Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Udin Ahidin, 48 tahun, kini adalah dosen sekaligus Sekretaris Program Pascasarjana Universitas Pamulang (Unpam). Lulusan S3 Bidang Ilmu Manajemen ini tengah mempersiapkan diri untuk meraih gelar Guru Besar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Siapa sangka, Udin pernah 13 tahun hidup di atas gerobak warung dan menjadi pedagang asongan. Udin merasakan pula 3 tahun bertahan hidup bersama istrinya dengan cara menghemat sekilo beras untuk makan seminggu dengan cara mengolahnya menjadi bubur.
Anak Petani di Kuningan
Perjalanan pendidikan Udin bermula dari Sindangjawa, sebuah desa di pelosok Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Udin yang duduk di bangku Sekolah Dasar di sana memang lahir dari keluarga sederhana yang boleh dibilang tak mengenal pendidikan tinggi. Udin kecil pun sudah harus membantu ayahnya bertani.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Saat SD saya sudah pesimistis untuk bisa lanjut SMP karena yang saya lakukan hanya bangun pagi, nganterin pupuk ke sawah, disuruh ngarit, ngambil kayu bakar ke hutan, itu aja,” katanya kepada Tempo pada Senin malam, 28 Oktober 2024.
Meski minim dukungan dari keluarga, Udin akhirnya berhasil lanjut ke bangku SMP. Dia menemukan jalannya melalui Beasiswa Supersemar kala itu, yang membuatnya giat belajar dan aktif mengikuti berbagai kegiatan. Hasilnya, Udin SMP langganan juara di kelas. Dia juga meraih juara kompetisi pidato dan cerita Sunda tingkat provinsi.
Beranjak ke SMA, Udin mulai aktif berdagang yang ditekuninya sembari belajar. Dia mengaku sempat bekerja sebagai asisten kuli bangunan namun beralih menjadi pedagang asongan karena merasakan risiko yang tinggi.
“Saya ambil dagangan ke orang," katanya mengisahkan. "Misal sekarang lagi musim (panen) mangga, saya beli mangga, musim (panen) padi, saya beli beras, nanti dijual waktu mahal.“
Merantau ke Tangerang, Iklas Korbankan Cita-cita
Setelah lulus dari SMA, Udin mengaku benar-benar terbentur. Udin mengatakan harus memikirkan kedua adiknya setelah kepergian ayah mereka. Karenanya, dia memutuskan untuk merantau, berdagang asongan di Cikokol, Kota Tangerang, Banten.
Jalan hidupnya ini terus berlanjut hingga dia memiliki gerobak warung untuk berjualan. Pada titik itu Udin mengungkap mulai bisa 'mengurus' adik-adiknya. "Tapi (pikiran) belum stabil," kata dia.
Baca halaman berikutnya: Temukan formulir Unpam dan jualan kopi di kampus
Udin merujuk kepada cita-citanya berkuliah yang masih suka mengusik. Menurutnya, keputusan menikahi istrinya saat ini, yang adalah tetangga sekampung, adalah jalan yang kemudian diberikan Tuhan kepadanya.
Hal itu lantaran pada 2005 lalu, atau tujuh tahun setelah menikah dan menjalani kehidupan di atas gerobak bareng, sang istri membawakan formulir pendaftaran Universitas Pamulang (Unpam), sepulang dari membeli daster. Impiannya terbit kembali dan Udin mendaftar di Program Studi Manajemen pada tahun ajaran 2005/2006.
Kuliah Sambil Berjualan Kopi di Unpam
Meskipun menjalani status sebagai mahasiswa di Unpam, Udin masih tekun berdagang. Dia menyambi berjualan kopi dari kemasan sasetan yang ia bawa semasa kuliah. Ia mengaku, dengan berdagang kopi tersebut mampu melunaskan biaya kuliah, bahkan ada uang lebih yang bisa ditabung.
Udin mengungkap keseriusannya saat berkuliah. “Karena saya dari dulu inginnya belajar ya. Jadi kalau ada tugas-tugas dari dosen itu, bukan saya kerjakan di atas kertas saja tapi saya observasi dulu.”
Universitas Pamulang. Shutterstock
Semua itu berbuah lewat IPK 3,89 saat kelulusan. Pada 2010, Udin lulus cum laude dan dinobatkan sebagai wisudawan terbaik.
Buah Manis Saat Ini
Setelahnya, Udin melanjutkan pendidikan S2 dengan mengambil Program Studi Manajemen, juga di Unpam, yang dituntaskannya dalam dua tahun. Udin mengaku saat itu mendapat dorongan dari pendiri dan direktur yayasan pemilik Unpam, Darsono, untuk terus lagi ke pendidikan doktor (S3).
Karena tak tersedia di kampus almamaternya itu, S3 diambilnya di sebuah universitas swasta di Jakarta, juga Program Studi Manajemen. Jenjang pendidikan itu dijalaninya 2014-2017.
Sepanjang karir akademiknya, Udin pernah menjadi guru di SMKI Daarul Khoir Gunung Sindur juga dosen di Unpam. Sebelum sampai di posisinya saat ini, Udin juga pernah menjadi sekretaris dan wakil ketua pada Program Studi Manajemen S1 Fakultas Ekonomi Unpam. Penghargaan yang pernah diraih antara lain hibah penelitian dari Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi atas pengembangan teknologi produksi pakan apung fermentatif.
Saat ini, Udin tengah mempersiapkan menuju gelar Guru Besar. Dia menyebut rasa ingin tahu adalah alasan di balik keseriusannya menempuh jenjang pendidikan dan akademik. “Banyak temuan waktu dagang di gerobak warung yang ingin saya pertanyakan, karenanya saya pilih manajemen," katanya.
BAYU MENTARI