Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pada tanggal ini 17 Juli, di tahun 1976, Timor Timur secara resmi melakukan integrasi dengan Indonesia. Timor Timur melakukan integrasi di Indonesia dengan bergabung menjadi provinsi ke-27 Indonesia. Wilayah Timor Timur meliputi wilayah bekas kolonial Portugis di Pulau Timor bagian timur.
Masuknya wilayah Timor Timur ke dalam wilayah Indonesia dilakukan melalui sebuah operasi yang dikenal dengan nama Operasi Seroja.
Masuknya Timor Timur menjadi bagian dari Indonesia menjadi awal ‘pendudukan’ Indonesia bagi Timor Timur sebelum akhirnya Timor Timur berpisah pada 1999.
Timor Timur, Portugis, dan Indonesia
Sebelum menjadi bagian dari Indonesia, Timor Timur dikuasai oleh Portugis sejak tahun 1702 hingga 1975. Saat itu, nama Timor Timur dikenal dengan nama Timor Portugis. Pada 1974, Portugal yang menjadi penguasa Timor Timur memprakasai sebuah proses dekolonisasi bertahap terhadap wilayah koloninya, termasuk Timor Portugis. Dalam proses dekolonisasi tersebut terjadi konflik sipil di Timor Timur. Konflik sipil tersebut melibatkan Uni Demokrasi Timor (UDT), Front Revolusi untuk Timor Timur Merdeka (Fretilin), dan Asosiasi Demokratik Rakyat Timor (APODETI).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam konflik sipil tersebut, UDT menyatakan dukungannya supaya Timor Timur merdeka dan menjadi negara yang mandiri, tetapi UDT mengupayakan supaya kemerdekaan dilakukan secara bertahap. Berbeda dengan UDT, Fretilin mendukung kemerdekaan Timor Timur secara cepat dan radikal. Namun, dukungan untuk mendirinkan negara Timor Timur tidak didukung oleh APODETI. APODDETI menghendaki supaya Timor Timur bergabung dengan Indonesia karena khawatir dengan kondisi perekonomian Timor Timur yang masih lemah dan belum mapan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam laporan yang dirilis oleh James Dunn menunjukan bahwa pada Januari 1975, UDT dan Fretiling membentuk koalisi untuk memperjuangakan kemerdekaan Timor Timur. Di sisi lain, APODETI yang mendukung integrasi Timor timur dengan Indonesia mendapatkan dukungan dari militer Indonesia, khusunya dari Komando Operasi Khusus Indonesia (Kopassus). Di waktu yang bersaam, Pemerintah Australia melaporkan bahwa militer Indonesia melakukan latihan untuk mempersiapkann invasi ke wilayah Timor Timur.
Laporan dari Australia akhirnya terbukti pada 7 Desember 1975. Saat itu, pasukan militer Indonesia menyerbu Timor Timur, invansi tersebut kemudian dikenal dengan nama Operasi Seroja. Dalam Operasi Seroja, pasukan militer Indonesia melawan pasukan Fretilin dan Falintil. Peperangan antara militer Indonesia dan pasukan kemerdekaan Timor Timur berlangsung secara sporadis.
Bahkan, dalam The War Against East Timor, dilaporkan bahwa ada 10.000 tentara yang menduduki Dili dan ada lebih dari 20 ribuan tetntara yang dikerahkan ke daerah Timor Timur. Mobilisasi besar-besaran militer Indonesia ke wilayah Timor Timur memaksa pejuang kemerdekaan Timor Timur melarikan diri ke wilayah hutan dan pegunungan untuk melanjutkan perang secara gerilya.
Setelah operasi militer besar-besaran dan semakin terdesaknya pasukan kemerdekaan Timor Timur, akhirnya Indonesia secara resmi melakukan aneksasi wilayah Timor Timur dan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1976 pada 17 Juli 1976 yang menjadi dasar integrasi wilayah Timor Timur ke dalam wilayah Indonesia dan menjadi dasar hukum pembentukan Provinsi Timor Timur.
EIBEN HEIZIER
Baca juga : Amnesty International Minta Jokowi Cabut Bintang Jasa ke Eurico Gutteres