Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Jenderal Tito Karnavian dan 6 Fakta tentang Dia

Salah satu kasus yang tak bisa diselesaikan Tito Karnavian adalah penyerangan terhadap penyidik KPK Novel Baswedan.

23 Oktober 2019 | 08.23 WIB

Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian bersama sejumlah tokoh ulama diantaranya, Habib Lutfi bin Yahya (kanan) dan Kyai Haji Maimun Zubair (kedua dari kiri), hadir dalam pengajian Silaturahmi Ulama, Polri dan TNI di Mapolda Jawa Tengah, Jalan Pahlawan, Semarang, Jumat, 3 Februari 2017. Mbah Moen dikenal sebagai ulama penebar perdamaian. Dok. TEMPO/Budi Purwanto
Perbesar
Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian bersama sejumlah tokoh ulama diantaranya, Habib Lutfi bin Yahya (kanan) dan Kyai Haji Maimun Zubair (kedua dari kiri), hadir dalam pengajian Silaturahmi Ulama, Polri dan TNI di Mapolda Jawa Tengah, Jalan Pahlawan, Semarang, Jumat, 3 Februari 2017. Mbah Moen dikenal sebagai ulama penebar perdamaian. Dok. TEMPO/Budi Purwanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Jenderal Tito Karnavian ramai diperbincangkan sejak dia menyambangi Istana pada Senin lalu, 21 Oktober 2019.

Kabar dia bakal menjabat Menteri Dalam Negeri kian santer berembus setelah dia mengundurkan diri dari jabatan Kapolri keesokan harinya.

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Puan Maharani menyampaikan bahwa pimpinan DPR telah menerima surat dari Presiden Jokowi. Isinya antara lain meminta persetujuan pemberhentian Tito Karnavian sebagai Kapolri.

Menurut politikus PDIP tersebut alasan resmi dalam surat pengunduran diri Tito Karnavian adalah dia akan mengemban tugas negara dan pemerintahan lainnya.

Berikut ini sejumlah fakta tentang Jenderal Tito Karnavian:

1. Karir cemerlang
"Kemampuan komunikasi dan manajemennya bagus. Semua polisi mengakuinya," ujar Kepala Polri sebelumnya, Jenderal Badrodin Haiti, tentang Tito Karnavian pada Juni 2016.

Pada saat masih perwira menengah, ia terlibat dalam pemgungkapan sejumlah kasus terorisme sejak Bom Bali 2002 hingga penangkapan gembong teroris, Noordin M. Top dan Dr Azhari.

Atas prestasinya ini, Tito Karnavian ditunjuk sebagai Kepala Densus 88 Antiteror pada 2009-2010.

Ketika menjadi Kapolda Metro Jaya, dia dipuji oleh Istana karena kecepatannya dalam menangani teror Bom Thamrin, Jakarta Pusat, pada 14 Januari 2016.

Tito memperoleh pangkat komisaris jenderal saat ia menjabat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada 2016. Tito dinilai berpengalaman dalam menangani terorisme.

Baru tiga bulan menjabat Kepala BNPT, pada Juli 2016, pria asal Sumatera Selatan tersebut ditunjuk oleh Presiden Jokowi menjadi Kapolri.

2. Ungkap banyak kasus
Tito terhitung cukup banyak mengungkap kasus-kasus besar. Sebagai contohnya, bom di Gedung DPR MPR (2003), bom di Bandara Soekarno-Hatta (2003), bom JW Marriot (2003), pembunuhan Direktur PT Asaba oleh Gunawan Santosa, bom di Cimanggis Depok (2004), bom di Kedubes Australia (2004), Bom Bali II (2005), dan bom di Pasar Tentena, Poso (2005).

Puncaknya, saat bersama Idham Aziz, kini Kabareskrim Polri, berhasil melumpuhkan gembong teroris Azhari Husin alias Dr Azhari di Batu, Jawa Timur, pada 9 November 2005.

Saat itu Tito kembali mendapatkan Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) menjadi komisaris besar (kombes) dari Kapolri Jenderal Sutanto. Dia juga pernah menjadi Kapolda Papua.

3. Kapolri termuda 
Tito Karnavian menjadi Kapolri termuda dan melompati empat angkatan di atasnya. Dilantik menjadi Kapolri pada 3 Juli 2016, dia menggantikan Jenderal Badrodin Haiti yang memasuki masa pensiun.

Terpilihnya Tito menjadi sorotan publik Tanah Air karena usianya yang masih sangat muda, yakni 52 tahun. Tito lulusan Akademi Kepolisian (Akpol), Semarang, pada 1987. Ia pun peraih Adhi Makayasa atau lulusan terbaik.

Adapun Badrodin Haiti lulusan atau angkatan 1982. Jadi Tito Karnavian melewati empat angkatan yakni 1983, 1984, 1985, dan 1986. Alhasil, ia pun tercatat sebagai Kapolri termuda sepanjang sejarah Polri.

4. Terakhir lapor LHKPN pada 2016 
Tito Karnavian kali terakhir melaporkan harta kekayaannya berupa LHKPN ke KPK pada 17 Maret 2016. Kala itu dia menjabat Kapolda Metro Jaya.

Di laman KPK, harta Tito Karnavian yang dilaporkan mencapai Rp 10,29 miliar. Namun, detail tentang harta kekayaannya tidak dapat diakses.

Bila mengacu LHKPN yang dilaporkan 20 November 2014 saat dia menjadi Asisten Perencanaan Umum dan Penganggaran Kapolri, Tito Karnavian juga memiliki harta Rp 10,29 miliar alias harta tidak berubah.

Tercatat dia memiliki 12 bidang tanah dan atau bangunan di Palembang, Jakarta, sampai Singapura senilai Rp 11,29 miliar. Untuk kendaraan bermotor, dalam LHKPN tak tercantum.

Kemudian harta bergerak lainnya sebesar Rp 160 juta dan kas atau setara kas Rp 1,82 miliar sehingga total harta yang dimiliki Tito Karnavian sebesar Rp 13,28 miliar.

Pada 2014, Tito tercatat memiliki utang Rp 2,99 miliar sehingga harta bersihnya sebesar Rp 10,29 miliar.

5. Namanya di buku merah
Belum lama berselng Tito disebut-sebut dalam kasus suap impor daging yang menyeret pengusaha Basuki Hariman dan mantan Hakim Mahkamah Konstitusi Patrialis Akbar.

Namanya diduga tercantum dalam buku berwarna merah yang memuat nama-nama penerima aliran dana dari Basuki Hariman.

Buku merah kemudian menjadi perhatian karena diduga dirusak terutama lembar yang memuat nama Tito Karnavian. Pelakunya diduga dua penyidik KPK dari Polri. Polri membantah keterlibatan Tito dalam suap impor daging.

6. Utang kasus
Salah satu kasus belum dia selesaikan hingga meninggalkan Polri adalah penyerangan terhadap penyidik KPK Novel Baswedan. Wajahnya disiram air keras oleh orang tak dikenal pada April 2017 sehingga sebelah matanya cacat permanen.

Penyerangan tersebut diduga buntut dari pengusutan suap impor daging oleh pengusaha Basuki Hariman dan mantan Hakim Mahkamah Konstitusi Patrialis Akbar.

Hhingga kini, Polri di bawah Tito Karnavian belum mampu menangkap pelaku penyerangan itu. Kasus lainnya yang belum diselesaikan adalah penembakan dalam demonstrasi mahasiswa di Kendari, September 2019, serta penembakan dalam demonstrasi di Jakarta pada 1-23 Mei 2019.

ANDITA RAHMA | DEWI NURITA | BERBAGAI SUMBER

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus