SUDAH sekitar dua pekan rumah Djakfar Shiddiq di Kayu Agung, 65
km dari Palembang, ramai dikunjungi orang seperti di waktu
Lebaran saja. "Sehari sekitar lima ratus orang datang," kata
wakil ketua DPRD OKI (Ogan Komering Ilir) itu.
Tujuan para pengunjung itu sama: melihat Emmiyati, "gadis rimba"
yang konon ditemukan kembali setelah hilang lebih dari enam
tahun. Seorang nenek berusia 80 tahun setelah bertemu menulis
dalam buku tamu: terkesan dengan kebesaran Tuhan.
Seperti biasa, ulah pengunjung bisa bermacam-macam. Ada
pengunjung yang menafsirkan sebagai nomor untuk ketika Emmi
diminta menulis sesuatu sebagai upaya melihat perkembangan
mentalnya. Ada ibu yang membawa bayinya hanya agar dicium Emmi.
Ada pula yang memberinya dua uang logam lima puluhan. Yang
sebuah kemudian diminta kembali dan dibawa pulang untuk pelaris
dagangan.
Emmi, 18, ditemukan Warsimin pertengahan Juni 1983 di sebuah
hutan di Kecamatan Kasui, Lampung Utara. Warsimin, yang dianggap
dukun, sengaja dipanggil untuk menangkap makhluk aneh yang
beberapa kali "menakuti" beberapa pemburu yang menjumpainya.
Tatkala ditemukan, makhluk yang ternyata manusia itu sangat
ringan, beratnya diperkirakan sekitar 8 kg, tubuhnya yang
telanjang penuh lumut, sedang rambutnya yang tidak begitu
panjang menyatu dengan keras.
Lebih dari dua bulan gadis itu dipelihara Warsimin, sampai
muncul keluarga Firdaus yang kemudian yakin gadis itu adalah
Emmiyati. Putri mereka yang hilang pada 11 Februari 1977,
tatkala menyeberangi sebuah sungai dengan rakit bambu, sekitar
30 km dari hutan, ditemukannya kembali. Firdaus yakin, gadis itu
anak mereka yang dikira telah tewas. Sebab, delapan ciri tubuh,
seperti dilaporkan ke polisi tatkala hilang dulu cocok. "Saya
tak bisa menyatakan kegembiraan saya. Dulu setiap melihat air
mengalir, saya selalu teringat Emmi dan menangis," kata Hotamah,
sang ibu.
Emmi, yang sampai kini belum bisa berbicara itu, menampakkan
wajah anak yang berumur sekitar empat tahun. Ia sudah mulai
berjalan, walau tertatih-tatih. Tawanya juga sudah mengeluarkan
suara. "Kata dokter, lidah dan kerongkongannya masih kelu, belum
normal," ujar Djakfar Shiddiq, sang paman. Bobot Emmi pekan lalu
31 kg, tingginya tidak berbeda dengan sewaktu ia "hilang" dulu.
Wajahnya yang enam tahun lalu lonJong dan berhidung mancung,
kini berubah bulat dan pesek. "Mungkin karena terlalu lama
telungkup," Djakfar menebak.
Perbedaan fisik itu menimbulkan dugaan: gadis rimba yang
ditemukan itu bukan Emmiyati yang hilang. "Sangat aneh jika
kekurangan gizi bisa mengubah bentuk muka," kata dr. Achmad
Hardiman, direktur RS Jiwa Palembang.
Kepala RSU Kayu Agung, dr. Muhaeni Soewito, sudah tiga kali
memeriksa Emmi. Menurut dia, secara fisik Emmi tidak mengalami
gangguan, hanya secara mental agak mengaiami kemunduran
menyolok. "Kalau memang dia mengalami benturan dan memar otak,
itu harus diperiksa dulu," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini