Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Difabel

Ini Cara Canggih Disabilitas Ganda Buta - Tuli Berkomunikasi

Setiap penyandang disabilitas memiliki cara berkomunikasi dan berinteraksi yang berbeda. Ini cara penyandang disabilitas ganda, berkomunikasi

5 April 2019 | 11.11 WIB

Ilustrasi lembar surat suara untuk penyandang tunanetra. ANTARA/Zabur Karuru
Perbesar
Ilustrasi lembar surat suara untuk penyandang tunanetra. ANTARA/Zabur Karuru

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Setiap penyandang disabilitas memiliki cara berkomunikasi dan berinteraksi yang berbeda. Bagi penyandang disabilitas sensorik seperti tuli dan buta, komunikasi dilakukan dengan organ sensorik lain yang masih berfungsi. Misalnya tunanetra, mereka biasa mengandalkan suara untuk mengidentifikasi subjek atau objek. Sedangkan tuli menggunakan organ penglihatan untuk mengidentifikasi subjek atau objek.

Baca: Lupita Nyong'o Minta Maaf ke Difabel Spasmodic Dysphonia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Namun, bagi penyandang disabilitas yang kehilangan dua organ sensoriknya, yaitu penglihatan dan pendengaran, atau dikenal sebagai deafblindness , memiliki cara berkomunikasi dan mengidentifikasi sebuah subjek dan objek melalui beberapa cara. "Cara utama yang digunakan adalah memaksimalkan penggunaan indera peraba," ujar Emma Boswell, dalam seminar Deaf-Blind yang diadakan oleh Gerkatin di Gedung A Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kamis 4 April 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Emma Boswell adalah penyandang Deaf Blind dari Inggris yang bekerja untuk lembaga swadaya masyarakat yang mengadvokasi penyandang Usher Syndrome penyebab kebutaan sekaligus ketulian.

Menurut Emma, secara umum penyandang deaf-blind berkomunikasi melalui dua cara. Pertama menggunakan metode Socio Haptic, yaitu berkomunikasi melalui penggambaran di tubuh, seperti bahu, lengan, atau telapak tangan. Metode kedua adalah tadoma, yaitu pembacaan bibir melalui sentuhan jari. Dengan cara ini, Orang - orang Deaf-Blind menggunakan ibu jari mereka meraba bentuk bibir, kemudian tiga jari meraba rahang. Sementara jari kelingking merasakan getaran suara yang keluar dari leher lawan bicara.

Sementara itu, untuk memberitahukan kepada khlayak umum mengenai identitas mereka, penyandang deaf-blind, selalu membawa tongkat yang diselempangkan di punggung mereka. "Tujuannya agar kami tidak ditabrak orang dari belakang atau depan," ujar Emma.

Baca: Peneliti Temukan Mutasi Gen Penyebab Disabilitas Ganda

Tongkat pemandu penyandang tuli-buta ini tidak hanya berwarna putih, melainkan merah putih. Mereka terbiasa membawa tiga jenis tongkat ketika harus bepergian sendiri. Ada tongkat identitas, tongkat identifikasi benda disekitar dan tongkat untuk berjalan.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus