Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ANGGOTA Fraksi Partai Persatuan Pembangunan berkerumun di sayap kanan ruang sidang paripurna Dewan Perwakilan Rakyat selama sidang diskors Rabu malam pekan lalu. Saat waktu skors habis, tak satu pun dari mereka beranjak ke kursi masing-masing. Ketua DPR Marzuki Alie berkali-kali meminta anggota legislatif kembali duduk agar pemungutan suara perihal keputusan bailout Bank Century bisa segera dimulai. Dibanding fraksi lain, lobi internal PPP memang yang terlama. Seorang anggota legislatif nyeletuk, ”Sudah, Rommy, waktu lobi sudah selesai.”
Yang dimaksud adalah Sekretaris Fraksi PPP M. Romahurmuziy. Sedikit menundukkan kepala, wajahnya tegang. Tak lama kemudian, telepon selulernya berdering. Di ujung, Ketua Umum PPP Suryadharma Ali berbicara.
+ Gimana?
- Berat ini, Pak, gawat, kami ditekan konstituen.
+ Tidak bisa, harus opsi A.
- Tidak bisa, Pak.
+ Menurut kamu gimana?
- Saya mohon maaf, Pak, kami mau ambil C.
+ Ya sudah, terserah gimana kalian sajalah!
Rommy menutup telepon. Ia lalu menghampiri satu demi satu politikus Ka’bah sambil satu tangannya membentuk setengah lingkaran. ”C ya, C,” katanya.
Ketika Marzuki meminta anggota Fraksi PPP yang memilih opsi A berdiri, tak satu pun dari mereka beranjak dari duduknya. Kader partai yang tergabung dalam koalisi dengan Partai Demokrat baru serentak berdiri saat diminta memberikan suara untuk opsi C, yang menganggap proses bailout Century bermasalah. Ini berbeda dengan sikap Partai Demokrat, yang mengusung opsi A, yakni tak melihat ada kesalahan dalam penyelamatan bank bermasalah tersebut.
Cerita pembelotan PPP ini bisa dirunut sejak Sabtu malam dua pekan lalu. Ketika itu, Rommy datang ke Hotel Sultan, Jakarta, memenuhi undangan Fraksi Demokrat untuk merumuskan sikap yang akan mereka bawa ke sidang paripurna DPR.
Rommy bercerita saat itu ia meminta koalisi menyatakan perencanaan kebijakan bailout salah tapi penyelamatan Century punya dasar hukum. ”PPP akan ikut kalau Golkar dan PKS setuju rumusan itu,” ujarnya.
Esoknya, rumusan Sultan tak muncul dalam rapat tim sembilan yang membahas rancangan opsi rekomendasi Panitia Khusus. ”Kemarin sudah oke, tapi kok kembali ke awal. Kalau begitu caranya kan berat.”
Sejak itulah PPP mulai merintis jalannya sendiri. Malam itu juga mereka mengenalkan ide penggabungan opsi A dan C. Namun rapat menolaknya.
Sehari setelahnya, opsi gabungan kembali digulirkan dalam rapat pleno Panitia Khusus. Ketika itu, Rommy diminta mempresentasikan ide partainya pukul 10 malam. Lagi-lagi usul ditolak dengan alasan waktu terlalu mepet dan dokumen opsi mesti digandakan secepatnya.
Meski ditentang banyak fraksi, Partai Persatuan ngotot dengan usul jalan tengah itu karena ingin mengakomodasi dua kelompok PPP yang berbeda pandangan. Di satu pihak ada Ketua Umum Suryadharma Ali yang mengirim pesan pendek, ”PPP ikuti garis Demokrat.” Di sisi lain ada pengurus daerah dan organisasi sayap seperti Persaudaraan Muslim Indonesia (Parmusi) yang menekan agar Opsi C yang dipilih. Sejak Ketua Umum Parmusi Bachtiar Chamsyah ditetapkan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai tersangka korupsi pengadaan mesin jahit dan sapi impor, organisasi ini getol mendesak Partai Persatuan hengkang dari koalisi.
Bendahara PPP Suharso Monoarfa membenarkan adanya permintaan dari bawah tersebut. ”Kami harus mengakomodasi permintaan konstituen,” kata Menteri Perumahan Rakyat ini. Menurut Rommy, menjelang akhir masa kerja Panitia Khusus, ia menerima ratusan pesan pendek yang mendesak partai menyatakan proses penyelamatan Century bermasalah. Ketika opsi jalan tengah dirancang, ia diejek ”banci”.
Anggota Panitia Khusus dari Fraksi Demokrat, Achsanul Qosasih, membenarkan usul opsi jalan tengah itu digagas PPP. Demokrat setuju karena menganggap pilihan ketiga itu bisa memecah suara.
Tapi, di sidang paripurna, opsi jalan tengah kandas. Rommy dan kawan-kawan balik kanan ke opsi C karena tak ingin pengurus daerah dan organisasi sayap murka. Agar Suryadharma Ali tak kehilangan muka, diatur strategi. Salah satunya, Wardatul Asriah, istri Suryadharma, yang juga anggota DPR, diminta ke luar ruang agar tak terlibat pengambilan keputusan.
Ketika PPP menyatakan memilih opsi C, partai koalisi pemerintah gigit jari. ”Saya heran kenapa PPP begitu,” ujar Ketua Umum Partai Amanat Nasional Hatta Rajasa ketus. ”Kami sama sekali tidak menduga perubahan sikap Fraksi PPP,” kata Achsanul Qosasih.
Oktamandjaya Wiguna, Wahyu Dhyatmika
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo