Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Kisah Anak Buruh Tani Korban Tsunami Palu Lulus S2 UGM Berkat LPDP

Cerita Heni Ardianto, lulusan prodi Magister Sains Manajemen FEB Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan IPK 3,72 asal Sulawesi Tengah.

5 Mei 2024 | 12.24 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Heni Ardianto, wisudawan pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil lulus dari program studi Magister Sains Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) dengan IPK 3,72 berkat beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan atau LPDP. Dia menyandang predikat cumlaude dalam upacara wisuda pascasarjana UGM pada Rabu, 24 April 2024 di Grha Sabha Pramana.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Sejak kecil pengin banget kuliah. Kalau melihat kondisi perekonomian orang tua yang pas-pasan sepertinya sulit, tetapi saya modal nekat dan tekad kuat gimana caranya bisa kuliah,” kata Ardi dilansir dari situs UGM pada Ahad, 5 Mei 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ardi berasal dari keluarga korban bencana gempa bumi dan tsunami di Palu pada 2018. Wisudawan berusia 25 tahun ini merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Didik Iswanto (49) dan Tiyarmi (45). Kedua orang tuanya berasal dari Prambanan, Jawa Tengah yang mengadu nasib ke Morowali, Sulawesi Tengah sejak 1983.

Orang tuanya sehari-hari bekerja sebagai buruh tani. Meski lahir dari keluarga sederhana, hal itu tak mematahkan semangat Ardi untuk mengejar asa meraih pendidikan setinggi-tingginya. Berkat ketekunan, kerja keras, serta doa orang tua, ia berhasil mematahkan stigma jika anak kampung dari daerah pelosok di luar pulau Jawa bisa kuliah bahkan sampai jenjang S2.

Ardi memahami keadaan orang tuanya. Meski begitu, pria kelahiran Limbo Makmur, 2 Agustus 1998 ini memiliki semangat kuat untuk bisa mengenyam pendidikan hingga jenjang pascasarjana, jauh melampaui kedua orang tuanya yang lulusan sekolah dasar.

Sebab melalui pendidikan, dia yakin bisa mengubah kehidupan menjadi lebih baik. “Bapak dan Ibu baru bisa mengenyam pendidikan sampai Sekolah Dasar saja. Saya pengin bisa sekolah tinggi supaya bisa mengubah kondisi keluarga ke arah yang lebih baik,” ucap dia.

Kerja Sampingan untuk Biayai Hidup

Saat berkuliah, Ardi kerja paruh waktu untuk menambah uang saku. Mulai dari menjadi asisten dosen baik saat S1 maupun S2, tim penyusun kajian lingkungan hidup strategis (KLHS) di sejumlah kabupaten di provinsi Sulawesi Tengah hingga tim penyusun dokumen analisis kelayakan bisnis di beberapa perusahaan.

Kondisi keluarga dengan keterbatasan perekonomian tidak pernah membuatnya berkecil hati. Keadaan tersebut justru menjadi pelecut baginya untuk semangat dalam menggapai pendidikan. Ia berhasil masuk dalam jajaran siswa berprestasi di sekolah dan mengantarkannya meraih beasiswa sejak bangku SMK hingga S2.

Ketika kuliah S2, Ardi juga aktif mengikuti sejumlah konferensi internasional. Beberapa di antaranya adalah 15th Global Conference on Business and Social Sciences 2023 di Thailand, International Conference on Business and Finance 2023 di Internasional UEH University, Vietnam, serta 42nd EBES Conference 2023 di Lisbon yang digelar secara daring.

Meski terlahir dari keluarga kurang mampu, Ardi membuktikan bahwa hal itu tidak menjadi penghalang untuk meraih pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus