Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LANGKAHNYA terburu-buru, wajahnya tampak gelisah. Ia langsung cabut seusai salat Jumat pekan lalu di pelataran Markas Besar Angkatan Darat di Merdeka Utara, Jakarta. Jenderal Endriartono Sutarto, Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) itu, juga enggan melayani per-tanyaan TEMPO yang mencegatnya saat bubaran salat. Ia sama sekali tak mau berkomentar soal rencana pergantian Panglima TNI. "Nanti saja kalau semua sudah tuntas," katanya seraya bergegas menuju kantor.
Jenderal Endriartono Sutarto memang jadi sorotan belakangan ini. Ia sering disebut-sebut sebagai calon kuat Panglima TNI, menggantikan Laksamana Widodo A.S. yang segera pensiun. Presiden Megawati rencananya akan mengajukan nama calon figur penting militer itu ke parlemen pada pertengahan Mei nanti, saat masa reses DPR sudah berakhir. Presiden memegang hak prerogatif untuk menentukan calonnya. Tapi, sampai sejauh ini, siapa persisnya tokoh yang akan memimpin markas besar di Cilangkap itu belum jelas betulmungkin ini yang dimaksud sang Jenderal sebagai "belum tuntas".
Cuma ada sedikit gambaran. Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Susilo Bambang Yudhoyono pernah berujar bahwa Presiden cuma akan meng-ajukan satu nama calon. Siapa dia? Yudhoyono tak berani menyebut nama. Sutarto, 55 tahun, ditebak bakal "jadi" karena ada peristiwa menarik. Dua bulan silam, bekas komandan Pasukan Pengaman Presiden di era Soeharto dan Habibie ini telah diperpanjang masa dinasnya selama lima tahun sampai 2007. Kabarnya, keputusan presiden ini khusus dibikin untuk melempangkan jalan Sutarto ke kursi Panglima TNI. Untuk apa diperpanjang kalau memang tetap di posisi Kasad?
Apalagi keputusan ini terbilang tak lazim. Biasanya masa dinas perwira TNI cuma diperpanjang setahun. Kalau masih diperlukan, bisa saja diperpanjang lagi. Tapi, kata juru bicara Angkatan Darat, Brigjen Rationo, untuk jenderal berbintang empat perpanjangannya bisa sampai lima tahun. Ini masa perpanjangan maksimal. Cuma, Sutarto masih me-nyisakan ganjalan bagi Istana. Sumber TEMPO menyebut bahwa orang-orang dekat Presiden Megawati mengingatkan: Sutarto bisa saja "tak taat perintah presiden sebagai panglima tertinggi angkatan perang"sebagaimana dilakukan Sutarto semasa Presiden Abdurrahman Wahid, yang menyebabkan dekritnya tumpul. Walhasil, Mega pun ragu.
Padahal kans Sutarto cukup besar. Apalagi baru terjadi pergantian di petinggi militer pekan lalu, yang sama sekali tak menyentuh posisi Kasad. Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana Madya Bernard Kent Sondakh, dilantik menggantikan Laksamana Indroko Sastrowiryono. Marsekal Madya Chappy Hakim diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Udara menggeser Marsekal Hanafie Asnan. Pria asal Madura ini sempat ditiupkan bakal jadi pesaing Sutarto. Ini kalau pola rotasi yang pernah terlontar di era Presiden Abdurrahman Wahid diteruskan: giliran Angkatan Udara yang menjadi Panglima TNI. "Suka atau tidak, Angkatan Darat kini menguasai percaturan politik di internal militer," kata Hakam Nadja, seorang politisi Partai Amanat Nasional.
Jago lain ada juga di Angkatan Darat. Sutarto kini harus bersaing ketat dengan bekas Kasad Jenderal Tyasno Sudarto, 55 tahun. Dialah satu-satunya jenderal lain yang memenuhi syarat. Sesuai dengan Undang-Undang Pertahanan, hanya kepala staf atau bekas kepala staf angkatan yang bisa dijagokan sebagai calon Panglima TNI. Sejak beberapa bulan, kata sumber TEMPO di parlemen, mereka silih berganti melobi para pemimpin partai besar untuk memuluskan jalan ke Cilangkap. Walau kuncinya di tangan Megawati, tetap harus mendapat persetujuan parlemen, termasuk tokoh fraksi.
Tapi, ada skenario lain. Bisa saja Presiden tak segera mengganti Panglima TNI. Dugaan ini diungkapkan Mayjen Purnawirawan Sembiring Meliala, yang kini menjadi anggota Fraksi PDI Perjuangan di DPR. Saat bersama politisi Banteng lainnya bertemu Megawati akhir tahun lalu, sang Presiden sedikit menyinggung soal pensiunan jenderal. "Saya ini pusing kalau ada orang sudah mau pensiun minta diperpanjang dan diperpanjang lagi," kata Megawati. Sembiring lalu menafsirkan: Presiden agaknya kurang suka mengangkat jenderal yang seharusnya sudah pensiun untuk menduduki posisi baru.
Jika tafsiran Sembiring benar, buntutnya bisa diduga. Menurut lelaki berkumis tebal asal Deli Serdang ini, ada kemungkinan pergantian panglima akan menunggu pergeseran di tubuh Angkatan Darat terlebih dulu (lihat Siapa Pengganti Jenderal Sutarto?). Kasad barulah yang nanti akan diorbitkan ke Cilangkap. Cuma, skenario versi Sembiring ini menyimpan secuil kelemahan. Jika Sutarto tidak diorbitkan lagi, mengapa masa dinasnya diperpanjang? Mengapa pula ia tidak diberhentikan bersamaan dengan kepala staf angkatan lainnya? Mungkin itu sebabnya Jenderal Sutarto harus berhati-hati, walau sekadar bicara.
Gendur Sudarsono, Adi Prasetya, dan Tempo News Room
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo