Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Jogja darurat sampah masih berlanjut hingga hari ini. Penumpukan sampah yang terjadi di beberapa sudut Kota Yogyakarta adalah imbas dari sempat ditutupnya Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) Piyungan. Walaupun beberapa tempat sudah dibersihkan, tetapi ada beberapa tempat yang sampahnya masih menggunung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu tempatnya adalah Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di Terban, Gondokusuman, Yogyakarta. Menurut Sarjana, warga Terban di sekitar TPS Terban, gunungan sampah sudah menjadi pemandangan sehari-hari. “Hari-hari ya kayak gini,” ujar Sarjana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia menambahkan bahwa gunungan sampah tersebut mencemari lingkungan. Selain itu, gunungan sampah menimbulkan bau yang tidak sedap. “Jelas mencemari lingkungan, sekarang lingkungannya jadi kotor,” terangnya. Menurutnya, gunungan sampah itu terjadi karena lambatnya proses pembuangan ke TPA Piyungan. Padahal, dulu saat TPA Piyungan belum ada pembatasan, kondisi sampahnya tidak parah seperti ini.
Keterangan tersebut diamini Slamet Supriyo, staf Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta. Ia menyebut bahwa pembatasan TPA Piyungan menjadi salah satu kendala permasalahan penumpukan sampah. TPA Piyungan memang sudah beroperasi kembali, tapi dari kantor itu belum maksimal, untuk operasional kendaraan itu juga belum maksimal,” terang Slamet.
Sistem pengambilan sampah sekarang pun dilakukan secara berkala “Hari ini ambil sampah, besoknya disimpan, baru besoknya lagi diangkut ke TPA Piyungan. Sampah yang diambil truk tidak langsung dibuang, tetapi disimpan dulu di kantor DLH Kota Yogyakarta.” lanjutnya. Akibat sampah-sampah disimpan di DLH Kota Yogyakarta, dirinya terganggu dengan bau tidak sedap yang muncul dari tumpukan sampah tersebut.
Menurutnya, sistem berkala tersebut baru diterapkan setelah TPA Piyungan beroperasi kembali pada 6 September 2023. Sebelumnya, sistemnya tidak seperti itu. Ia mengatakan bahwa kendala utamanya tetap ada di TPA Piyungan. “Dulu, sampah di TPS Terban sudah bisa dibuang pada pukul 09.00, sekarang jam segitu masih belum bisa diangkut,” ujar Slamet.
Warga Yogyakarta Risau Sampah Menggunung
Hal serupa juga diutarakan Sutejo, warga Terban sekaligus bertugas sebagai pengendali sampah di TPS Terban. Menurutnya, sampah-sampah tersebut bisa sampai menutupi jalan. “Intinya ada di TPA Piyungan, kalau di sana lancar di sini tidak akan seperti ini,” ujar Tejo. Sama seperti Sarjana, ia pun mengeluhkan bau yang muncul dari sampah.
Bertumpuknya sampah tak hanya terjadi di Kota Yogyakarta, tapi merambat ke Kabupaten lainnya, seperti di Sleman. Kerisauan itu pun diungkapkan Yolanda Medya, ibu rumah tangga yang tinggal di Sempu, Wedomartani, Sleman. "Sampah yang menumpuk menyebabkan bau dan banyak lalat , bahkan sampai ada yang keluar belatung juga. Sampah jadi menumpuk sudah tidak di dalam tong lagi tapi bertumpuk di luaran," katanya.
Yolanda mengatakan, jika sebelumnya pengangkutan sampah di lingkungannya dua atau tiga kali seminggu, sekitar tiga bulan terakhir, pengangkutan sampah hanya seminggu sekali.
Gunungan sampah juga terjadi di TPS selatan Stasiun Lempuyangan. Menurut Bayu, warga Tukangan, sampah yang menumpuk di sana mengganggu aktivitas warga. “Penumpukan sampah itu sering sampahnya sampai ke jalan. Itu mengganggu lalu lintas,” ujar Bayu.
Selain itu, ia juga menyinggung soal lingkungan yang ikut tercemar. “Dulu sebelum (TPA) Piyungan dibatasi nggak seperti ini,” terangnya. Ia juga menambahkan bahwa penumpukan tersebut akibat dari bertambahnya volume sampah yang tidak dibarengi dengan lahan untuk membuang sampah.
Dahulu, menurutnya, sampah di TPS selatan Stasiun Lempuyangan bisa diambil semua sekaligus. Namun, sekarang hanya diberi jatah 2 truk pengangkut sehari. Ia pun berharap pemerintah mengambil langkah untuk menanggulangi masalah sampah. “Harapannya ya sampah bisa diolah, jadi pupuk misal,” kata Bayu.
ANANDA RIDHO SULISTYA I SDA