Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Penentu Kemenangan Pramono Anung-Rano Karno di Pilkada Jakarta

Banyak faktor Pramono-Rano memenangi pilkada Jakarta. Ada gerakan agar pilkada Jakarta berlangsung dua putaran.

28 November 2024 | 06.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Dukungan Anies Baswedan dan Ahok ikut mengerek perolehan suara Pramono-Rano Karno.

  • Blunder Suswono soal janda saat kampanye menggerus simpati publik kepada Ridwan Kamil-Suswono.

  • Ada gerakan menggagalkan kemenangan Pramono-Rano dalam satu putaran.

PASANGAN Pramono Anung-Rano Karno unggul dalam pemilihan Gubernur Jakarta pada 27 November 2024. Versi hitung cepat beberapa lembaga survei, kandidat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini memperoleh 51,03 persen. Jika hasil ini sesuai dengan perhitungan Komisi Pemilihan Umum pada 16 Desember 2024, Pramono dipastikan menjadi Gubernur Jakarta ke-18 untuk periode 2024-2029.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hasil hitung cepat Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), misalnya, menunjukkan Pramono-Rano meraih 51,03 persen, Ridwan Kamil-Suswono 38,8 persen, dan kandidata jalur independen Dharma Pongrekun-Kun Wardana 10,17 persen. Dalam perhitungan SMRC, suara masuk mencapai 100 persen pada pukul 18.24 WIB. SMRC menyebutkan margin of error hitung cepat mereka 1,22 persen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hasil hitung cepat SMRC ini sejalan dengan empat lembaga lain, yaitu Charta Politika, Indikator Politik Indonesia, Lembaga Survei Indonesia (LSI), dan Parameter Politik Indonesia. Hitung cepat Charta Politika menunjukkan perolehan suara Pramono-Rano sebesar 50,15 persen, Ridwan-Suswono 39,25 persen, dan Dharma-Kun Wardana 10,60 persen.

Selanjutnya Indikator Politik Indonesia mencatat Pramono-Rano meraih 49,87 persen, Ridwan-Suswono 39,53 persen, dan Dharma-Kun Wardana 10,61 persen. Lalu hasil LSI menunjukkan Pramono-Rano meraih 50,10 persen suara, Ridwan-Suswono 39,29 persen, dan Dharma-Kun Wardana 10,61 persen. Margin of error lembaga survei ini berada di 1-2 persen.

Para pemilih Pramono-Rano rupanya mencoblos pasangan ini setelah berada di bilik suara. Salah satunya Ahmad Hadiansyah. Laki-laki 24 tahun ini memilih Pramono-Rano ketika masuk ke bilik suara di tempat pemungutan suara (TPS) 41, Grogol Utara, Jakarta Barat. Sebelum masuk TPS, Ahmad bimbang memilih satu di antara tiga pasangan calon dalam pilkada Jakarta. “Saya memilih yang terbaik dari yang terburuk,” katanya pada Rabu, 27 November 2024. 

Ahmad merupakan warga asli Jakarta alias berasal dari suku Betawi. Pegawai swasta ini memilih Pramono-Rano karena popularitas Rano sebagai Si Doel. Rano terkenal karena membintangi sinetron televisi Si Doel Anak Sekolahan yang sangat populer pada awal 1994 hingga 1996. “Saya melihat Doel menjadi representasi warga Betawi,” ujarnya.

Sebelum memilih Pramono-Rano, Ahmad membandingkan ketiga pasangan calon, yaitu Pramono-Rano, Ridwan Kamil-Suswono, dan Dharma Pongrekun-Kun Wardana. Pramono-Rano diusung PDIP dan Partai Hanura. Ridwan-Suswono diusung oleh 15 partai politik, di antaranya Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Demokrat, Partai NasDem, Partai Solidaritas Indonesia, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Amanat Nasional. Gabungan 15 partai ini disebut Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus. Sedangkan Dharma-Kun maju lewat jalur perseorangan.  

Ahmad pun terpincut Pramono-Rano karena melihat rekam jejak mereka sebagai birokrat. Pramono pernah menjabat Menteri Sekretaris Negara serta Rano pernah menjadi Wakil Gubernur dan Gubernur Banten. 

Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri berjalan bersama (dari kiri) Calon Wakil Gubernur Rano Karno, Ketua Bidang UMKM, Ekonomi Kreatif dan Digital PDIP Prananda Prabowo, Ketua DPR Puan Maharani dan Calon Gubernur Pramono Anung menuju Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta di TPS 024 Kebagusan, Jakarta, 27 November 2024. ANTARA/Muhammad Adimaja

Direktur Eksekutif Para Syndicate Virdika Rizky Utama menilai kunci utama kemenangan Pramono-Rano adalah dukungan dua mantan Gubernur Jakarta, yaitu Anies Rasyid Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Pramono-Rano dianggap bisa menyatukan pendukung Anies dan Ahok, yang berseberangan dalam pilkada DKI Jakarta pada 2017.

Faktor lain, kata Virdika, Pramono-Rano mampu memanfaatkan influencer dan mengikuti tren media sosial, seperti TikTok. Popularitas Rano sebagai Si Doel ikut mengerek perolehan suara pasangan Pramono-Rano. “Generazi Z dan milenial memang tidak begitu mengenal si Doel. Tapi generasi atas masih banyak yang tahu Doel,” kata Virdika, Rabu, 27 November 2024.

Selain itu, Virdika menilai pasangan Ridwan-Suswono kalah karena jagoan Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus itu melakukan berbagai blunder saat kampanye. Misalnya, pernyataan Suswono tentang “janda kaya dan pemuda pengangguran" yang menggerus simpati publik kepada mereka. “Pernyataan itu cukup fatal karena orang (di Jakarta) rata-rata melek pendidikan. Di Jakarta, berbicara kesetaraan juga masih peka,” ujarnya.

Virdika juga menyorot sikap Ridwan yang seolah-olah mendukung Persija—klub sepak bola yang berbasis di Jakarta—dan mendekati suporter Persija The Jakmania. Menurut Virdika, mantan Gubernur Jawa Barat itu seharusnya tidak perlu mencari simpati The Jakmania dengan mendukung Persija. Ridwan seharusnya cukup berbicara mengenai peningkatan fasilitas stadion, seperti Jakarta International Stadium (JIS). “Jadinya dianggap munafik. Disebut memanfaatkan The Jakmania untuk kepentingan elektoral,” katanya.

Pengamat politik Exposit Strategic, Arif Susanto, berpendapat kondisi politik di Jakarta berbeda dengan daerah lain. Misalnya, Jakarta pasti akan menjadi sorotan publik ketika terjadi kecurangan dalam pilkada. Maka elite politik akan lebih berhati-hati dalam bersikap dan bertindak dalam memenangkan jagoannya.

Arif menilai faktor kemenangan Pramono-Rano adalah mereka memiliki strategi jitu dalam mendekati pemilih. Misalnya, Pramono-Rano tidak mengandalkan dan menonjolkan PDI Perjuangan dalam berkampanye sehingga berbagai elemen masyarakat lebih mudah menerima pasangan ini. Berbeda dengan strategi Ridwan-Suswono yang terkesan mengandalkan dukungan Presiden ke-7 Joko Widodo. Akibatnya, mereka jadi terkesan tidak independen. Selain itu, Arief melihat mesin partai pendukung pasangan tersebut tidak bergerak maksimal di lapangan. 

Calon Gubernur DKI Jakarta Ridwan Kamil dan Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Suswono beserta petinggi partai koalisi memberikan keterangan kepada media di Hotel Sultan, Jakarta, 27 November 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean

Direktur Riset Indikator Politik Indonesia Mochammad Adam Kamil mengatakan keunggulan Pramono-Rano tidak bisa dipisahkan dari faktor kekecewaan pendukung Anies terhadap PKS. Selama ini, menurut Adam, survei yang dilakukan lembaganya menunjukkan bahwa basis PKS tidak solid mendukung Ridwan-Suswono. Padahal Suswono merupakan kader PKS. Sebagian pendukung PKS justru merupakan loyalis Anies. Karena itu, ketika Anies mendukung Pramono-Rano, mereka bermigrasi memilih pasangan ini. “Jadi dukungan Anies memperkuat (kemenangan Pramono-Rano) itu,” kata Adam, Rabu, 27 November 2024.

Direktur Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno sependapat dengan Adam. Adi menilai dukungan Anies menjadi salah satu faktor penentu kemenangan Pramono-Rano. “Dukungan Anies menambah elektabilitas Pramono-Rano yang awalnya belum mencapai 50 persen,” ujarnya.

Adi juga melihat ketidaktegasan Presiden Prabowo Subianto mendukung jagoan Partai Gerindra tersebut sebagai salah satu faktor kekalahan Ridwan-Suswono. Sikap Prabowo berbeda di pilkada Jawa Tengah dan Banten, yang mendukung secara terbuka jagoan KIM plus di dua provinsi tersebut. “Prabowo tidak melakukannya di Jakarta,” ucap Adi.

Adi mengatakan dukungan Prabowo kepada Ridwan-Suswono hanya terlihat dari surat berisi imbauan Ketua Umum Partai Gerindra itu kepada masyarakat untuk mendukung RIDO—begitu sebutan untuk pasangan ini. Surat itu diunggah di akun media sosial Raffi Ahmad, Staf Utusan Khusus Presiden, tapi ditarik kembali. “Jadinya surat edaran itu dianggap tidak serius-serius amat,” tuturnya.

Direktur Eksekutif The Strategic Research and Consulting, Yayan Hidayat, berpendapat hasil quick count sejumlah lembaga survei menunjukkan bahwa pertarungan pilkada Jakarta berlangsung dinamis. Ia menilai hasil hitung cepat tersebut menjadi indikasi bahwa pilkada Jakarta belum tentu berlangsung satu putaran.

Pasal 10 ayat 2 Undang-Undang Provinsi Daerah Khusus Jakarta mengatur bahwa pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang memperoleh suara lebih dari 50 persen ditetapkan sebagai gubernur dan wakil gubernur terpilih. Lalu Pasal 10 ayat 3 undang-undang ini mengatur, jika tidak ada pasangan calon yang memperoleh suara lebih dari 50 persen, dilakukan pemilihan putaran kedua yang diikuti oleh dua pasangan calon peraih suara terbanyak pertama dan kedua. Peraih suara terbanyak pada putaran kedua ditetapkan sebagai gubernur dan wakil gubernur terpilih.

“Melihat tren perkembangan quick count, belum dapat dipastikan bahwa pilkada Jakarta kali ini hanya berlangsung satu putaran,” kata Yayan lewat keterangan tertulis, Rabu, 27 November 2024. Ia menilai pilkada Jakarta dapat saja berlangsung dua putaran jika perolehan suara Pramono-Rano berada di bawah 50 persen. 

Yayan menyebutkan beberapa faktor yang membuat perolehan suara Pramono-Rano berada di kisaran 50 persen. Salah satunya, adanya peningkatan perolehan suara Dharma-Kun Wardana hingga 3 persen dibanding tren elektabilitas pasangan ini sesuai dengan hasil survei terakhir sejumlah lembaga. Ia melihat ada migrasi suara ke Dharma-Kun Wardana saat pemilihan. Migrasi suara ini dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adanya mobilisasi. “Belakangan, gerakan untuk menggagalkan satu putaran di pilkada DKI Jakarta terjadi cukup masif. Gerakan tersebut terkonsentrasi di basis-basis suara pasangan Pramono-Rano,” ujarnya.

Pramono Anung merespons positif hasil hitung cepat sejumlah lembaga tersebut. Ia pun berterima kasih kepada warga Jakarta. Namun politikus PDIP ini meminta masyarakat bersabar menunggu hasil penghitungan resmi KPU.

"Untuk itu, saudara sekalian, kita akan tunggu hasil akhir real count (KPU)," katanya di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Rabu, 27 November 2024.

Adapun juru bicara Ridwan Kamil, Billy Mambrasar, belum merespons permintaan konfirmasi Tempo soal penilaian beberapa pengamat politik tersebut. Tapi Ridwan sempat menanggapi hasil hitung cepat tersebut. Ia mengaku masih menunggu keputusan hasil akhir dari KPU Jakarta pada 16-18 Desember mendatang. 

Ridwan mengatakan, jika pilkada Jakarta berlangsung dua putaran, pihaknya akan mengevaluasi strategi kubunya pada putaran pertama. “Tentang koalisinya, metode kampanyenya, dan tentang bagaimana merespons terhadap pola-pola komunikasi warga Jakarta," ujarnya saat jumpa pers di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Rabu, 27 November 2024.

Adapun Dharma Pongrekun cukup bergembira melihat hasil quick count sejumlah lembaga di pilkada Jakarta. “Hasil ini menyenangkan dan membanggakan,” katanya di Rumah Pemenangan Jakarta Selatan.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Eka Yudha Saputra dan Advist Khoirunikmah berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus