* Maut yang realitas itu tak bisa dilukiskan melalui bayangan surealis. Hal ini berlaku juga buat Salvador Dali, yang telah menancapkan tonggak surealisme dalam seni rupa modern. Ajal menjemputnya Senin pekan ini, pukul 10.00 pagi waktu setempat (09.00 GMT), setelah beberapa hari sebelumnya, dalam usia 84 tahun, ia diterkam sakit jantung dan paru-paru. Dari beberapa ucapan duka yang datang paling pagi, satu di antaranya datang dari Raja Spanyol Juan Carlos. Sakitnya memang sudah parah. Ketika Rabu pekan lalu ia masuk sebuah rumah sakit kecil di Figueras, kota asalnya, itu merupakan perawatannya ketiga dalam waktu dua bulan terakhir ini. Bahkan Sabtu pekan lalu, Dokter Carles Ponsati, kepala rumah sakit itu, sudah menghitung kemungkinan terakhir Dali. Pelukis yang kekayaannya berantakan akibat salah urus ini kondisi fisiknya merosot sejak kematian istrinya, Gala, 1982. Perempuan kelahiran Rusia itu, bagi Dali, menjadi bagian vital dalam perkembangan rohaninya. Mariano Lorca, Wali Kota Figueras, Sabtu lalu mengungkapkan, Dali secara pribadi dua bulan lalu sudah minta kepadanya, kalau meninggal supaya dimakamkan di bagian tengah bawah museum seni rupanya. Bangunan ini berhubungan dengan Torre Galatea, tempat terakhir ketika ia menjadi lebih banyak menutup diri. Dali, sosok terakhir dari generasi 1920-an dan 1930-an yang kreativitasnya mengguncang dunia, dikenal tidak hanya karena lukisannya. Ia juga suka bicara seenaknya, dengan penampilan memikat dan kumis panjangnya yang dikatakannya bisa menggoyang jagat. Lahir di Figueras, Spanyol, 11 Mei 1904, Dali menemukan kecemerlangan kariernya pada akhir 1920-an. Ketika itu ia mulai mengenal alam bawah sadar erotik, seperti ditulis Sigmund Freud. Kemudian ia bergabung dengan Paris Surrealist, kelompok pelukis dan penulis yang hendak mengejawantahkan realitas lebih besar dari alam bawah sadar manusia melalui penalarannya.MC
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini