Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pasangan kandidat pilkada dari KIM Plus menang di semua provinsi di Jawa kecuali Jakarta
Dukungan Prabowo dan Jokowi tak mempengaruh pemilih mencoblos Ridwan Kamil-Suswono di Jakarta.
Banyak jagoan PDIP kalah pada pilkada 2024 di sejumlah provinsi.
TAK sia-sia Presiden Prabowo Subianto menurunkan derajatnya hingga sama dengan Joko Widodo dalam urusan dukung-mendukung kandidat dalam pemilihan kepala daerah 2024. Berkat cawe-cawe Prabowo, sejumlah kandidat gubernur menang besar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Banten, selain dukungan Presiden Prabowo, isu dinasti politik turut menggerus perolehan suara pasangan Airin Rachmi Diany-Ade Sumardi dalam pemilihan kepala daerah Banten. Airin adalah adik ipar mantan Gubernur Bantan Ratu Atut Chosiyah yang masuk penjara karena korupsi. Suami Airin, Tubagus Chaeri Wardana, juga masuk penjara karena korupsi. Keluarga Atut merupakan keluarga penguasa pemerintahan Banten hingga kabupaten dan kota.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Informasi dan fakta itu mempengaruhi Fina Nilam Sari saat menyalurkan hak pilihnya dalam pilkada Banten, Rabu, 27 November 2024. Fina pun memilih Andra Soni-Dimyati Natakusumah, rival Airin-Ade dalam pilkada Banten. Saat pencoblosan, Fina memilih di tempat pemungutan suara (TPS) 08, Lontar Pos, Serang, Banten.
Wirausaha ini memilih Andra-Dimyati karena tidak ingin lagi dipimpin oleh dinasti politik di Banten. Selama ini Airin diidentikkan dengan dinasti politik Atut Chosiyah, Gubernur Banten dua periode pada 2007-2014. Airin merupakan menantu Atut. “Masyarakat sudah berpandangan luas. Mereka ingin Banten lebih maju,” kata Fina pada Rabu, 27 November 2024.
Dukungan Fina terhadap Andra-Dimyati menjadi pelengkap kemenangan jagoan Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus dalam pilkada Banten. Hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei menunjukkan keunggulan pasangan nomor urut 2 ini dibanding Airin-Ade. Misalnya, hasil hitung cepat Charta Politika menunjukkan Andra-Dimyati meraih 58,39 persen suara dan Airin-Ade 41,61 persen. Hitung cepat Charta Politika itu sejalan dengan kesimpulan KedaiKOPI. Berdasarkan hasil quick count KedaiKOPI, pasangan Andra-Dimyati memperoleh 55,53 persen dan Airin-Ade 44,47 persen.
Dalam pilkada Banten, Andra-Dimyati diusung oleh koalisi gemuk. Di antaranya Partai Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera, Partai NasDem, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Amanat Nasional, Partai Demokrat, Partai Persatuan Pembangunan, serta sejumlah partai nonparlemen. Sedangkan Airin-Ade diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Golkar, dan lima partai nonparlemen.
Hasil hitung cepat pilkada Banten ini berbanding terbalik dengan elektabilitas kedua pasangan calon sebelum pencoblosan. Misalnya, hasil sigi Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada Agustus 2024 menunjukkan elektabilitas Airin-Ade mencapai 73,7 persen, sedangkan Andra-Dimyati hanya 12,2 persen.
Direktur Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan awalnya tidak ada lembaga survei yang memprediksi keunggulan Andra-Dimyati tersebut. Sebab, Banten identik dengan kandang Airin. Banten merupakan kandang Partai Golkar, yang juga partai Airin serta menjadi basis kekuasaan keluarga Atut.
“Dari rumus-rumus matematika politik, nyaris tidak ada yang bisa menjelaskan alasan Airin kalah di Banten,” kata Adi kemarin.
Meski begitu, Adi mengatakan semua hal mungkin saja terjadi dalam politik. Ia menduga Andra-Dimyati diterima publik sebagai antitesis untuk melawan dinasti politik Airin.
Selain itu, Adi menduga kemenangan Andra-Dimyati tidak bisa dilepaskan dari peran Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad. Banten merupakan daerah pemilihan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat itu. Jadi sangat wajar mesin partai pendukung dimaksimalkan untuk memenangkan Andra-Dimyati.
Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah nomor urut 2, Ahmad Luthfi (kiri) dan Taj Yasin Maimoen, menyampaikan keterangan hasil hitung cepat pilkada 2024 di posko pemenangan, Semarang, Jawa Tengah, 27 November 2024. ANTARA/Makna Zaezar
Hasil pilkada Banten ini hampir sejalan dengan sejumlah provinsi dalam pilkada serentak 2024, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan. Daerah ini sangat strategis karena jumlah pemilihnya berada di lima besar secara nasional. Semua pemilihnya mencapai separuh dari total pemilih di Tanah Air.
Sesuai dengan hasil hitung cepat sejumlah lembaga, jagoan KIM plus juga memenangi pilkada di lima provinsi tersebut. KIM merupakan koalisi yang terbentuk pada pemilihan presiden 2024 sebagai pengusung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Misalnya, Ahmad Luthfi-Taj Yasin Maimoen memenangi pilkada Jawa Tengah. Mereka mengalahkan jagoan PDIP, Andika Perkasa-Hendrar Prihadi. Sesuai dengan hasil quick count Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Lutfhi-Taj Yasin meraih 59,13 persen suara dan Andika-Hendi 40,87 persen.
Di pilkada Sumatera Utara, menantu Joko Widodo, Bobby Afif Nasution, yang berpasangan dengan Surya, juga mengalahkan jagoan PDIP, yaitu Edy Rahmayadi-Hasan Basri Sagala. Hasil hitung cepat Indikator Politik Indonesia menunjukkan Bobby-Surya memperoleh 62,63 persen suara dan Edy-Hasan hanya 37,37 persen.
Selanjutnya, di pilkada Jawa Barat, Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan unggul telak dari tiga pasangan calon lain. Sesuai dengan hasil hitung cepat Indikator Politik Indonesia, Dedi-Erwan meraih 61,16 persen suara. Lalu diikuti oleh pasangan Ahmad Syaikhu-Ilham Akbar Habibie sebesar 20,07 persen suara, Acep Adang Ruhiat-Gitalis Dwinatarina 9,67 persen, dan Jeje Wiradinata-Ronal Surapradja 9,1 persen. Pengusung Dedi-Erwan adalah Gerindra, Golkar, Demokrat, PAN, PSI, dan sembilan partai nonparlemen.
Di Jawa Timur, pasangan calon Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak unggul dari jagoan PDIP dan PKB, yaitu Tri Rismaharini-Zahrul Azhar Asumta dan Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Khakim. Berdasarkan hasil quick count Charta Politika, Khofifah-Emil meraih 57,23 persen suara, Risma-Zahrul 34,61 persen, dan Luluk-Lukmanul 8,16 persen.
Kesimpulan hitung cepat ini bukan hasil final perolehan suara pasangan calon kepala daerah. Hasil akhir pilkada tetap mengacu pada penghitungan Komisi Pemilihan Umum. Tapi hasil hitung cepat biasanya tidak jauh berbeda dengan hasil real count KPU. Real count pilkada 2024 dapat dipantau secara online melalui situs web KPU.
Peneliti SMRC, Saidiman Ahmad, mengatakan sejumlah daerah strategis, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, Jawa Barat, dan Sumatera Utara, dimenangi oleh pasangan calon jagoan KIM plus. Jagoan KIM plus hanya kalah di pilkada Jakarta, yaitu Ridwan Kamil-Suswono. Mereka kalah oleh Pramono Anung-Rano Karno yang diusung oleh PDIP dan Partai Hanura.
“Namun pilkada Jakarta belum pasti akan berlangsung satu putaran atau tidak,” ucap Saidiman, Rabu, 27 November 2024.
Menurut Saidiman, faktor utama kemenangan jagoan KIM plus adalah mesin partai bekerja maksimal di lapangan. Ia melihat faktor dukungan Prabowo dan Jokowi ikut berpengaruh.
Saidiman berpendapat dukungan Prabowo dapat menjadi pemicu aparat di daerah untuk memenangkan pasangan calon yang didukung oleh Prabowo ataupun Partai Gerindra. Prabowo merupakan Ketua Umum Partai Gerindra. “Dukungan presiden aktif bisa dimaknai oleh aparat tingkat bawah sebagai perintah. Itu membuat pilkada menjadi tidak fair,” tutur Saidiman.
Ia menilai kekalahan PDIP di sejumlah daerah strategis dapat dimaklumi. Sebab, calon kepala daerah yang diusung oleh KIM plus mendapat restu Istana. Meski begitu, Saidiman melihat jagoan PDIP di berbagai daerah sesungguhnya memberikan perlawanan sengit, seperti di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten.
Calon Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, menunjukkan surat suara sebelum melakukan pencoblosan di TPS 15, Kompleks Tasbih, Kecamatan Medan Selayang, Medan, Sumatera Utara, 27 November 2024. ANTARA/Yudi Manar
Direktur Eksekutif Para Syndicate Virdika Rizky Utama mengatakan, dalam peta politik lokal, jumlah kursi KIM plus lebih besar dibanding kursi PDIP. Meski begitu, Virdika menilai faktor paling berpengaruh atas kemenangan pasangan calon KIM plus adalah endorsement Presiden Prabowo dan Jokowi. “Endorsement Jokowi dan Prabowo masih memiliki pengaruh kuat,” ucap Virdia.
Menurut dia, masyarakat di sejumlah daerah tidak sadar atau tak terlalu peka terhadap narasi dinasti politik ataupun oligarki politik. Situasinya berbeda dengan masyarakat Jakarta yang terlihat lebih rasional dalam memilih pemimpin. “Dukungan Prabowo dan Jokowi itu juga mempengaruhi netralitas ASN,” ujar Virdika.
Selain itu, kata Virdika, penyebab kekalahan jagoan PDIP di beberapa daerah adalah rekam jejak pasangan calon yang diusung. Ia mencontohkan di pilkada Jawa Tengah yang mengusung Andika-Hendi. Jagoan PDIP ini sulit menarik dukungan dari basis Nahdlatul Ulama karena tidak memiliki rekam jejak sebagai nahdliyin. Berbeda dengan Luthfi-Taj Yasin, dengan Taj Yasin merupakan anggota NU. “Taj Yasin itu kiai dan jejaring pesantrennya kuat,” kata Virdi.
Virdika berpendapat kemenangan jagoan KIM plus di banyak pilkada akan berbahaya bagi sistem demokrasi di Indonesia. Sebab, pemerintahan bisa saja beralih dari desentralisasi ke sentralisasi karena kepala daerah terpilih atas dukungan dan bagian dari pemerintah pusat. “Ini berbahaya karena bisa kembali ke era Orde Baru.”
Pengamat politik Exposit Strategic, Arif Susanto, menduga faktor kemenangan jagoan KIM plus ikut dipengaruhi oleh keterlibatan ASN di lapangan dan politisasi hukum. Ia mengatakan dukungan pemerintah pusat terhadap jagoan KIM plus juga mendorong para pengusaha menyumbang ke mereka. Jadi pasangan calon dukungan Istana tersebut memiliki lebih banyak logistik dibanding jagoan PDIP.
Tempo mencoba meminta konfirmasi kepada Sufmi Dasco Ahmad serta anggota KIM plus sekaligus Wakil Ketua Umum PAN, Viva Yoga Mauladi. Tapi keduanya belum merespons pertanyaan Tempo. Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto juga belum menjawab pertanyaan yang ditujukan kepadanya.
Sementara itu, Andra Soni mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemenangan pasangan Andra-Dimyati, di antaranya dukungan Prabowo Subianto. Tapi ia mengatakan dukungan Prabowo tersebut sebagai Ketua Umum Gerindra kepada kadernya di pilkada Banten. Andra merupakan Ketua DPD Gerindra Banten.
“Kemudian saya bisa mencalonkan diri sebagai calon gubernur memang diusung oleh Partai Gerindra,” kata Andra di kantor DPD Gerindra Banten, di Serang, Rabu, 27 November 2024, seperti dikutip dari Antara.
Faktor lain, kata dia, pihaknya mengevaluasi strategi pemenangan dengan melihat hasil survei selama ini. Hasil sigi tentang elektabilias pasangan calon menjadi motivasi timnya untuk bergerak di lapangan.
Meski memenangi pilkada Banten versi quick count, Andra tetap meminta masyarakat menunggu hasil penghitungan KPU secara berjenjang hingga provinsi.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Eka Yudha Saputra berkontribusi dalam penulisan artikel ini