Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran Nusron Wahid mengatakan penyematan julukan gemoy terhadap calon presiden Prabowo Subianto muncul secara organik dari masyarakat. Nusron mempertanyakan kenapa itu predikat gemoy itu masih dipertanyakan dan seolah membungkam aspirasi rakyat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Katanya tidak boleh membungkam aspirasi rakyat? Kok ini belum berkuasa saja baru ikut Pemilu kok sudah membungkam aspirasi rakyat?” kata Nusron saat ditemui usai menghadiri Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Sentra Penegakan Hukum Terpadu (Gakkumdu) di Jalan Jenderal Sudirman, Tanah Abang, Jakarta, Senin, 27 November 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Nusron menyebut harusnya hal ini dianggap biasa dan tidak dipersoalkan karena berasal dari aspirasi rakyat. Namun, TKN Prabowo-Gibran juga mempersilakan mengkritik, tapi jangan membungkam aspirasi rakyat.
“Padahal demokrasi itu untuk ruang kreativitas rakyat,” kata dia.
Hal serupa disampaikan Juru Bicara TKN Prabowo-Gibran Rian Ernest mengatakan, istilah gemoy muncul secara alamiah. "Istilah ‘gemoy’ saya rasa terjadi secara alamiah ya, sebagai dinamika percakapan di sosial media," ucapnya saat dihubungi melalui pesan WhatsApp, Senin, 27 November 2023.
Rian mengatakan, strategi TKN akan berfokus dalam hal sosialisasi visi misi Asta Cita. "Strategi TKN fokus kepada sosialisasi berbagai aspek dalam visi misi Asta Cita Prabowo-Gibran," ujarnya.
Disebut julukan sayang dari pendukung
Juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Cheryl Anelia Tanzil menjelaskan sebutan gemoy yang berarti menggemaskan untuk Prabowo Subianto merupakan julukan sayang dari para pendukungnya. Cheryl membantah julukan itu sebagai strategi kampanye yang diciptakan oleh tim sukses.
“Bagi generasi muda, Pak Prabowo muncul di ruang publik sebagai dirinya sendiri. Tampil beda dan apa adanya, yang mungkin tidak semua orang mengetahui sisi menggemaskannya itu," kata Cheryl dalam keterangan tertulis TKN di Jakarta, Sabtu, 18 November 2023.
Cheryl menilai istilah gemoy dan santuy — yang berarti santai — populer di kalangan Generasi Z (anak muda kelahiran 1997–2012) karena mereka bosan dengan sosok pemimpin yang berpura-pura. Para anak muda, yang nantinya juga menjadi pemilih dalam Pemilu 2024 menghendaki sosok pemimpin yang apa adanya.