Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Gunung Merapi mengalami letusan freatik perdana seusai statusnya meningkat dari normal ke waspada pada Rabu, 23 Mei 2018, pada pukul 03.31 WIB. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menyatakan hujan abu dampak letusan freatik itu mengarah ke Magelang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Hujan abu dampak letusan freatik kali ini mengarah ke Kabupaten Magelang, dengan jangkauan abu sampai 25 kilometer atau wilayah Candi Borobudur,” ujar Kepala BPPTKG Yogyakarta Hanik Humaida, ketika ditemui di kantornya, Rabu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya, Merapi meletus empat kali pada 11 dan 21 Mei 2018, hingga statusnya ditingkatkan ke level dua dari normal menjadi waspada.
Hanik menuturkan, pada letusan freatik kali ini, pihaknya mencatat tinggi kolom letusan masih tinggi, yakni 2.000 meter dengan durasi 4 menit, dan kolom letusan ke arah barat daya. Ini berdasarkan pada pemantauan dari pos pengamatan Jrakah dan Kaliurang.
Hujan abu juga melanda wilayah Kabupaten Magelang, khususnya area Kawasan Rawan Bencana (KRB) II dan III. KRB III meliputi Desa Keningar, Sumber, Dukun, dan Kalibening.
Hanik mengatakan, berdasarkan pantauan pihaknya sehari sebelum letusan freatik perdana seusai status meningkat menjadi waspada, tidak ada tanda-tanda peningkatan aktivitas Merapi yang signifikan.
Data kegempaan terakhir tercatat kegempaan multiphase (MP) sebanyak dua kali, guguran satu kali, dan gempa tektonik dua kali.
Sedangkan per hari ini, Rabu, 23 Mei 2018, pada pukul 00.00-06.00 WIB, data BPPTKG mencatat terjadi gempa vulkano-tektonik satu kali dan gempa tektonik dua kali.
“Jadi status Merapi masih tingkat waspada sampai hari ini, dan radius 3 kilometer dari puncak tetap harus steril tanpa aktivitas warga atau pendakian,” ujarnya.