Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wajah mantan Pemimpin Redaksi Harian Jurnal Nasional Ramadhan Pohan, 43 tahun, mendadak sering muncul di televisi. Musababnya: Jurnal Nasional dituding menerima dana dari Grup Sampoerna.
Koran yang dipimpin Ramadhan ini memang "dekat" dengan Partai Demokrat. Ramadhan juga ketua pusat informasi badan pemenangan pemilihan umum partai itu. Rabu pekan lalu, kepada wartawan Tempo, Wahyu Dhyatmika dan Ninin Damayanti, Ramadhan Pohan memberikan penjelasan.
Jurnal Nasional mendukung Yudhoyono?
Itu tidak apa-apa asalkan tidak diam-diam. Jika masyarakat ingin melihat perspektif 100 hari pemerintahan SBY, misalnya, baca Jurnal Nasional. Tapi, kalau mau melihat perspektif dari oposisi atau orang-orang di luar SBY, baca koran lain. Maka jangan harapkan kami menggeber (prinsip) cover both side.
Siapa saja yang punya ide menggagas harian ini?
Brighten Institute dan Blora Center. Di situ ada Rully Charis Iswahyudi, Taufik Razen, saya, Joyo Winoto, Asto Sunu Subroto, dan Daddi Heryono Gunawan. Perdebatan enggak begitu alot karena kita sudah satu visi.
Dana Jurnal Nasional dari Sunaryo Sampoerna?
Kalau menyangkut keuangan, tanyakan kepada pemimpin umum (N. Syamsuddin Ch. Haesy). Saya hanya mengurus content.
Sebuah lembaga swadaya masyarakat antitembakau menyebut media ini didanai perusahaan rokok?
Tidak benar ada perusahaan rokok membiayai kami. Tapi memang banyak individu yang membiayai Jurnal. Siapa orangnya, saya tidak tahu persis.
Pemimpin Perusahaan Jurnal Nasional Ananta Setiawan dituding sebagai orang titipan Sampoerna?
Jujur saya tidak tahu. Saya pernah tanya sama Pak Ananta, apakah dia orangnya Sampoerna. Dia ketawa. "Ada-ada saja," kata dia.
Dalam rapat-rapat awal, soal penyandang dana Jurnal Nasional tidak dibicarakan?
Saya enggak terlibat di situ. Saya cuma disiapkan sebagai pendiri.
Tapi Anda tak menyangkal ada duit Grup Sampoerna di koran Anda?
Enggak bisalah. Saya enggak punya kompetensi. Yang bisa jawab hanya pemimpin umum.
SBY terlibat dalam penetapan isi koran Anda?
Tidak secara khusus. Dia hanya bicara bahwa media massa seharusnya positif.
Dalam peristiwa yang oleh media lain SBY disudutkan, bagaimana posisi Jurnal Nasional?
Misalkan soal kenaikan harga bahan bakar minyak: kami turun ke lapangan dan memuat suara rakyat. Lalu penjelasan SBY soal kenaikan itu kami muat utuh. Kalau di media lain kan tidak begitu.
Jadi ada upaya sadar dari Jurnal Nasional untuk menyamakan visi dengan SBY?
Itu tugas saya. Tujuannya kan membangun Indonesia dengan perspektif yang benar. Jadi bukan dengan berita baku pukul, hantam-menghantam, dan fitnah. Kami bahkan tidak pernah menulis jelek soal Megawati, Habibie, Gus Dur, Jusuf Kalla, dan Soeharto.
Apa betul Istana sering meminta satu isu dijadikan berita utama?
Enggak secara khusus. Tapi saya kira semua orang juga akan melakukan pendekatan. Maksudnya, ayo dong angkat isu ini. Saya kira hubungan antara Istana dan kami sama dengan Istana dengan koran lain.
Selain sebagai pemimpin redaksi, Anda Ketua Pusat Informasi Badan Pemenangan Pemilihan Umum Partai Demokrat. Tidakkah ada konflik kepentingan?
Kan enggak serta-merta saya jadi think tank Partai Demokrat atau Jurnal Nasional menjadi (bagian) Demokrat. Saya anggota Partai Demokrat, tapi Jurnal Nasional bukan anggota partai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo