Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Karib ’Bapake’ dari Surabaya

Sunarjo Sampoerna dituding menggelontorkan uang untuk Jurnal Nasional. Diakui dekat dengan Presiden Yudhoyono.

11 Januari 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BOEDI Sampoerna duduk termenung di ruang keluarga rumahnya di Jalan Untung Surapati, Surabaya, Kamis pekan lalu. Baru tiba dari luar negeri, ia disodori kliping berita soal dirinya.

Ditaruhnya lembaran kertas itu di meja kayu oval di depannya. Sesaat ia menatap Eman Achmad Sulaeman, pengacaranya, yang duduk di seberang meja. ”Berita soal saya kok jelek semua,” katanya seperti ditirukan Eman. Boedi memang sempat mendengar buku Membongkar Gurita Cikeas yang menyinggung namanya. Tapi hingga kini ia belum membaca buku itu.

Nama Boedi tak banyak terdengar jauh sebelum kasus skandal Bank Century. Begitu juga nama anaknya, Sunarjo Sampoerna. Mereka seolah tenggelam di balik nama besar Putera Sampoerna, yang sempat memimpin PT HM Sampoerna, perusahaan rokok keluarga ini.

Liem Seeng Tee, yang merintis perusahaan tersebut, memang mewariskan bisnisnya kepada Aga Sampoerna, putra keduanya sekaligus ayah Putera. Sedangkan Boedi, yang pernah menjabat Presiden Komisaris PT HM Sam­poerna, adalah anak Adi Sampoerna, putra sulung Seeng Tee.

Bahkan pengusaha Surabaya pun tak banyak yang mengenal mereka. Ketua Kamar Dagang dan Industri Jawa Timur La Nyalla Mahmud Mattalitti mengaku tak begitu kenal Boedi. ”Dia kurang berinteraksi dengan pengusaha di Jawa Timur,” ujarnya. Begitu juga taipan senior Surabaya, Alim Markus. ”Dia lebih banyak di Jakarta dan Singapura, tapi dia memang terkenal kaya raya,” ujar bos Grup Maspion ini.

Sumber Tempo yang dekat dengan keluarga Sampoerna mengatakan kantong Boedi memang tebal, terutama setelah menerima jatah penjualan saham Sampoerna kepada raksasa bisnis rokok Amerika Serikat, Philip Morris. Sebagian besar duit itulah yang kini nyangkut di Bank Century.

Pundi-pundi penggemar babi guling ini tebal karena, meski HM Sampoerna sudah dijual, Boedi tetap menjadi pemasok tembakau terbesar lewat PT Adi Sampoerna, yang berkantor di Jalan Kembang Jepun 172, Surabaya. ”Hampir 90 persen tembakau Sampoerna itu dari Boedi,” kata sumber Tempo.

Sayap bisnis juga dilebarkan ke pro­perti berupa pemilikan gedung perkantoran serta bengkel kendaraan lewat PT Lancar Sampoerna Bestari. Seiring dengan semakin senja usia Boedi, sebagian unit usaha diurus Sunarjo.

Pak Narjo, begitu Sunarjo biasa di­sapa, juga memiliki bisnis sendiri, di antaranya pabrik kertas PT Esa Kertas Nusantara. Menurut Eman Achmad Sulaeman—setahun terakhir ini juga menjadi kuasa hukum Boedi dan Sunar­jo—kliennya itu juga punya usaha media massa. ”Tapi saya tak tahu persis namanya.”

Boedi dan Sunarjo Sampoerna juga sama-sama menggemari barang seni. Boedi menyukai guci dan mobil antik, Sunarjo mengoleksi lukisan. Menurut Taufik Rahzen—kolektor lukisan yang juga pendiri koran Jurnal Nasional—kawannya itu mengkhususkan diri mengumpulkan karya pelukis Indonesia. Selain mengoleksi karya Affandi, belakangan pemilik Private Sunarjo Sampoerna Gallery di Surabaya ini mem­buru karya kontemporer seperti lukisan I Nyoman Masriadi. Saat ini karya Masriadi banyak dibicarakan di balai lelang kelas dunia Christie's dan Sotheby's. Nilai lelang karya Masriadi paling murah Rp 3 miliar sebuah.

