Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Bukan Pidato Rahasia Dapur

Sehari setelah Sidang Paripurna DPR, Presiden berpidato tentang bailout Bank Century. Tak ingin penyulut pertikaian baru.

8 Maret 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENGENAKAN kebaya hijau berselendang kuning, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati duduk di jejeran depan. Di sampingnya tercogok Menteri Perindustrian Mari Elka Pangestu. Kamis malam pekan lalu semua anggota Kabinet Indonesia Bersatu II, termasuk Wakil Presiden Boediono, hadir di Istana Merdeka.

Malam itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pidato menanggapi keputusan akhir DPR berkaitan dengan kasus bailout Bank Century. ”Saya sangat menghormati­ proses politik yang telah berlangsung di DPR,” kata Presiden di awal pidato­nya. Dia memulai dengan membahas demokrasi. Menurutnya, demokrasi yang baik harus mematuhi prinsip rule of law dan rule of reason. Demokrasi yang tidak saja merayakan kebebasan dan kemerdekaan, namun juga menghormati hukum dan ketertiban.

Setelah itu, Yudhoyono membahas keputusan akhir Panitia Khusus Hak Angket Bank Century. Mula-mula dia menyatakan lega karena Panitia Khusus tak menemukan bukti adanya aliran dana Century ke pasangan calon presiden dan wakil presiden tertentu atau ke­pada partai tertentu. Jelas ini ber­kait­an dengan tuduhan bahwa dirinya dan Boediono serta Partai Demokrat turut menikmati dana bailout Century secara ilegal. ”Ke depan, kita harus menghentikan praktek-praktek buruk yang penuh prasangka jahat itu,” katanya.

Yudhoyono menegaskan penyertaan­ modal Lembaga Penjamin Simpanan­ di Bank Century merupakan kebijakan tepat untuk mencegah krisis perbank­an. Soalnya saat itu sektor finansial tengah menghadapi tekanan berat. Indi­katornya jelas: harga saham anjlok 50 persen, nilai tukar rupiah drop dari Rp 9.000-an menjadi Rp 12.100, dan cadangan devisa turun 12 persen menjadi sekitar US$ 50 miliar.

Sayangnya, menurut Yudhoyono, fak­ta ini dikesampingkan dalam debat­ di Panitia Khusus. ”Kita beruntung karena Komite Stabilitas Sistem Keuang­an telah terbentuk dan dipimpin oleh Dr Sri Mulyani Indrawati dan Prof Dr Boediono, dua putra bangsa yang rekam-jejaknya tidak sedikit pun meninggalkan catatan buruk,” katanya.

Malam itu Yudhoyono tidak membahas masalah koalisi. Urusan yang bikin pusing dia dan Partai Demokrat tiga bulan terakhir itu hanya dia singgung sepintas. Kata koalisi pun hanya dia ucapkan dua kali menjelang akhir pidato. Setelah 35 menit, Yudhoyono meng­akhiri pidatonya dan beranjak mening­galkan podium. Para menteri bergantian menyalami Sri Mulyani.

l l l

SEPANJANG awal pekan lalu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menghabiskan banyak waktu untuk menyelesaikan tanggapan atas kasus Century. Pengalamannya sebagai penulis pidato ketika menjadi koordinator staf pribadi Panglima ABRI Feisal Tanjung pada 1993 banyak membantu dalam menyusun argumentasi.

Pidato sepanjang 12 halaman tentang Century disusunnya mulai Senin pagi. Untuk itu dia dibantu staf khusus bidang komunikasi politik Daniel Sparringa dan staf khusus bidang hukum Denny Indrayana. ”Beliau memang mem­buka ruang bagi pikiran pembantu-pembantunya,” kata Daniel.

Pengajar di Universitas Airlangga itu bercerita, dalam menyusun pidato ini Yudhoyono sangat berhati-hati. Dalam memilih kata, Daniel dan Denny dimin­ta memastikan tidak ada diksi yang bisa mengundang kemarahan. ”Presiden tidak ingin pidato yang diniatkan baik malah menimbulkan pertikaian politik baru,” katanya.

Karena ingin mendinginkan situasi, sejak awal SBY tak ingin banyak bicara tentang koalisi. ”Tapi akan ada waktu yang tepat dan forum yang terhormat untuk membahas koalisi,” kata Daniel. ”Presiden tidak mau soal dapur diributkan di depan banyak orang.”

Siang itu juga draf awal pidato selesai. Denny Indrayana, yang dihubungi melalui telepon, bercerita bahwa pada dasarnya ada tiga hal yang hendak dicapai Presiden. Dia ingin berbicara langsung kepada rakyat tentang kasus Century. Dia juga hendak menegaskan bahwa suntikan modal bagi Century merupakan langkah yang tepat. Dan terakhir, SBY ingin mengulangi komitmennya bahwa semua pelanggaran hukum di Bank Century harus diproses.

Tak cukup dengan staf ahli, Yudhoyono juga meminta pendapat para menteri. Menurut Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto, naskah pidato sempat dibaca­kan di depan staf khusus, juga beberapa orang menteri. ”Beliau tidak ingin ada yang salah, terutama menyangkut data,” kata Djoko.

Lagi-lagi, dalam kesempatan itu Yudhoyono mendiskusikan pilihan kata, juga bagian-bagian tertentu yang perlu mendapat tekanan. ”Misalnya soal krisis ekonomi yang melatari pengambilan keputusan bailout,” katanya. ”Di Pansus hal ini tidak pernah dielaborasi secara komprehensif.”

Di Wisma Negara, beberapa jam sebelum pukul delapan malam, Yudhoyono menyempatkan diri membaca ulang dan memperbaiki naskahnya. Sekitar 40 menit dia memeriksa lagi teks itu. Baru pada pukul setengah enam sore, koreksi terakhir selesai, pidato siap dibacakan.

l l l

BANYAK yang mempersoalkan me­nga­pa sikap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terhadap bailout Bank Century tidak disampaikan jauh-jauh hari atau setidaknya sehari menjelang Sidang Paripurna Dewan, Rabu pekan lalu.

Menurut beberapa orang dekatnya, opsi mendahului sidang paripurna bukannya tak dipikirkan Presiden. Sumber Tempo di Partai Demokrat menyebutkan, pada Senin malam pekan lalu, Yudhoyono mengundang pimpinan Demokrat ke Cikeas. Ikut hadir beberapa menteri dan staf khusus presiden. Dalam rapat yang membahas Panitia Khusus itu, ada yang menyarankan Yudhoyono menyampaikan pidatonya pada Selasa atau paling lambat Rabu siang, sebelum Panitia Khusus mengambil keputusan. Mereka berharap pidato Yudhoyono bisa mempengaruhi perimbangan suara di Sidang Paripurna DPR tentang kasus Century. Soalnya, lobi di parlemen berjalan alot.

Ada yang menganggap pidato itu tak akan mengubah proses politik di DPR. Yudhoyono akhirnya memutuskan untuk menunggu hingga sidang paripurna kasus Century selesai. ”Beliau tidak mau muncul kesan mengintervensi proses di Dewan,” kata Daniel.

Menurut Denny Indrayana, bagi SBY yang penting adalah kesempatan untuk menjelaskan kepada rakyat alasan logis mengapa Bank Century perlu dibantu. ”Itu pilihan tepat dalam situasi krisis,” katanya. Karena alasan ingin berkomunikasi dengan rakyat banyak itulah Presiden menetapkan pidato pukul delapan malam, ketika siaran televisi paling banyak ditonton pemirsa.

Philipus Parera

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus