fisik itu menimbulkan dugaan: gadis rimba yang ditemukan itu bukan Emmiyati yang hilang. "Sangat aneh jika kekurangan gizi bisa mengubah bentuk muka," kata dr. Achmad Hardiman, direktur RS Jiwa Palembang. Kepala RSU Kayu Agung, dr. Muhaeni Soewito, sudah tiga kali memeriksa Emmi. Menurut dia, secara fisik Emmi tidak mengalami gangguan, hanya secara mental agak mengaiami kemunduran menyolok. "Kalau memang dia mengalami benturan dan memar otak, itu harus diperiksa dulu," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus