Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meminta tidak ada pihak yang melakukan razia atau sweeping tempat makan saat memasuki bulan Ramadan di wilayahnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Tidak boleh ada sweeping rumah makan. Yang berpuasa menghormati yang tidak puasa, yang tidak berpuasa juga menghormati yang puasa," kata Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto di Yogyakarta, Senin, 4 Maret 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Eko menuturkan selain meningkatkan ibadah ritual, Bulan Suci Ramadan seyogianya menjadi momentum memupuk toleransi serta memperkuat solidaritas dengan saling membantu antarsesama warga.
"Saling tolong menolong antara yang mampu secara ekonomi dan yang tidak mampu. Yang kecukupan dan kurang kecukupan agar saling membantu," kata dia.
Menurut Eko, praktik toleransi dan tenggang rasa penting untuk terus dijaga di Yogyakarta sebagai salah satu pusat destinasi wisata di Tanah Air.
Manakala praktik baik tersebut mampu dirawat warga DIY, dia meyakini, secara tidak langsung akan memengaruhi stabilitas kunjungan wisata yang biasanya menurun selama bulan puasa di provinsi ini.
"Tentunya ketika Yogyakarta ini aman, nyaman maka wisatawan juga senang," kata dia.
Karena itu, Eko berharap situasi aman dan kondusif terus dikawal oleh aparat kepolisian beserta Jaga Warga di lima kabupaten/kota dengan menggunakan kearifan lokal sebagai pendekatan dalam membangun serta memelihara kamtibmas.
"Ramadan ini kan sudah setiap tahun berlangsung sehingga tidak perlu dikhawatirkan. Ramadhan ini adalah momentum aman lahir batin," ucap dia.
Setelah mengalami penurunan kunjungan wisata selama Ramadan, dia memperkirakan kunjungan di DIY akan menggeliat kembali menjelang Idul Fitri seiring dengan kebiasaan masyarakat pulang kampung, baik untuk bersilaturahmi maupun berziarah ke makam leluhur.
"Ada kebiasaan masyarakat sebelum Ramadhan mau pulang ketemu keluarganya menjelang lebaran. Di sisi lain Yogyakarta ini juga menjadi tempat transit para pemudik," kata dia.
Sebelumnya, Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta menggelar event Sarkem Fest 2024 pada 1-2 Maret 2024. Acara yang digelar menjelang Ramadan itu mengusung tajuk Kenduri Ruwahan Apem. Ajang itu menampilkan berbagai atraksi menarik yang bisa disaksikan wisatawan, mulai pembagian kue apem, atraksi perempuan berkebaya, aksi onthel, aksi seni budaya dan panggung seni.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogya Wahyu Hendratmoko mengatakan acara tersebut sebagai ajang promosi potensi pariwisata kawasan Sosrowijayan dan Pasar Kembang dalam rangka untuk memperkuat daya tarik wisata Kota Yogya.
"Sarkem Fest mengusung tradisi Ruwahan yang identik dengan apeman yang merupakan tradisi Warga Sosromenduran setiap menjelang Ramadan," katanya.
Sebelum dibagikan kepada masyarakat dan wisatawan, lanjutnya, gunungan tersebut terlebih dahulu dididoakan. Terdapat 500 orang yang berkontribusi dalam acara ini.
"Penyerahan apem ini merupakan simbol silaturahmi dan permintaan maaf, sehingga setiap orang akan lebih siap dalam menjalani ibadahnya selama Ramadan," kata dia.
Asisten Perekonomian Kota Yogyakarta, Kadri Renggana mengatakan Sarkem Fest 2024 memang untuk menarik wisatawan yang biasanya berada di jalan utama Malioboro, masuk lebih dalam ke perkampungan di dalamnya.
"Apalagi event ini diadakan di salah satu pusat destinasi wisata utama di Yogya. Ini juga sebagai upaya untuk menyemarakkan berbagai kegiatan agenda wisata Kota Yogya," kata dia.
Dengan begitu, setiap wisatawan yang berkunjung selalu ada agenda wisata baru yang menarik di Yogyakarta.
"Selain itu adanya festival ini diharapkan benar-benar memberdayakan semua elemen masyarakat di Pasar Kembang, sehingga semua warganya akan semakin sejahtera," katanya.
PRIBADI WICAKSONO | ANTARA
Pilihan editor: Romahurmuziy PPP Ungkap Modus Operasi Penggelembungan Suara PSI