Aktivis komunitas Tionghoa Surabaya, Sidharta Adhimulya, mengatakan Boedi termasuk murah hati. Ia tak segan-segan menggelontorkan duit kepada kawan yang meminta bantuan. ”Dia orangnya royal dan tidak perhitungan,” ujarnya.

Namun Boedi menyangkal telah bermurah hati dengan menggelontor­kan duit untuk Jurnal Nasional, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Partai Demokrat. Ia menegaskan tak pernah menjadi anggota partai politik ataupun memberikan dukungan khusus kepada partai tertentu. ”Tidak ada itu pembiayaan dari saya untuk kampanye Demokrat dan SBY,” kata Boedi dalam pernyataan tertulisnya yang dikirim lewat Eman. ”Saya tidak kenal dengan SBY, saya cuma tahu dia dari televisi.”

Boedi mungkin berkata benar. Soalnya, menurut sejumlah sumber, yang dekat dengan Yudhoyono bukanlah Boedi, melainkan Sunarjo Sampoerna. Keakraban keduanya bukan lagi rahasia bagi orang di sekeliling Presiden.

Sumber Tempo bercerita suatu hari pernah bertamu ke rumah Sunarjo. Di lemari ruang keluarga taipan itu terpajang beberapa foto tuan rumah bersama Yudhoyono di banyak acara informal. ”Posenya santai: ada foto saat ulang tahun, malah ada kedua istri berfoto bersama,” ujar sumber itu.

Dalam lima tahun pertama pemerintahan Yudhoyono, Sunarjo kerap terbang ke Jakarta untuk memenuhi undangan mengobrol sambil minum teh atau makan malam bersama Presiden. Kepada kawan dan kerabat dekatnya, Sunarjo menyebut Presiden dengan ”Bapake”. Biasanya Sabtu pagi ia terbang ke Ibu Kota, bertamu malamnya, lalu kembali ke Surabaya Senin pagi. Dalam pertemuan-pertemuan itulah pembicaraan soal pendanaan harian Jurnal Nasional terjadi.

Taufik Rahzen, yang mengenal Sunarjo, membenarkan kedekatan tersebut. ”Mereka sudah kenal jauh sebelum SBY menjadi presiden,” kata aktivis Blora Center ini. Menurut Taufik, keduanya bisa jadi cepat akrab karena kemiripan sifat. ”Dia orangnya santun, tidak meledak-ledak, dan elegan,” ujarnya. Pria berperawakan jangkung dan tegap ini selalu berpenampilan rapi: rambut klimis disisir ke belakang dengan kemeja lengan pendek dimasukkan ke celana.

Ketua Dewan Pengurus Pusat Partai Demokrat Andi Alifian Mallarangeng membantah adanya hubungan istimewa antara Yudhoyono dan Sunarjo. Menurut dia, Yudhoyono tak punya kedekat­an khusus dengan pengusaha. Kalaupun ada jamuan makan dan pertemuan dengan pengusaha, biasanya selalu bersama menteri atau pengurus Kamar Dagang dan Industri. ”Saya tidak pernah melihat Presiden ngopi atau minum teh bareng pengusaha,” kata Andi.

Sayang, Sunarjo tak bisa dikontak untuk dimintai konfirmasi. Menurut Arianto, karyawan PT Adi Sampoerna, bosnya tak setiap hari datang ke kantor karena lebih banyak berada ke perkebunan tembakau di Temanggung atau Lombok. ”Sekarang beliau sedang di luar negeri,” katanya.

Juru bicara kepresidenan Julian Aldrin Pasha juga menyangkal kedekat­an Yudhoyono dengan keluarga Sampoerna. Soal foto-foto Presiden dengan Sunarjo Sampoerna, ia berkomentar pendek, ”Bisa saja Presiden dipotret dalam suatu acara. Tapi beliau kan tidak kenal dengan semua orang.”

Oktamandjaya Wiguna, Ninin P. Damayanti, Budi Setyarso (Jakarta), Kukuh S. Wibowo (Surabaya)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus