Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Wajah Baru Sarwono

Perubahan penampilan Sarwono Kusumaatmadja setelah menjabat sekjen Golongan Karya. periode 1983-1988. Lebih dari separuh angota DPD Golkar generasi muda. (nas)

5 November 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SARWONO Kusumaatmadja kini berubah? Ini komentar beberapa wartawan di DPR. Menurut mereka, sekretaris Fraksi Karya Pembangunan itu, yang pekan lalu terpilih sebagai sekjen DPP Golkar periode 1983-1988, bicaranya memang masih tetap terbuka. Hanya cara bicaranya yang kini lain. "Sekaran lebih terjaga, tidak ceplas-ceplos seperti dulu," ujar seorang wartawan. Sarwono mengakui ini. "Itu konsekuensi dari jabatan," ujarnya. Menurut dia, sekretaris F-KP adalah corong Golkar, dan warna politik sehari-hari Golkar ditentukan oleh apa yang diperbuat fraksi. "Jadi, sekretaris F-KP memang harus banyak ngomong dan jangan segan-segan berbicara mengenai sesuatu yang masih kontroversial," tuturnya. Lain halnya dengan jabatan sekjen Golkar. Di DPP Golkar, kata Sarwono, ada aspek pembinaan dan penumbuhan institusi. Ada juga masalah tanggung jawab nasional karena menyangkut suatu organisasi yang vertikal ke daerah-daerah. "Jadi, saya memang tidak bisa kontroversial lagi, malah harus menampakkan wajah yang solid (utuh)," katanya. Menghadapi situasi baru ini, sekjen Golkar ini siap "menyesuaikan diri" dan "menerima nasib". Diakuinya, ia merasa kehilangan. "Tapi, karena tahu saya harus begitu, ya saya ikhlas. Dan saya yakin, teman-teman lain akan mengisi kekosongan ini," ujarnya. Toh ditegaskannya, esanggupan menyesuaikan diri adalah ciri sikap seorang intelektual. "Jangan khawatir, saya tidak akan berubah menjadi bodoh," katanya berseloroh. Terpilihnya Sarwono, 40, sebagai sekjen Golkar menggembirakan banyak pihak, terutama mereka yang menginginkan peremajaan dalam kepemimpinan Golkar. Banyak yang mengharapkan, munculnya orang muda - lebih dari separuh - dalam DPP Golkar baru yang terdiri dari 45 orang itu akan merupakan "darah baru", yang bisa mengangkat Golkar menjadi organisasi yang mandiri dan benar-benar berakar ke rakyat. Namun, ada juga yang pesimistis. "Jangan terlalu banyak berharap pada banyaknya tokoh muda dalam DPP Golkar sekarang. Mereka 'kan tidak diikutsertakan dalam pengambilan keputusan Golkar sehari-hari," kata seorang pengamat politik. Sumber ini menunjuk bahwa pimpinan harian Golkar terdiri dari ketua umum, delapan ketua, sekjen, dan bendahara. "Dari mereka, yang tergolong muda cuma sekjen dan bendahara. Jadi, pengambilan keputusan di Golkar tetap saja di tangan orangorang tua," katanya. Sarwono mengakui ini. Menurut dia, ada tiga tahap pengambilan keputusan di DPP Golkar: pengurus harian, pengurus harian lengkap (termasuk empat wakil sekjen dan dua wakil bendahara), dan DPP pleno. Toh ia menganggap sistem ini positif. "Regenerasi memang harus dilaksanakan secara berencana dan bertahap," katanya. Ia mengharapkan kaum muda di DPP Golkar bisa menunjukkan kemampuan teknis yang tinggi untuk membuktikan bahwa regenerasi kepemimpinan itu benar. Menurut dia dulu ada kecenderungan meremehkan kompetensi teknis ini dan lebih menonjolkan kemampuan politis "Sekarang kita harus lebih profesional," ucap Sarwono. Sarwono juga berusaha meredakan ke khawatiran bahwa perangkapan jabatan Sudharmono sebagai mensesneg dan ketua umum Golkar akan membawa pengaruh negatif karena ada konflik kepentingan. Menurut dia, perangkapan itu malah menguntungkan dan merupakan "obat" untuk menjawab masalah-masalah yang dihadapi Golkar. "Golkar saat ini membutuhkan kepemimpinan yang kuat untuk menghindari gejolak, demi kepennngan keseluruhan," katanya. Sebuah sumber mengatakan, penunjukan Sudharmono untuk memimpin Golkar, antara lain, memang guna mengatasi keretakan dalam kepemimpinan pusat Golkar. Bukan rahasia lagi, perbedaan pendapat dan persaingan berbagai kelompok di DPP Golkar mengakibatkan berbagai hambatan dan "gejolak". "Pak Dharmono kini memegang amanat langsung Presiden Soeharto, hingga orang-orang nanti pasti tidak berani macam-macam," ujar sumber itu. Secara tidak langsung Sarwono mengakui keretakan ini. "Suatu organisasi yang sedang tumbuh selalu akan mengalami hal-hal seperti itu. Itu berarti Golkar hidup," katanya. Namun, ia mengimbau agar semua orang, kalau sudah masuk DPP "bekerja bersama". Dalam Munas Golkar III, masalah kader "lompat pagar" dipersoalkan beberapa pihak. Tidak ada yang tegas-tegas menyebut nama, sekahpun ada yang menunjuk pada "mereka yang pada 1966 atau awal 1970-an masih termasuk kelompok lain di luar Golkar." Dalam DPP Golkar sekarang memang ada beberapa tokoh yang berasal dari luar Golkar, termasuk wakil sekjen, Akbar Tanjung, yang pernah memimpin HMI. Juga ketua Departemen Koperasi Wiraswasta Siswono Yudohusodo, yang dikenal scbagai bekas aktivis GMNI. Tentang ini Sarwono menanggapi, "Kalau yang dimaksud 'lompat pagar' ini bertukar ideologi, tidak satu pun anggota DPP Golkar yang bertukar ideologi. Kita semua 'kan sudah Pancasilais." Apa rencana Sarwono untuk menjadikan sekretaris jenderal Golkar efektif, dan tidak sekadar menjadi kepala sekretariat, seperti yang dikhawatirkan sementara pihak? "Saya akan bekerja sebaik baiknya, menurut ketentuan yang disepakati bersama. Kita lihat saja nanti, bagaimana hasilnya."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus