Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Hunter dari semarang

Polda ja-teng membentuk satuan khusus: "unit sidik sakti" untuk menangani kejahatan yang kian canggih. kerjanya bak detektif film serial TVRI: Hunter. berkekuatan 16 orang berpangkat sersan hingga kapten.

28 Januari 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SATUAN penyidik yang gesit, berani dan mandiri, bak detektif Hunter dalam film serial TV, telah lahir dari Markas Polda Jawa Tengah. Nama untuk satuan ini cukup keren: Unit Sidik Sakti (USS). Senin pekan lalu, kehadiran satuan serse elite itu diresmikan oleh Kapolda Ja-Teng Mayjen. (Pol.) Drs. Muslihat Wiradiputra, S.H., di Semarang. Unit Sidik Sakti itu memang dibentuk sebagai satuan inti dalam jajaran reserse. Mereka berkedudukan di Mapolda Ja-Teng, Semarang, dan berada di bawah komando Kaditserse. Wilayah operasinya cukup luas, meliputi Jawa Tengah dan DIY. Detektif-detektif pilihan ini disiapkan untuk menghadapi "preman-preman" berotak, yang licin. dan biasa melakukan aksinya secara rapi. Dari segi personel, satuan ini kecil saja, hanya berkekuatan 16 orang, berpangkat sersan hingga kapten. Tak sembarang polisi bisa masuk ke satuan elite ini. Ada sejumlah syarat: para calon "Hunter" itu harus pernah mengikuti pendidikan dasar reserse, dan punya prestasi menonjol selama masa kedinasannya. Mereka juga dituntut bertemperamen dingin, berbadan sehat, dan lulus dalam tes jasmani. Psikotes pun dilakukan, agar tak salah pilih. Satuan ini memang dianggap bukan tempat yang cocok bagi polisi yang suka mengumbar emosi. Mereka pun tak boleh mengidap penyakit kronis dan harus berotot kuat. Dalam tes fisik, misalnya, para calon harus sanggup berlari menempuh jarak 3.200 m dalam tempo 12 menit, dan mesti mampu melakukan sit-p 40 kali dalam satu menit. Hasil seleksi itu akhirnya menjaring 31 calon, dari 46 pendaftar yang datang dari unit Reserse, Intel, dan Samapta di jajaran Polda Ja-Teng. Mereka yang lulus seleksi itu kemudian dikirim ke Banyubiru, sekitar 40 km di selatan Semarang, untuk digembleng selama sebulan. Di Pusat Pendidikan Kepolisian Banyubiru itu, para calon "Hunter" ini menjalani latihan keras, mulai pukul 04.00 hingga 21.00. Soal menembak, jangan ditanya, itu santapan harian. Teknik penyidikan, observasi medan, dan kerja sama tim termasuk pula dalam menu pokok. Lantas bela diri dan latihan pengendalian diri juga menjadi bagian dari paket pendidikan. Alhasil, setelah dinilai, 16 orang terbaik direkrut ke Unit Sidik Sakti. Lima belas orang lainnya dimagangkan ke Poltabes Semarang, Intelpam Polda, dan Polwil Yogya, untuk mengamalkan pendidikan ke-Hunter-annya. Sebagai salah satu peserta yang lolos ke dalam 16 besar, Sertu. Sugianto, 28 tahun, merasa bangga dengan tugas barunya. Dia tak lagi menyesah kemubaziran ijazah D2-nya, lantaran tak memperoleh tempat sebagai guru. Predikatnya sebagai anggota USS membuatnya besar hati. "Saya siap menjalankan tugas penyidikan secara lebih mandiri," tutur "Hunter" Sugi. Gagasan pembentukan Unit "Hunter" itu datang dari Kapolri Jenderal M. Sanoesi, ketika berkunjung ke Semarang, Oktober silam. "Kapolri berkeinginan agar tiap Polda mempunyai unit tugas kecil, tapi memiliki daya pukul, dan andal dalam tugas-tugas penyidikan," tutur Kapolda Ja-Teng, Mayjen. Muslihat. Lantas, Muslihat mengajak semua stafnya mencari model yang cocok. Dalam berbagai rapat, film cerita Hunter, yang diputar setiap Minggu malam, sering dijadikan bahan kajian. Dari serial detektif itu memang dapat diperoleh gambaran tentang macam-macam modus kejahatan serta teknik penanganannya. Akhirnya, USS itulah yang dinilai paling sip. Satuan kecil seperti USS, menurut Muslihat, merupakan jawaban yang pas untuk menghadapi tindak kriminal yang kian canggih. "Kejahatan seperti itu tak lagi bisa dihadapi secara konvensional, harus lebih konsepsional, terpadu, dan digerakkan dengan manajemen yag efektif," tuturnya. Gemblengan di Banyubiru itu, di mata Komandan USS Kapten F.X. Soekardjoko, tak mengecewakan. "Kami telah siap melakukan tugas ofensif terhadap penjahat," ujar "Hunter" Soekardjoko.Bandelan Amarudin (Semarang)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus